Seminggu kemudian, Firman datang ke rumah Alma. Dia membawa sejumlah uang untuk diberikan pada Alma.
"Alma, jika kamu ingin membuat acara ulang tahun Naomi, ini ada uang. Gunakan untuk acara Naomi, agar acaranya lebih meriah dari acara Ibra," kata Firman."Maaf, Mas. Aku bisa melakukannya sendiri. Aku gak mau terima bantuan kamu. Takutnya nanti istri kesayangan kamu marah dan datang ke sini meminta uang itu balik. Dan satu lagi soal uang bulanan jangan pernah kasih lagi ke Naomi, aku gak butuh uang kamu. Begitu juga dengan Naomi, aku masih mampu membiayai Naomi sendiri," kata Alma.Alma masuk ke dalam kamar, diambilnya uang yang waktu itu akan diambil Sania. Lalu dia kembali ke depan lagi."Ini aku kembalikan uang yang pernah kamu berikan pada Naomi," kata Alma menaruh uang itu di tangan Firman. "Gunakan untuk istrimu saja karena dia tampak kekurangan uang," kata Alma."Pa, Naomi gak akan mau menerima apapun pemberian papa, karena Naomi gTibalah acara ulang tahun Naomi, Naomi dan Alma terlihat bak putri dari kayangan. Mereka sangat cantik dengan gaun yang mewah."Alma, kamu cantik sekali," puji Inara. "Pak Satria pasti klepek-klepek ini," sambung Inara.Terlihat banyak tamu yang sudah datang, Alma melihat tamu agung yang dia nantikan juga telah datang. Siapa lagi kalau Sania dan Firman."Bagaimana bisa Alma membuat acara semegah ini?" tanya Sania."Kamu kalah dari Alma, Sania," ucap Firman."Aku yakin ada orang yang membantu Alma, ya Satria pasti yang melakukan semua ini," kata Sania."Gak hanya Satria, tapi kamu juga membantu," kata Dewita."Mama...mama ada di sini juga?" tanya Firman ."Tentu, Alma kan gak lupa sama mama. Beda sama kalian yang buat pesta tapi lupa ngundang saya," jawab Dewita. "Pasti istri kamu itu yang gak mau undang mama," kata Dewita.Acara sebentar lagi di mulai, anak-anak merapat ke depan untuk bernyanyi. Kue yan
Sejak menjadi suami Sania, setiap kali marah, kesal atau sedang tak enak hati, maka Firman lari ke club. Mabuk menurutnya adalah obat yang paling mujarab untuk menghilangkan amarah, kesal dan penat. Apalagi jika Sania sering marah urusan uang."Doyan mabuk juga kamu," kata Ibnu. "Gak nyangka kalau ternyata suami Sania doyan mabuk. Apa jangan-jangan suka main perempuan juga ya," kata Ibnu."Diam kamu, aku lagi kesal. Alma mempermalukan aku, bahkan dia menerima lamaran Satria," kata Firman."Kamu masih mencintai, Alma?" tanya Ibnu."Tentu aku mencintai Alma sampai saat ini. Aku menikahi Sania karena bentuk tanggung jawabku atas kehamilannya. Malah anak itu sudah tiada, harusnya aku segera ceraikan Sania saja dan kembali rujuk dengan Alma," kata Firman.Tanpa sadar, Firman membeberkan semua unek-uneknya. Dia tak tahu jika Ibnu telah merekam semua yang dia katakan pada Ibnu. Ibnu segera mengirimkan pesan pada Sania. Dan seketika itu, Sania la
Sania pergi ke salon langganannya, Sania tampak milih paket perawatan yang akan dia gunakan."Mbak Sania mau perawatan apa? Karena Mbak Sania pelanggan pertama pagi ini, maka Mbak Sania bisa mendapatkan perawatan wajah gratis," kata salah satu karyawan."Hah yang benar saja, Mbak. Emang dalam rangka apa ini?" tanya Sania."Hari ini merupakan ulang tahun salon kami," jawabnya.Sania lalu memilih perawatan wajah yang biasa dia lakukan. Dia memanfaatkan momen untuk nyalon gratis. Apalagi itu tidak terjadi setiap hari."Mumpung gratis," kata Sania bahagia.Sania mengabaikan semua masalah yang tengah dia hadapi dengan Firman. Dia memilih untuk memanjakan diri di salon. Apalagi dengan mendapatkan perawatan gratis akan menghemat pengeluaran.**Sementara itu, Firman sedang belajar membuat laporan keuangan. Dia berusaha agar bisa menyerap semua ilmu yang diajarkan."Tumben Sania gak nelfon, aku nelfon si mbak a
Sintia tak peduli jika Ibnu terus meminta uang. Bagi dia, kebebasannya lebih berarti. Toh dia punya banyak harta dari orang tuanya. Karena orang tua Sintia yang kata, makanya dia bisa berbuat semaunya. Sementara Dirga hanya menjalankan perusahaan keluarga Sintia.Sintia kembali ke tempat lain, tempat yang di rasa aman dan tidak akan ada Dirga di sana. Tetapi justru dia malah bertemu dengan Alma dan Satria. Tempat apalagi kalau bukan danau tempat favorit Alma dan Satria."Sintia, kamu ke sini juga," kata Alma.Sintia tersenyum, "iya aku ke sini sama teman aku," kata Sintia memperkenalkan kekasihnya sebagai temannya pada Alma. "Kamu sama Satria?" tanya Sintia."Iya, dia sedang di sana sama anakku," jawab Alma. "Oh ya aku duluan ya," kata Alma karena tahu Sintia sedang bersama pria lain.Sintia merasa biasa saja, dia yakin kalau Alma tak akan mengatakan apapun pada Dirga. Lagi pula Alma bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lai
Saat Dirga menuruti apa maunya Sintia dan jatuh bangkrut, justru Dirga di salahkan. Padahal sebelumnya Dirga sudah memperingatkan mertuanya."Sekarang perusahaan kita bangkrut, aku mau kamu bayar semua hutang itu dan selesaikan semua," kata Mertua Dirga."Jalan salah satunya adalah menjual perusahaan kita, Pa," kata Dirga."Tidak, lebih baik kamu di penjara saja. Dari pada perusahaan harus di jual," kata Mertua Dirga.Dirga pasrah, dia terpaksa menanggung semua masalah dengan menerima hukuman karena dia tak punya banyak uang untuk ganti rugi. Sintia menceraikan dia, dan perusahaan kembali di ambil alih oleh mertua Dirga.Satria yang tak menyangka Sintia dan papanya menumbalkan Dirga atas semuanya. Padahal Dirga menuruti semua kemauan istrinya."Kasihan sekali Dirga," kata Satria."Iya, tapi mau bagaimana lagi. Dia memilih jalan itu untuk masalah ini," kata Alma. "Kita juga tak bisa membantu karena mertuanya juga kan maun
"Sania dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?" tanya Kurnia."Mas Firman yang mengirimkan ke aku, Bu. Dia gajinya banyak, jadi dia udah kirim uang ke aku,' jawab Sania."Memang apa pekerjaan Firman?" tanya Kurnia."Aku tak tahu yang aku tahu dia disuruh antar barang. Mungkin jadi kurir ekspedisi," jawab Sania. "Gak apa jauh dari suami, asal punya uang banyak," kata Sania senang.Sania langsung beli perhiasan, apalagi dia akan diundang ke acara pertunangan Satria dan Alma. Dia ingin tampil cantik walaupun tidak bersama Firman.**Satria dan Alma akan segera bertunangan, dan mereka telah menetapkan hari pernikahan mereka."Semua sudah siap?" tanya Satria saat menelfon seseorang."Sudah, Pak. Bisa Bapak cek," jawabnya."Oh gak perlu, aku percaya kinerja kamu bagus," kata Satria.Alma hanya mengundang beberapa saudara saja. Dia tak lupa mengundang Dewita dan Wibowo. Biar bagaimanapun mereka baik p
"Maaf, Mas Lukman," kata Sania."Mama...," panggil Ibra."Kamu udah punya anak?" tanya Lukman.Sania tersenyum, dia lalu berkata," Iya, dia anakku. Tapi aku dan papanya sudah berpisah.""Jadi kamu seorang janda?" tanya Lukman senang.Sania berpikir tak masalah jika dia mengaku janda, apalagi Firman sedang tidak di rumah."Iya," jawab Sania.Acara pertunangan Alma dan Satria berjalan lancar. Mereka menetapkan acara pernikahan akan di adakan tiga bulan lagi.**Setelah acara pertunangan Alma, Sania sering bertemu dengan Lukman. Mereka saling menyukai dan menjalani hubungan terlarang.Sania harus waspada, dia memakai pil KB agar tak hamil. Yang ada Firman curiga kalau dia hamil."Sania, terimakasih kamu sudah menemani aku," kata Lukman."Sama-sama, Mas," ucap Sania. Sania melihat ponselnya, dia melihat ada tas baru, tapi harganya lumayan mahal."Ada apa? Kamu pengen tas
Pagi itu Sudiro sudah berangkat ke bandara untuk menjemput Maisya. Sementara Satria memilih untuk berangkat kerja lebih awal. Dia malas jika harus bertemu dengan Maisya.Sampai di kantor, Satria menceritakan soal Maisya pada Alma. Dia tak ingin nanti Alma akan salah faham dengan Maisya."Dia suka sama kamu?" tanya Alma."Ya, tapi papa gak tahu," jawab Satria. "Malah sekarang dia datang dan akan menginap di rumah untuk sementara waktu," kata Satria nampak tak suka dengan kedatangan Maisya."Oka aku ngerti," kata Alma.Jika dulu dia berhadapan dengan Sania, mungkin sekarang dia akan menghadapi Maisya.**"Om Sudiro, sendirian aja. Mana Satria?" tanya Maisya."Dia kerja," jawab Sudiro.Maisya masuk ke mobil Sudiro, sebelum pulang Sudiro mengajak Maisya untuk sarapan dulu. Tadi dia tak sempat sarapan di rumah."Om, bagaimana kalau setelah ini kita ke kantor Satria?" tanya Maisya."Boleh sa
Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
"Selamat, Pak. Istri anda hamil," jawab Dokter.Sudiro terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang diinginkan Sania terkabul. "Di kehamilan trisemester pertama, Ibu hamil memang mudah sekali capek. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat lelah," lanjut Dokter.Dokter meminta Sudiro menemui Sania, di dalam Sania tampak senang sekali. Apa yang dia harapkan telah menjadi kenyataan."Aku hamil, Mas," kata Sania."Selamat ya, Sayang," ucap Sudiro."Mas, aku mau minta hadiah," kata Sania. Sikap manjanya seketika dia tunjukkan pada Sudiro. Sudiro hanya menganggukkan kepala."Aku mau sebagian harta kamu nantinya akan menjadi milik anak kita," kata Sania.Sudiro terkejut, pasalnya semua harta sudah 3/4 milik Satria. Namun, dia masih punya seperempatnya lagi."Ya," ucap Sudiro.Setelah itu mereka diperbolehkan pulang, Sania harus banyak istirahat agar kehamilannya tidak mengalami masalah.Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Sania meminta agar Sudiro memberikan s
Setelah mendapatkan uang dari Naomi, Firman segera pergi ke club'. Dia menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang."Enak sekali ternyata hidupku ini," kata Firman.Firman mabuk berat, dia pulang dengan mengendarai sepeda motor. Firman tidak dapat menguasai diri, dia menabrak sebuah mobil yang melintas dari arah lain.BraaaakkkkFirman jatuh terguling di aspal, dia langsung tak sadarkan diri. Pemilik mobil langsung saja melarikan diri. Suasana jalan saat itu sangat sepi.Paginya saat tersadar, Firman berada di sebuah rumah sakit. Dia hanya bisa menggerakkan matanya namun susah untuk berbicara."A...A..ku d..i...ma...na...?" tanya Firman ."Pak Firman berada di rumah sakit, kami sudah memberi kabar pada keluarga Pak Firman," jawab perawat.Tidak berapa lama pintu terbuka, Firman kira itu adalah orang tuanya ternyata dokter datang memeriksa keadaannya.Keadaan Firman sangat memprihatinkan, dia susah berbicara dan kakinya satu terpaksa diamputasi karena lukanya sudah sangat parah. Denga
Satria merasa aneh dengan sikap Naomi, dia menjadi pendiam sejak Firman di pecat. Bahkan Naomi jarang berbicara dengan Satria."Naomi, bagaimana sekolah kamu?" tanya Satria."Alhamdulillah baik," jawab Naomi singkat."Kamu kenapa kok jadi pendiam seperti itu? Apa ada masalah? Kalau ada cerita sama Papa," kata Satria.Naomi menggeleng, setelah sampai di depan gerbang Naomi segera turun dari mobil dan berjalan ke sekolahannya. Satria segera pergi, namun ada panggilan sehingga dia berhenti di dekat sekolahan Naomi.Saat Satria menerima panggilan, dia melihat Firman ke arah sekolahan Naomi. Dia menelfon sembari melihat ke arah Firman berada. Tidak berapa lama Naomi datang dia mendekati Firman.Satria yang merasa penasaran langsung mengakhiri panggilannya dan mendekat. Namun, dia bersembunyi agar Naomi dan Firman tidak tahu."Sayang, Mana uang yang Papa minta?" tanya Firman. Satria yang mendengar pertanyaan Firman, terkejut sekali."Ini, Pa. Ini terakhir kalinya ya, Pa. Naomi tidak mau men
Safira melihat Maisya datang, dia tampak senang sekali."Safira...Safira...jangan melamun," panggil Dimas.Seketika Safira tersadar, ternyata dia hanya mengkhayal kalau Maisya datang. Dia tampak kecewa karena anak semata wayangnya tidak hadir."Aku kepikiran Maisya, Mas," ucap Safira."Kamu kan bisa hubungi dia, aku juga merasa khawatir. Sepertinya suaminya tidak ingin Maisya menemui kita," kata Dimas.Acara tujuh bulanan Alma segera di mulai, mereka maju ke depan mengikuti serangkaian acara. Banyak para tamu yang datang, mereka rata-rata kenalan dari Sudiro dan Satria.Sementara itu, Maisya di rumah hanya bisa mengkhayal. Mengkhayal bertemu kedua orang tuanya. Dia sudah merindukan kedua orang tuanya. Walaupun dia sering berkomunikasi tetapi beda jika bisa bertatap muka.Khayalan memang lebih indah dibandingkan kenyataan. Karena khayalan sesuai dengan apa yang kita inginkan."Maisya, jangan harap kamu bisa hadir di acara Alma," kata Satya. "Perutmu mulai membesar jadi kamu harus diam
"Aku gak mau ikut papa," ucap Naomi sambil menarik tangannya dan berlari ke arah Alma.Firman mengejar Naomi, namun ditahan oleh Satria."Kamu dengar sendiri, Naomi tidak mau ikut dengan kamu. Kamu tidak sadar kalau tadi kamu telah bersikap kasar padanya," kata Satria.Firman tetap tak terima dia mendekati Naomi yang berdiri di belakang Alma. Dia menarik tangan Naomi tetapi anak itu enggan ikut dengannya."Firman, hentikan," teriak Sudiro."Tidak ada yang bisa menghalangi aku, Naomi anakku. Aku berhak atas dia," ucap Firman marah. "Kalian semua tidak siapa-siapa bagi Naomi, aku adalah Papanya. Kalian hanya orang lain yang berada di hidup Naomi," kata Firman."Tapi aku Mamanya, aku yang melahirkan dia. Jadi aku yang lebih berhak atas Naomi. Pengadilan sudah mengesahkan hak asuh Naomi padaku, kalau kamu mau ambil Naomi kita tempuh jalur hukum," kata Alma."Tidak perlu, aku akan bawa dia," kata Firman.Firman dengan kasar mendorong Alma, Satria langsung saja membantu Alma gar tidak trler
"Ma-maafkan aku, Mas," ucap Sania. "Aku memang bukan ibu yang baik untuk Ibra tetapi aku akan berusaha memperbaiki diriku. Aku akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik pada anak-anakku," kata Sania sedih."Aku tidak mau kalau sampai anakku nanti bernasib sama seperti Ibra. Kamu harus membawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro."Iya, Mas," ucap Sania.Sania senang Sudiro mau menerima kehadiran Ibra. Sania semakin mantap untuk merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.Makan malam usai, mereka kembali ke kamar hotel untuk istirahat. Besok pagi mereka akan kembali ke rumah."Sebelum pulang ke rumah, kita ke rumah ibumu. Kita bawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro. Sania hanya mengangguk, dia terharu sekali.Sementara itu, Alma mulai gelisah. Naomi tak mau tidur ditemani Alma. Dia memilih untuk tidur sendiri saja."Mama sama Om Satria aja, aku berani tidur sendiri. Selama ini Mama kan lupa sama Naomi," kata Naomi.Sedih hati Alma mendengar apa yang Naomi katakan. Padahal selama ini Alma ya