Pagi itu Sudiro sudah berangkat ke bandara untuk menjemput Maisya. Sementara Satria memilih untuk berangkat kerja lebih awal. Dia malas jika harus bertemu dengan Maisya.
Sampai di kantor, Satria menceritakan soal Maisya pada Alma. Dia tak ingin nanti Alma akan salah faham dengan Maisya."Dia suka sama kamu?" tanya Alma."Ya, tapi papa gak tahu," jawab Satria. "Malah sekarang dia datang dan akan menginap di rumah untuk sementara waktu," kata Satria nampak tak suka dengan kedatangan Maisya."Oka aku ngerti," kata Alma.Jika dulu dia berhadapan dengan Sania, mungkin sekarang dia akan menghadapi Maisya.**"Om Sudiro, sendirian aja. Mana Satria?" tanya Maisya."Dia kerja," jawab Sudiro.Maisya masuk ke mobil Sudiro, sebelum pulang Sudiro mengajak Maisya untuk sarapan dulu. Tadi dia tak sempat sarapan di rumah."Om, bagaimana kalau setelah ini kita ke kantor Satria?" tanya Maisya."Boleh saMaisya di buat kesal oleh Satria, dia akhirnya memilih pulang. Namun, sampai di rumah dia terkejut karena sang Mama datang."Mama, ke sini kok gak bilang?" tanya Maisya."Mama mau urus itu calon istri Satria," jawab Safira."Iya, Ma. Dia udah berani melawan aku," adu Maisya.Sebagai anak kesayangan Safira, Maisya selalu di manja. Apapun yang Maisya mau selalu Safira turutin. "Andaikan Mama Satria masih hidup, dia pasti akan merestui kamu dan Satria. Gak kaya Mas Sudiro yang ikut Satria aja. Mana level Satria dapat janda anak satu," kaya Safira.Seharian Maisya bermanja-manja dengan Sang mama. Dia ingin sang Mama menjodohkan dia dengan Satria.***Sania makin menjadi, dia tak hanya menjalani hubungan bersama Lukman. Tetapi dengan para pengusaha lain. Dia senang bisa menjadi simpanan para bos."Sania, kenapa kamu susah di hubungi?" tanya Lukman."Aku mau kita putus," jawab Sania. "Aku merasa udah gak cocok lagi sama kamu," kata Sania."Gak semudah itu, Sania," kata Lukman.Sania mening
Malam itu, Alma mengajak Naomi ke rumah Satria. Saat mereka datang, Satria tampak terkejut begitu juga dengan Sudiro."Alma, ada perlu apa?" tanya Sudiro.Tidak berapa lama dua siluman ular muncul, mereka tampak tersenyum melihat Alma dan Naomi datang."Ma, Tante itu yang ke rumah. Dia ngaku istrinya Om Satria," kata Naomi menunjuk Maisya."Apa yang kamu lakukan pada Naomi? Sampai dia ketakutan? Kamu kan yang memotong baju dan rambutnya hingga seperti ini?" tanya Alma tanpa basa-basi sambil menunjuk rambut Naomi.Sudiro menatap Maisya dengan tatapan penuh amarah. Dia merasa kecewa dengan sikap Maisya yang keterlaluan pada Naomi."Apa maksud kamu melakukan semua ini?" tanya Sudiro. "Kamu ingin mengacaukan semua keinginan Satria untuk menikahi Alma dengan menyerang Naomi," bentak Sudiro."Keterlaluan kamu, Mai. Aku kecewa sama kamu. Kalau kedatangan kamu hanya untuk mengacaukan semua. Silahkan kalian pergi dari rumah kami!" usir Satria."Anak itu pasti mengada-ngada, bisa saja dia yang
"Bagaimana apa kamu tetap mau kerja sama dengan kami?" tanya Safira."Tentu, asal dapat uang aku pasti mau," jawab Sania. "Lagi pula aku juga gak suka lihat Alma beruntung karena menikah dengan Satria," sambung Sania.Sifat iri Sania gak pernah berubah, apapun yang Alma dapatkan selalu dia jadikan bahan iri dengki."Aku mau kamu buat pernikahan mereka gagal," kata Safira. "Perkara bagaimana caranya kamu pikirkan sendiri, dan ingat saat kamu ketahuan jangan pernah melibatkan kami," kata Safira."Itu gampang," kata Sania.Sania duduk lalu memberikan nomor ponselnya pada Safira."Jangan lupa kabari saja," kata Sania.Mereka telah sepakat, padahal Sania sudah dapat banyak uang dari Firman dan simpanannya. Tetapi, baginya itu belum seberapa.***Alma tengah melihat Naomi sedang bermain, dia melihat Naomi punya mainan baru."Ma, ini tadi dibelikan papa," kata Naomi."Oh gitu, gak ada Tante Sania, kan?" tanya Alma."Gak ada, Papa sendirian ke sekolahan," jawab Naomi.Alma segera mandi, dia y
Alma tengah bingung memikirkan Naomi, sampai malam dia belum menemukan titik terang. Semakin malam, Alma tak bisa tidur, Arum terlihat menenangkan Alma yang tak tenang sejak tadi."Bagaimana kalau Naomi tidak di beri makan?" tanya Alma."Sabar, Mbak. Pasti mereka ngasih makan Naomi," jawab Arum.Belum sempat Arum beranjak ke kamarnya, Alma mendapatkan panggilan. Suara seorang pria di seberang sana."Kamu pasti bingung mencari anakmu, kalau kamu mau anakmu kembali dengan selamat segera batalkan pernikahan kamu dengan calon suami kamu," kata pria itu."Siapa kamu? Aku gak mungkin membatalkannya," kata Alma."Apa kamu ingin anakmu tidak kembali?" tanya Pria itu."Mama...tolong Naomi, Ma!" teriak Naomi. "Mama Naomi takut," Suara Naomi terlihat sangat ketakutan dan menangis."Aku akan turuti tapi jangan apa-apakan anakku," kata Alma.Malam itu, Alma meminta Arum mengantarkan dirinya ke rumah Satria. Saat Alma datang Sudiro dan Satria terkejut."Satria, kita harus membatalkan pernikahan kit
Sejak kejadian itu, Alma maupun Naomi tak pernah menemui Firman. Dewita dan Wibowo sempat kecewa namun biar bagaimanapun Firman merupakan putra mereka."Mama, Naomi gak mau ketemu papa lagi. Dia jahatin Naomi," ucap Naomi."Sayang, sejahat apapun papa. Dia akan tetap papa kamu," kata Alma."Gak, Naomi benci papa," bantah Naomi.Alma tak pernah membahas lagi soal Firman di depan Naomi. Dia memilih untuk meneruskan pernikahannya dengan Satria.Sementara itu, Firman memohon pada Dewita untuk meyakinkan Alma dan Naomi jika bukan dia yang menculik Naomi."Ma, Firman mohon! Tolong bantu Firman, ini ulah Sania, Ma. Aku hanya dijadikan kambing hitam," ucap Firman."Bukti mengarah ke kamu, dan kamu sudah mendapatkan hukuman," kata Dewita."Tapi aku gak sejahat itu, Ma. Apalagi Naomi anakku sendiri, Sania yang melakukan semua," kata Firman."Mama akan coba," kata Dewita.Setelah dari kantor polisi, Dewita ke tempat Alma. Dia di sambut baik oleh Arum dan Naomi."Oma, kenapa papa jahat sama Naomi
Sania puas akhirnya dia bisa lepas dari Firman. Dia tak peduli lagi dengan pria miskin dan narapidana itu. Baginya saat ini dia akan menjalankan misi besar untuk mendapatkan harta."Aku sudah mengajukan gugatan cerai, setelah ini kita bisa bebas melakukannya," kata Sania. "Ingat yakinkan pria tua itu," kata Sania."Tenanglah, aku sedang atur jadwal untuk bertemu dia. Aku meminta pekerjaan padanya," kata Ibnu.Siangnya, Ibnu dan Sudiro bertemu di rumah makan. Mereka tentu membahas soal pekerjaan yang di minta Ibnu."Ibnu, maaf aku tidak bisa memberi kamu kerjaan di kantor. Soalnya kamu hanya berijazah SMP saja. Bagaimana kalau kamu jadi supir pribadiku saja?" tanya Sudiro.Ibnu tampak berpikir, "baiklah, Pak. Tidak masalah yang penting kerjaannya halal," jawab Ibnu.Bagus Ibnu tak masalah jika hanya sebagai sopir, setidaknya dia bisa dekat dengan Sudiro dan memanfaatkan Sudiro.Setelah pulang dari rumah makan, Sudiro menyampaikan pada pada Satria soal dia yang menjadikan Ibnu supir pri
Satria sengaja mengundang Alma dan keluarganya untuk makan malam di rumahnya. Selain makan malam juga membicarakan pernikahan Alma dan Satria.Hal itu tidak luput dari Maisya dan Safira, dia menyambut keluarga Alma dengan baik. Alma sempat kaget tapi dia berusaha untuk santai."Selamat datang calon besan," sapa Safira pada Nina. "Silahkan masuk!" Safira mempersilahkan mereka masuk.Satria langsung mengajak mereka ke ruang makan karena memang makanan sudah siap."Maaf ya hanya ini saja yang bisa kamu hidangkan," ucap Sudiro pada keluarga Alma."Tidak masalah, Pak. Ini saja sudah lebih dari cukup," balas Komar.Safira tetap menjaga diri di depan keluarga Alma walau dalam hati ingin mencaci maki mereka karena datang dengan tangan kosong."Alma beruntung bisa mendapatkan Satria ya, selain mapan dia juga tampan," kata Safira. "Semoga pernikahan mereka nanti lancar," sambung Safira.Tak ada yang menanggapi, mereka hanya tersenyum saja. Hal itu membuat Safira makin kesal.Alma dan keluargany
Semua persiapan pernikahan Alma sudah siap 95%. Tidak terasa besok adalah hari pernikahan Alma dan Satria. Walaupun bukan pernikahan yang pertama tetapi Alma tetap merasa deg-degan.Alma senang sampai saat ini persiapan pernikahan mereka berjalan lancar. Alma berharap esok dan seterusnya semua akan baik-baik saja.Pagi itu, Alma sudah di rias oleh penata rias yang disewa oleh keluarga Satria. Alma sangat cantik sekali, banyak yang kagum dengan kecantikan Alma.Di saat Alma tengah bahagia, Firman tengah mencoba ikhlas di dalam penjara."Ma, Mama sama Papa kok rapi sekali? Seperti mau kondangan," kata Firman. Dewita sengaja mampir ke lapas sebelum ke acara Alma."Alma hari ini akan menikah dengan Satria, Mama harap kamu ikhlas. Andai dulu kamu tidak mengkhianati Alma pasti kalian masih jadi keluarga yang bahagia," kata Dewita.Firman tertunduk, dia sedih karena tidak bisa hadir di acara bahagia Alma. Malah dia harus menjalani hukuman."Ma, titip surat buat Alma ya," kata Firman.Firman
Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
"Selamat, Pak. Istri anda hamil," jawab Dokter.Sudiro terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang diinginkan Sania terkabul. "Di kehamilan trisemester pertama, Ibu hamil memang mudah sekali capek. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat lelah," lanjut Dokter.Dokter meminta Sudiro menemui Sania, di dalam Sania tampak senang sekali. Apa yang dia harapkan telah menjadi kenyataan."Aku hamil, Mas," kata Sania."Selamat ya, Sayang," ucap Sudiro."Mas, aku mau minta hadiah," kata Sania. Sikap manjanya seketika dia tunjukkan pada Sudiro. Sudiro hanya menganggukkan kepala."Aku mau sebagian harta kamu nantinya akan menjadi milik anak kita," kata Sania.Sudiro terkejut, pasalnya semua harta sudah 3/4 milik Satria. Namun, dia masih punya seperempatnya lagi."Ya," ucap Sudiro.Setelah itu mereka diperbolehkan pulang, Sania harus banyak istirahat agar kehamilannya tidak mengalami masalah.Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Sania meminta agar Sudiro memberikan s
Setelah mendapatkan uang dari Naomi, Firman segera pergi ke club'. Dia menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang."Enak sekali ternyata hidupku ini," kata Firman.Firman mabuk berat, dia pulang dengan mengendarai sepeda motor. Firman tidak dapat menguasai diri, dia menabrak sebuah mobil yang melintas dari arah lain.BraaaakkkkFirman jatuh terguling di aspal, dia langsung tak sadarkan diri. Pemilik mobil langsung saja melarikan diri. Suasana jalan saat itu sangat sepi.Paginya saat tersadar, Firman berada di sebuah rumah sakit. Dia hanya bisa menggerakkan matanya namun susah untuk berbicara."A...A..ku d..i...ma...na...?" tanya Firman ."Pak Firman berada di rumah sakit, kami sudah memberi kabar pada keluarga Pak Firman," jawab perawat.Tidak berapa lama pintu terbuka, Firman kira itu adalah orang tuanya ternyata dokter datang memeriksa keadaannya.Keadaan Firman sangat memprihatinkan, dia susah berbicara dan kakinya satu terpaksa diamputasi karena lukanya sudah sangat parah. Denga
Satria merasa aneh dengan sikap Naomi, dia menjadi pendiam sejak Firman di pecat. Bahkan Naomi jarang berbicara dengan Satria."Naomi, bagaimana sekolah kamu?" tanya Satria."Alhamdulillah baik," jawab Naomi singkat."Kamu kenapa kok jadi pendiam seperti itu? Apa ada masalah? Kalau ada cerita sama Papa," kata Satria.Naomi menggeleng, setelah sampai di depan gerbang Naomi segera turun dari mobil dan berjalan ke sekolahannya. Satria segera pergi, namun ada panggilan sehingga dia berhenti di dekat sekolahan Naomi.Saat Satria menerima panggilan, dia melihat Firman ke arah sekolahan Naomi. Dia menelfon sembari melihat ke arah Firman berada. Tidak berapa lama Naomi datang dia mendekati Firman.Satria yang merasa penasaran langsung mengakhiri panggilannya dan mendekat. Namun, dia bersembunyi agar Naomi dan Firman tidak tahu."Sayang, Mana uang yang Papa minta?" tanya Firman. Satria yang mendengar pertanyaan Firman, terkejut sekali."Ini, Pa. Ini terakhir kalinya ya, Pa. Naomi tidak mau men
Safira melihat Maisya datang, dia tampak senang sekali."Safira...Safira...jangan melamun," panggil Dimas.Seketika Safira tersadar, ternyata dia hanya mengkhayal kalau Maisya datang. Dia tampak kecewa karena anak semata wayangnya tidak hadir."Aku kepikiran Maisya, Mas," ucap Safira."Kamu kan bisa hubungi dia, aku juga merasa khawatir. Sepertinya suaminya tidak ingin Maisya menemui kita," kata Dimas.Acara tujuh bulanan Alma segera di mulai, mereka maju ke depan mengikuti serangkaian acara. Banyak para tamu yang datang, mereka rata-rata kenalan dari Sudiro dan Satria.Sementara itu, Maisya di rumah hanya bisa mengkhayal. Mengkhayal bertemu kedua orang tuanya. Dia sudah merindukan kedua orang tuanya. Walaupun dia sering berkomunikasi tetapi beda jika bisa bertatap muka.Khayalan memang lebih indah dibandingkan kenyataan. Karena khayalan sesuai dengan apa yang kita inginkan."Maisya, jangan harap kamu bisa hadir di acara Alma," kata Satya. "Perutmu mulai membesar jadi kamu harus diam
"Aku gak mau ikut papa," ucap Naomi sambil menarik tangannya dan berlari ke arah Alma.Firman mengejar Naomi, namun ditahan oleh Satria."Kamu dengar sendiri, Naomi tidak mau ikut dengan kamu. Kamu tidak sadar kalau tadi kamu telah bersikap kasar padanya," kata Satria.Firman tetap tak terima dia mendekati Naomi yang berdiri di belakang Alma. Dia menarik tangan Naomi tetapi anak itu enggan ikut dengannya."Firman, hentikan," teriak Sudiro."Tidak ada yang bisa menghalangi aku, Naomi anakku. Aku berhak atas dia," ucap Firman marah. "Kalian semua tidak siapa-siapa bagi Naomi, aku adalah Papanya. Kalian hanya orang lain yang berada di hidup Naomi," kata Firman."Tapi aku Mamanya, aku yang melahirkan dia. Jadi aku yang lebih berhak atas Naomi. Pengadilan sudah mengesahkan hak asuh Naomi padaku, kalau kamu mau ambil Naomi kita tempuh jalur hukum," kata Alma."Tidak perlu, aku akan bawa dia," kata Firman.Firman dengan kasar mendorong Alma, Satria langsung saja membantu Alma gar tidak trler
"Ma-maafkan aku, Mas," ucap Sania. "Aku memang bukan ibu yang baik untuk Ibra tetapi aku akan berusaha memperbaiki diriku. Aku akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik pada anak-anakku," kata Sania sedih."Aku tidak mau kalau sampai anakku nanti bernasib sama seperti Ibra. Kamu harus membawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro."Iya, Mas," ucap Sania.Sania senang Sudiro mau menerima kehadiran Ibra. Sania semakin mantap untuk merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.Makan malam usai, mereka kembali ke kamar hotel untuk istirahat. Besok pagi mereka akan kembali ke rumah."Sebelum pulang ke rumah, kita ke rumah ibumu. Kita bawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro. Sania hanya mengangguk, dia terharu sekali.Sementara itu, Alma mulai gelisah. Naomi tak mau tidur ditemani Alma. Dia memilih untuk tidur sendiri saja."Mama sama Om Satria aja, aku berani tidur sendiri. Selama ini Mama kan lupa sama Naomi," kata Naomi.Sedih hati Alma mendengar apa yang Naomi katakan. Padahal selama ini Alma ya