Sore itu sebelum pulang, Alma mampir belanja dulu. Dia membeli beberapa perlengkapan rumah dan bahan makanan. Tanpa sengaja dia bertemu Sania, Alma berniat menghindar tapi Sania malah menyapanya.
"Eh ada Alma, sendirian aja," kata Sania. "UPS lupa kan janda ya, mana punya teman buat belanja," kata Sania. "Kaya aku dong ditemenin suami," kata Sania yang menggandeng lengan Firman."Oh ya aku lupa ngucapin selamat buat kalia. Selamat ya, semoga suami kamu setia," kata Alma menjabat tangan Sania. Alma sengaja menekan tangan Sania agar kesakitan.Sania malah membalasnya dengan lebih sakit lagi. Namun, Alma tak mau mengalah."Udah besar aja perutnya, padahal baru beberapa hari nikah. Udah zamannya ya sekarang nikah tapi hamil besar," kata Alma. "Apalagi kalau suaminya hasil merebut milik orang," kata Alma.Beberapa orang yang ada di sana melihat ke arah Sania. Tentu hal itu membuat Firman merasa malu."Eh maksud kamu apaan? Kamu kira aSampai di kantor polisi, Alma diintrogasi seputar kejadian yang terjadi di pusat perbelanjaan. Saat Alma menyebutkan pusat belanja tempat dia dan Sania bertengkar. Satria meminta seseorang untuk mengecek CCTV di sana."Pak Satria, ini sudah malam. Pasti tokonya sudah tutup," kata temannya. "Ya udah besok datangi dan minta rekaman CCTV ya," kata Satria.Setelah menjawab pertanyaan dari polisi, Alma terpaksa di tahan. Satria berjanji akan membebaskan Alma. Nina dan Komar menyusul, mereka tampak khawatir."Ngapain kamu di sini?" tanya Komar jutek saat melihat Satria."Pak, bisa gak sih jangan bikin keributan," tegur Nina."Satria, aku mohon bebaskan aku. Kasihan Naomi kalau aku kelamaan di sini," kata Alma."Iya aku akan urus semua besok," kata Satria "Kalau mau bantu kenapa nunggu besok? Katanya orang kaya punya banyak uang, bantu kok setengah-setengah," kata Komar."Pak, kalau mau bikin keributan di lu
"Bapak pantas kalau di diemin, punya mulut gak dijaga," kata Nina.Nina masuk ke dalam rumah dan mengunci diri di kamar. Sebagai seorang ibu, Nina gak akan rela anaknya disakiti apalagi di doakan mati."Mas Komar kamu jahat sekali," kata Nina.Nina menangis di dalam kamar, Komar yang hendak masuk ke kamar tak bisa karena dikunci. Karena dicuekin Nina, Komar memilih untuk pergi.Nina sedih sekali, dia ingin Alma tinggal bersamanya. Tetapi sikap Komar membuat Alma enggan tinggal bersama mereka.Kesedihan Nina berlarut-larut, dia merasa kalau Komar bukan bapak yang baik. Nina memilih untuk diam walaupun Komar terus mengajaknya berbicara."Sudah sih Bu, jangan marah lagi. Lagian Alma juga gak akan kesini kalau mama seperti itu. Anak itu sudah gak anggap kita sebagai orang tuanya," kata Komar.Nina tetap tak mau menjawab. Dia malah meninggalkan Komar sendiri."Ibu dan anak sama saja," gerutu Komar.**
Alma menghubungi Firman, dia meminta agar Firman datang menemui Naomi di sekolahan. Tapi jawabannya di luar dugaan Alma."Itu bukan urusanku lagi, siapa suruh kamu minta cerai. Itu ya tanggung jawab kamu," kata Firman. "Dia yang kangen, suruh aja dia kesini. Atau kamu antar dia ke sini," sambung Firman."Oh jadi begitu ya," kata Alma memutuskan panggilan dengan Firman."Bagaimana, Ma?" tanya Naomi."Papa gak mau ke sini, kamu disuruh kesana. Katanya kamu yang kangen," jawab Alma."Mama antar Naomi ya nanti pas hari libur," kata Naomi.Alma sebenarnya tak ingin mengantarkan Naomi ke rumah Firman. Tetapi Naomi terus merengek, jadi dia terpaksa mau."Ya sudah nanti mama antar," kata Alma.Malam itu, mereka tidur dengan nyenyak. Esoknya Alma harus bekerja dan nanti pas hari Minggu dia akan mengantar Naomi ke rumah Firman.**"Apa kabar, Pak Satria!" sapa Alma."Baik, Ma," balas Satria. "Ke
Hari itu, Firman baru saja gajian. Sania tentu sudah menunggu kepulangannya. Karena Sania mengharapkan uang gaji Firman."Mas, hari ini kamu gajian kan? Mana uangnya?" tanya Sania."Ini jatah bulanan kamu," jawab Firman menyodorkan amplop.Sania mengambil dan menghitungnya, dia tampak kecewa karena tak sesuai harapan."Loh kok cuma segini, katanya gaji kamu 7 juta, Mas," protes Sania."Jatah Bulanan kamu 3 juta, jatah bulanan Naomi 1,5juta sisa 2,5 juta buat pegangan aku," kata Firman."Mas, aku kan udah bilang, Naomi gak usah di kasih jatah," bantah Sania."Kamu sendiri kan yang bilang sama Ibnu kalau aku masih jatah Naomi, aku hanya menjalankan apa yang jadi kewajiban aku. Apa kamu tak mengerti kalau waktu itu Ibnu nyindir aku," kata Firman. "itu udah jatah kamu, jangan protes," kata Firman."Gak mau, mana uang jatah buat Naomi. Aku mau ambil," Sania mencari dompet Firman dan melihat isinya. Isinya hanya uang
Dokter terpaksa memberikan obat penenang untuk Sania. Dia tak bisa diem kalau tak diberi obat penenang. Namun, saat sadar dia kembali menangis."Mas Firman, anak kita, Mas" ucap Sania sedih."Sabar, Sania. Yakinlah kita akan diberi amanah lagi," kata Firman.Sania merasa terpukul kehilangan bayinya, apalagi anak itu sangat diharapkan. Karena anak itulah, dia bisa menikah dengan Firman."Bu, bayiku udah gak ada," kata Sania saat Kurnia datang. Kurnia menenangkan Sania, dia memberikan nasehatnya sebagai seorang ibu.Sania sudah di perbolehkan pulang, jadi dia bisa melihat makam anaknya. Pengajian hanya dia adakan selama tiga hari saja.Kabar meninggalnya bayi Sania sampai ke telinga Alma. Dia merasa kasihan pada Sania, hanya saja Alma tak mungkin datang ke rumah Firman. Dia takut jika disambut dengan hinaan. Jadi Alma memilih diam saja.Sania sering termenung saat sendirian. Dia merasa belum siap kehilangan bayinya. Sampai
Siswa yang dikenal dengan namanya Betty tengah melabrak pacarnya dengan siswa bernama Bunga. Ternyata Betty dan Bunga teman baik."Kamu tega Bunga, dia itu pacarku tapi kamu malah merebutnya," kata Betty."Ya ampun, Bet. Gak usah segitunya kali, bukannya kita biasa joinan ya. Kalau sekarang aku pakai pacar kamu kan itu wajar," kata Bunga.Alma dan Satria malah asyik menonton mereka bertengkar. Alma dan Satria malah taruhan. Antara Betty dan Bunga siapa yang akan di pilih Si Dimas."Dimas, aku mau kamu putusin Betty," kata Bunga."Dimas, aku mau kamu tinggalkan dia, kamu lebih dulu pacaran sama aku," kata Betty.Dimas tampak bingung, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sesekali Dimas melihat ke arah Alma dan Satria yang asyik menyaksikan tontonan gratis."Jangan di sini, malu di lihat orang," kata Dimas."Gak mau, bakso kita aja belum habis," kata Bunga masih sempat makan bakso."Ya ampun, mau aja ya
Setelah pulang dari kontrakan Alma, Satria mampir beli hadiah untuk Alma karena kalah taruhan."Ini baru cocok," kata Alma.Hadiahnya masih di biarkan di dalam mobil agar besok tak lupa membawa. Dia tak mau membuat Alma kecewa."Semoga ini awal yang baik," kata Satria.Satria masih berharap Alma akan menjadi miliknya suatu saat. Satria akan sabar menunggu Sahara. Tak peduli jika usianya sudah tua. Bagi dia yang terpenting bisa bersama Alma."Dari mana saja baru pulang?" tanya Sudiro."Biasa, Pa. Mampir kontrakan Alma," jawab Satria."Bagaimana hubungan kamu dan Alma?" tanya Sudiro."Masih sama," jawab Satria.Satria masuk ke kamar membersihkan diri lalu tidur.**Pagi sekali Alma sudah bangun. Dia tak lupa untuk memasak nasi goreng sosis kesukaan Naomi. Siang nanti dia akan pulang membawakan makanan untuk Naomi."Mama sudah masak, emmm enak sekali," ucap Naomi."Udah
Firman mencoba mencari kerja sampingan. Dia mencari info kerja di cafe dengan meminta sift malam tapi tak ada."Dari pada kamu kerja di cafe, mendingan jadi ojol aja," usul teman Firman."Tapi apa dapat uangnya bisa buat kebutuhan?" tanya Firman. "Ya bisalah, nyatanya ada yang mengandalkan kerja jadi ojol juga cukup," jawab teman Firman.Firman akhirnya memilih untuk mengerjakan kerja sambilan jadi ojek online setelah pulang kerja. Demi bisa memenuhi kebutuhan Sania."Gimana, Mas? Udah dapat kerja sampingan?" tanya Sania."Iya aku akan ngojek online, tadi baru di daftarkan sama teman," jawab Firman."Nah gitu dong," kata Sania. "Aku makin sayang sama kamu, Mas," ucap Sania dengan manja.Selama menikah dengan Sania, Firman selalu tertekan oleh masalah ekonomi. Padahal saat bersama Alma mereka tak pernah kesusahan.**Hari itu Alma harus lembur, dia membantu pekerjaan Inara. Karena sudah malam,