Sejak menjadi suami Sania, setiap kali marah, kesal atau sedang tak enak hati, maka Firman lari ke club. Mabuk menurutnya adalah obat yang paling mujarab untuk menghilangkan amarah, kesal dan penat. Apalagi jika Sania sering marah urusan uang.
"Doyan mabuk juga kamu," kata Ibnu. "Gak nyangka kalau ternyata suami Sania doyan mabuk. Apa jangan-jangan suka main perempuan juga ya," kata Ibnu."Diam kamu, aku lagi kesal. Alma mempermalukan aku, bahkan dia menerima lamaran Satria," kata Firman."Kamu masih mencintai, Alma?" tanya Ibnu."Tentu aku mencintai Alma sampai saat ini. Aku menikahi Sania karena bentuk tanggung jawabku atas kehamilannya. Malah anak itu sudah tiada, harusnya aku segera ceraikan Sania saja dan kembali rujuk dengan Alma," kata Firman.Tanpa sadar, Firman membeberkan semua unek-uneknya. Dia tak tahu jika Ibnu telah merekam semua yang dia katakan pada Ibnu. Ibnu segera mengirimkan pesan pada Sania. Dan seketika itu, Sania laSania pergi ke salon langganannya, Sania tampak milih paket perawatan yang akan dia gunakan."Mbak Sania mau perawatan apa? Karena Mbak Sania pelanggan pertama pagi ini, maka Mbak Sania bisa mendapatkan perawatan wajah gratis," kata salah satu karyawan."Hah yang benar saja, Mbak. Emang dalam rangka apa ini?" tanya Sania."Hari ini merupakan ulang tahun salon kami," jawabnya.Sania lalu memilih perawatan wajah yang biasa dia lakukan. Dia memanfaatkan momen untuk nyalon gratis. Apalagi itu tidak terjadi setiap hari."Mumpung gratis," kata Sania bahagia.Sania mengabaikan semua masalah yang tengah dia hadapi dengan Firman. Dia memilih untuk memanjakan diri di salon. Apalagi dengan mendapatkan perawatan gratis akan menghemat pengeluaran.**Sementara itu, Firman sedang belajar membuat laporan keuangan. Dia berusaha agar bisa menyerap semua ilmu yang diajarkan."Tumben Sania gak nelfon, aku nelfon si mbak a
Sintia tak peduli jika Ibnu terus meminta uang. Bagi dia, kebebasannya lebih berarti. Toh dia punya banyak harta dari orang tuanya. Karena orang tua Sintia yang kata, makanya dia bisa berbuat semaunya. Sementara Dirga hanya menjalankan perusahaan keluarga Sintia.Sintia kembali ke tempat lain, tempat yang di rasa aman dan tidak akan ada Dirga di sana. Tetapi justru dia malah bertemu dengan Alma dan Satria. Tempat apalagi kalau bukan danau tempat favorit Alma dan Satria."Sintia, kamu ke sini juga," kata Alma.Sintia tersenyum, "iya aku ke sini sama teman aku," kata Sintia memperkenalkan kekasihnya sebagai temannya pada Alma. "Kamu sama Satria?" tanya Sintia."Iya, dia sedang di sana sama anakku," jawab Alma. "Oh ya aku duluan ya," kata Alma karena tahu Sintia sedang bersama pria lain.Sintia merasa biasa saja, dia yakin kalau Alma tak akan mengatakan apapun pada Dirga. Lagi pula Alma bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lai
Saat Dirga menuruti apa maunya Sintia dan jatuh bangkrut, justru Dirga di salahkan. Padahal sebelumnya Dirga sudah memperingatkan mertuanya."Sekarang perusahaan kita bangkrut, aku mau kamu bayar semua hutang itu dan selesaikan semua," kata Mertua Dirga."Jalan salah satunya adalah menjual perusahaan kita, Pa," kata Dirga."Tidak, lebih baik kamu di penjara saja. Dari pada perusahaan harus di jual," kata Mertua Dirga.Dirga pasrah, dia terpaksa menanggung semua masalah dengan menerima hukuman karena dia tak punya banyak uang untuk ganti rugi. Sintia menceraikan dia, dan perusahaan kembali di ambil alih oleh mertua Dirga.Satria yang tak menyangka Sintia dan papanya menumbalkan Dirga atas semuanya. Padahal Dirga menuruti semua kemauan istrinya."Kasihan sekali Dirga," kata Satria."Iya, tapi mau bagaimana lagi. Dia memilih jalan itu untuk masalah ini," kata Alma. "Kita juga tak bisa membantu karena mertuanya juga kan maun
"Sania dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?" tanya Kurnia."Mas Firman yang mengirimkan ke aku, Bu. Dia gajinya banyak, jadi dia udah kirim uang ke aku,' jawab Sania."Memang apa pekerjaan Firman?" tanya Kurnia."Aku tak tahu yang aku tahu dia disuruh antar barang. Mungkin jadi kurir ekspedisi," jawab Sania. "Gak apa jauh dari suami, asal punya uang banyak," kata Sania senang.Sania langsung beli perhiasan, apalagi dia akan diundang ke acara pertunangan Satria dan Alma. Dia ingin tampil cantik walaupun tidak bersama Firman.**Satria dan Alma akan segera bertunangan, dan mereka telah menetapkan hari pernikahan mereka."Semua sudah siap?" tanya Satria saat menelfon seseorang."Sudah, Pak. Bisa Bapak cek," jawabnya."Oh gak perlu, aku percaya kinerja kamu bagus," kata Satria.Alma hanya mengundang beberapa saudara saja. Dia tak lupa mengundang Dewita dan Wibowo. Biar bagaimanapun mereka baik p
"Maaf, Mas Lukman," kata Sania."Mama...," panggil Ibra."Kamu udah punya anak?" tanya Lukman.Sania tersenyum, dia lalu berkata," Iya, dia anakku. Tapi aku dan papanya sudah berpisah.""Jadi kamu seorang janda?" tanya Lukman senang.Sania berpikir tak masalah jika dia mengaku janda, apalagi Firman sedang tidak di rumah."Iya," jawab Sania.Acara pertunangan Alma dan Satria berjalan lancar. Mereka menetapkan acara pernikahan akan di adakan tiga bulan lagi.**Setelah acara pertunangan Alma, Sania sering bertemu dengan Lukman. Mereka saling menyukai dan menjalani hubungan terlarang.Sania harus waspada, dia memakai pil KB agar tak hamil. Yang ada Firman curiga kalau dia hamil."Sania, terimakasih kamu sudah menemani aku," kata Lukman."Sama-sama, Mas," ucap Sania. Sania melihat ponselnya, dia melihat ada tas baru, tapi harganya lumayan mahal."Ada apa? Kamu pengen tas
Pagi itu Sudiro sudah berangkat ke bandara untuk menjemput Maisya. Sementara Satria memilih untuk berangkat kerja lebih awal. Dia malas jika harus bertemu dengan Maisya.Sampai di kantor, Satria menceritakan soal Maisya pada Alma. Dia tak ingin nanti Alma akan salah faham dengan Maisya."Dia suka sama kamu?" tanya Alma."Ya, tapi papa gak tahu," jawab Satria. "Malah sekarang dia datang dan akan menginap di rumah untuk sementara waktu," kata Satria nampak tak suka dengan kedatangan Maisya."Oka aku ngerti," kata Alma.Jika dulu dia berhadapan dengan Sania, mungkin sekarang dia akan menghadapi Maisya.**"Om Sudiro, sendirian aja. Mana Satria?" tanya Maisya."Dia kerja," jawab Sudiro.Maisya masuk ke mobil Sudiro, sebelum pulang Sudiro mengajak Maisya untuk sarapan dulu. Tadi dia tak sempat sarapan di rumah."Om, bagaimana kalau setelah ini kita ke kantor Satria?" tanya Maisya."Boleh sa
Maisya di buat kesal oleh Satria, dia akhirnya memilih pulang. Namun, sampai di rumah dia terkejut karena sang Mama datang."Mama, ke sini kok gak bilang?" tanya Maisya."Mama mau urus itu calon istri Satria," jawab Safira."Iya, Ma. Dia udah berani melawan aku," adu Maisya.Sebagai anak kesayangan Safira, Maisya selalu di manja. Apapun yang Maisya mau selalu Safira turutin. "Andaikan Mama Satria masih hidup, dia pasti akan merestui kamu dan Satria. Gak kaya Mas Sudiro yang ikut Satria aja. Mana level Satria dapat janda anak satu," kaya Safira.Seharian Maisya bermanja-manja dengan Sang mama. Dia ingin sang Mama menjodohkan dia dengan Satria.***Sania makin menjadi, dia tak hanya menjalani hubungan bersama Lukman. Tetapi dengan para pengusaha lain. Dia senang bisa menjadi simpanan para bos."Sania, kenapa kamu susah di hubungi?" tanya Lukman."Aku mau kita putus," jawab Sania. "Aku merasa udah gak cocok lagi sama kamu," kata Sania."Gak semudah itu, Sania," kata Lukman.Sania mening
Malam itu, Alma mengajak Naomi ke rumah Satria. Saat mereka datang, Satria tampak terkejut begitu juga dengan Sudiro."Alma, ada perlu apa?" tanya Sudiro.Tidak berapa lama dua siluman ular muncul, mereka tampak tersenyum melihat Alma dan Naomi datang."Ma, Tante itu yang ke rumah. Dia ngaku istrinya Om Satria," kata Naomi menunjuk Maisya."Apa yang kamu lakukan pada Naomi? Sampai dia ketakutan? Kamu kan yang memotong baju dan rambutnya hingga seperti ini?" tanya Alma tanpa basa-basi sambil menunjuk rambut Naomi.Sudiro menatap Maisya dengan tatapan penuh amarah. Dia merasa kecewa dengan sikap Maisya yang keterlaluan pada Naomi."Apa maksud kamu melakukan semua ini?" tanya Sudiro. "Kamu ingin mengacaukan semua keinginan Satria untuk menikahi Alma dengan menyerang Naomi," bentak Sudiro."Keterlaluan kamu, Mai. Aku kecewa sama kamu. Kalau kedatangan kamu hanya untuk mengacaukan semua. Silahkan kalian pergi dari rumah kami!" usir Satria."Anak itu pasti mengada-ngada, bisa saja dia yang