Hari itu, Firman baru saja gajian. Sania tentu sudah menunggu kepulangannya. Karena Sania mengharapkan uang gaji Firman.
"Mas, hari ini kamu gajian kan? Mana uangnya?" tanya Sania."Ini jatah bulanan kamu," jawab Firman menyodorkan amplop.Sania mengambil dan menghitungnya, dia tampak kecewa karena tak sesuai harapan."Loh kok cuma segini, katanya gaji kamu 7 juta, Mas," protes Sania."Jatah Bulanan kamu 3 juta, jatah bulanan Naomi 1,5juta sisa 2,5 juta buat pegangan aku," kata Firman."Mas, aku kan udah bilang, Naomi gak usah di kasih jatah," bantah Sania."Kamu sendiri kan yang bilang sama Ibnu kalau aku masih jatah Naomi, aku hanya menjalankan apa yang jadi kewajiban aku. Apa kamu tak mengerti kalau waktu itu Ibnu nyindir aku," kata Firman. "itu udah jatah kamu, jangan protes," kata Firman."Gak mau, mana uang jatah buat Naomi. Aku mau ambil," Sania mencari dompet Firman dan melihat isinya. Isinya hanya uangDokter terpaksa memberikan obat penenang untuk Sania. Dia tak bisa diem kalau tak diberi obat penenang. Namun, saat sadar dia kembali menangis."Mas Firman, anak kita, Mas" ucap Sania sedih."Sabar, Sania. Yakinlah kita akan diberi amanah lagi," kata Firman.Sania merasa terpukul kehilangan bayinya, apalagi anak itu sangat diharapkan. Karena anak itulah, dia bisa menikah dengan Firman."Bu, bayiku udah gak ada," kata Sania saat Kurnia datang. Kurnia menenangkan Sania, dia memberikan nasehatnya sebagai seorang ibu.Sania sudah di perbolehkan pulang, jadi dia bisa melihat makam anaknya. Pengajian hanya dia adakan selama tiga hari saja.Kabar meninggalnya bayi Sania sampai ke telinga Alma. Dia merasa kasihan pada Sania, hanya saja Alma tak mungkin datang ke rumah Firman. Dia takut jika disambut dengan hinaan. Jadi Alma memilih diam saja.Sania sering termenung saat sendirian. Dia merasa belum siap kehilangan bayinya. Sampai
Siswa yang dikenal dengan namanya Betty tengah melabrak pacarnya dengan siswa bernama Bunga. Ternyata Betty dan Bunga teman baik."Kamu tega Bunga, dia itu pacarku tapi kamu malah merebutnya," kata Betty."Ya ampun, Bet. Gak usah segitunya kali, bukannya kita biasa joinan ya. Kalau sekarang aku pakai pacar kamu kan itu wajar," kata Bunga.Alma dan Satria malah asyik menonton mereka bertengkar. Alma dan Satria malah taruhan. Antara Betty dan Bunga siapa yang akan di pilih Si Dimas."Dimas, aku mau kamu putusin Betty," kata Bunga."Dimas, aku mau kamu tinggalkan dia, kamu lebih dulu pacaran sama aku," kata Betty.Dimas tampak bingung, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sesekali Dimas melihat ke arah Alma dan Satria yang asyik menyaksikan tontonan gratis."Jangan di sini, malu di lihat orang," kata Dimas."Gak mau, bakso kita aja belum habis," kata Bunga masih sempat makan bakso."Ya ampun, mau aja ya
Setelah pulang dari kontrakan Alma, Satria mampir beli hadiah untuk Alma karena kalah taruhan."Ini baru cocok," kata Alma.Hadiahnya masih di biarkan di dalam mobil agar besok tak lupa membawa. Dia tak mau membuat Alma kecewa."Semoga ini awal yang baik," kata Satria.Satria masih berharap Alma akan menjadi miliknya suatu saat. Satria akan sabar menunggu Sahara. Tak peduli jika usianya sudah tua. Bagi dia yang terpenting bisa bersama Alma."Dari mana saja baru pulang?" tanya Sudiro."Biasa, Pa. Mampir kontrakan Alma," jawab Satria."Bagaimana hubungan kamu dan Alma?" tanya Sudiro."Masih sama," jawab Satria.Satria masuk ke kamar membersihkan diri lalu tidur.**Pagi sekali Alma sudah bangun. Dia tak lupa untuk memasak nasi goreng sosis kesukaan Naomi. Siang nanti dia akan pulang membawakan makanan untuk Naomi."Mama sudah masak, emmm enak sekali," ucap Naomi."Udah
Firman mencoba mencari kerja sampingan. Dia mencari info kerja di cafe dengan meminta sift malam tapi tak ada."Dari pada kamu kerja di cafe, mendingan jadi ojol aja," usul teman Firman."Tapi apa dapat uangnya bisa buat kebutuhan?" tanya Firman. "Ya bisalah, nyatanya ada yang mengandalkan kerja jadi ojol juga cukup," jawab teman Firman.Firman akhirnya memilih untuk mengerjakan kerja sambilan jadi ojek online setelah pulang kerja. Demi bisa memenuhi kebutuhan Sania."Gimana, Mas? Udah dapat kerja sampingan?" tanya Sania."Iya aku akan ngojek online, tadi baru di daftarkan sama teman," jawab Firman."Nah gitu dong," kata Sania. "Aku makin sayang sama kamu, Mas," ucap Sania dengan manja.Selama menikah dengan Sania, Firman selalu tertekan oleh masalah ekonomi. Padahal saat bersama Alma mereka tak pernah kesusahan.**Hari itu Alma harus lembur, dia membantu pekerjaan Inara. Karena sudah malam,
Sania ke dalam, dia memulai acara ulang tahun Ibra. Alma dan Naomi melihat acara itu dari jarang yang cukup dekat. Sania, Firman dan Ibra terlihat sedang meniup lilin setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun."Ma, acaranya meriah sekali. Aku aja gak pernah dibuatkan papa acara semeriah ini," kata Naomi."Gak apa-apa yang penting kan doanya," ucap Alma.Tidak berapa lama Ibnu datang, dia membawakan kado yang sangat mahal untuk Ibra. Banyak orang yang memuji Ibnu namun tidak dengan Alma."Hai Alma kamu di sini juga," sapa Ibnu."Ya aku diundang Mas Firman, sebenarnya yang diundang Mas Firman itu Naomi aku hanya menemani saja," kata Alma.Setelah itu tinggal acara hiburan, Naomi dan Alma menikmati hidangan yang telah di sajikan."Taruh piring kalian, makanan ini bukan untuk kalian," bentak Sania.Naomi dan Alma menaruh kembali piring mereka padahal mereka baru saja makan beberapa suap."Ya percuma ada
Seminggu kemudian, Firman datang ke rumah Alma. Dia membawa sejumlah uang untuk diberikan pada Alma."Alma, jika kamu ingin membuat acara ulang tahun Naomi, ini ada uang. Gunakan untuk acara Naomi, agar acaranya lebih meriah dari acara Ibra," kata Firman."Maaf, Mas. Aku bisa melakukannya sendiri. Aku gak mau terima bantuan kamu. Takutnya nanti istri kesayangan kamu marah dan datang ke sini meminta uang itu balik. Dan satu lagi soal uang bulanan jangan pernah kasih lagi ke Naomi, aku gak butuh uang kamu. Begitu juga dengan Naomi, aku masih mampu membiayai Naomi sendiri," kata Alma.Alma masuk ke dalam kamar, diambilnya uang yang waktu itu akan diambil Sania. Lalu dia kembali ke depan lagi."Ini aku kembalikan uang yang pernah kamu berikan pada Naomi," kata Alma menaruh uang itu di tangan Firman. "Gunakan untuk istrimu saja karena dia tampak kekurangan uang," kata Alma."Pa, Naomi gak akan mau menerima apapun pemberian papa, karena Naomi g
Tibalah acara ulang tahun Naomi, Naomi dan Alma terlihat bak putri dari kayangan. Mereka sangat cantik dengan gaun yang mewah."Alma, kamu cantik sekali," puji Inara. "Pak Satria pasti klepek-klepek ini," sambung Inara.Terlihat banyak tamu yang sudah datang, Alma melihat tamu agung yang dia nantikan juga telah datang. Siapa lagi kalau Sania dan Firman."Bagaimana bisa Alma membuat acara semegah ini?" tanya Sania."Kamu kalah dari Alma, Sania," ucap Firman."Aku yakin ada orang yang membantu Alma, ya Satria pasti yang melakukan semua ini," kata Sania."Gak hanya Satria, tapi kamu juga membantu," kata Dewita."Mama...mama ada di sini juga?" tanya Firman ."Tentu, Alma kan gak lupa sama mama. Beda sama kalian yang buat pesta tapi lupa ngundang saya," jawab Dewita. "Pasti istri kamu itu yang gak mau undang mama," kata Dewita.Acara sebentar lagi di mulai, anak-anak merapat ke depan untuk bernyanyi. Kue yan
Sejak menjadi suami Sania, setiap kali marah, kesal atau sedang tak enak hati, maka Firman lari ke club. Mabuk menurutnya adalah obat yang paling mujarab untuk menghilangkan amarah, kesal dan penat. Apalagi jika Sania sering marah urusan uang."Doyan mabuk juga kamu," kata Ibnu. "Gak nyangka kalau ternyata suami Sania doyan mabuk. Apa jangan-jangan suka main perempuan juga ya," kata Ibnu."Diam kamu, aku lagi kesal. Alma mempermalukan aku, bahkan dia menerima lamaran Satria," kata Firman."Kamu masih mencintai, Alma?" tanya Ibnu."Tentu aku mencintai Alma sampai saat ini. Aku menikahi Sania karena bentuk tanggung jawabku atas kehamilannya. Malah anak itu sudah tiada, harusnya aku segera ceraikan Sania saja dan kembali rujuk dengan Alma," kata Firman.Tanpa sadar, Firman membeberkan semua unek-uneknya. Dia tak tahu jika Ibnu telah merekam semua yang dia katakan pada Ibnu. Ibnu segera mengirimkan pesan pada Sania. Dan seketika itu, Sania la