Kelopak mata Leonhard perlahan terbuka ketika Aruna meletakan handuk dingin di kening pria itu.“Aruna ….” Pria itu melirih.“Jangan banyak gerak dulu, kamu lagi demam tinggi … ini aku kompres ya.” Selama beberapa saat tatap mata sayu Leonhard terpaku pada Aruna yang duduk di tepi ranjang menghadapnya.“Aku pulang ya ….” Detik berikutnya Leonhard mencengkram pelan pergelangan tangan Aruna yang hendak pergi.Aruna menatap tangannya yang dicengkeram Leonhard.“Tunggu sebentar, nanti aku antar pulang.” Aruna tertawa. “Lagi sakit gini sok-sokan mau antar aku.”Leonhard pun mendengkus pelan menertawakan dirinya yang lemah.“Permisi ….” Seorang asisten rumah tangga membawa minuman dan camilan untuk Aruna.Leonhard menjauhkan tangannya dari tangan Aruna.“Terimakasih,” kata Aruna sebelum wanita asisten rumah tangga itu pergi.Gelagatnya yang aneh, terus menundukan pandangan tidak berani menatap Leonhard tidak sampai membua
“Apa semua klien-kamu perlakukan seperti ini?” Pertanyaan Leonhard itu membuat Aruna mengerjapkan mata dengan sering karena gugup menyerang.“Enggak lah ….” Aruna mengalihkan tatap memindai sekitar.“Jadi untuk apa ini semua?” cecar Leonhard menuntut penjelasan.Aruna mengembalikan tatap pada pria itu dan menjawab dengan senyuman.“Aku Pu—“ Kalimat pamit Aruna terjeda karena terkejut, mata gadis itu membelalak saat merasakan pinggangnya direngkuh oleh Leonhard membuat dada mereka merapat lalu pria itu mencium bibirnya.Leonhard berhasil mencuri ciuman pertama Aruna dengan cara paling lembut dan penuh gairah.Ini adalah yang Aruna harapkan tapi karena belum berpengalaman jadi bingung bagaimana harus membalas.Perlahan Aruna membuka mulutnya memudahkan Leonhard melesakan lidah untuk bisa membelainya lebih dalam.Selama beberapa lama Leonhard tidak sadar kalau Aruna belum melakukan balasan lantaran pria itu mencium Aruna seperti hendak memakannya hidup-hidup, sangat brutal.Arun
Sementara itu di kamarnya, Leonhard kedatangan pak Teguh sambil membawa obat pereda nyeri.“Saya tahu mungkin Anda tidak butuh ini lagi tapi … minumlah Tuan.” Pak Teguh menyimpan obat di nakas samping tempat tidur.Leonhard terkekeh. “Dia hanya klien ….” Leonhard mencoba menjelaskan agar segala prasangka buruk di benak pak Teguh enyah.“Saya percaya Tuan.” Pak Teguh memberikan gelas berisi air kepada Leonhard saat pria itu telah memasukan obat ke dalam mulutnya.“Tolong kondisikan pekerja lain, jangan sampai ada yang mengadu ke Nova,” pinta Leonhard sembari bangkit dari atas ranjang.“Baik, Tuan.” Pak Teguh membereskan piring dan mangkuk kotor untuk dia bawa ke dapur.Seulas senyum terbit di bibir pak Teguh saat langkahnya menderap di lorong.Sekalipun benar Aruna adalah kekasih gelap Leonhard, dia akan mendukung penuh hubungan tersebut.Pak Teguh tahu percis perusahaan AG Group jadi beliau berpikir kalau Aruna memang tulus mencintai Leonhard
“Hallo Leon.”“Hallo Pa ….” Leonhard langsung menyapa begitu mendengar suara sang papa mertua di ujung panggilan sana.“Maaf, kayanya saya enggak bisa datang di acara pernikahan—“ Kalimat Leon terhenti.“Enggak apa-apa Leon, kemarin Papa ngobrol dalam sambungan telepon dengan pak David … beliau cerita mengenai target yang diberikan kakekmu … tenang saja Leon, Papa akan bantu apapun yang kamu butuhkan … Papa mengerti kalau kamu enggak bisa menghadiri pernikahan Soraya, pekerjaan lebih penting apalagi kamu sedang menjalin bisnis dengan AG Group ‘kan? Itu perusahaan besar di Negara ini … kamu akan mendapat keuntungan besar dari proyek tersebut dan semoga bisa membantu mencapai target dari kakek kamu … semangat ya Leon.” Papa Erawan Handoko yang tidak lain adalah ayah mertuanya memang ramah dan bijaksana.“Tadinya saya akan datang saat acara inti saja, Pa ….” Leonhard menyesal mengatakan hal tersebut.Dia terlalu menghormati pak Handoko jadi keceplosan mengataka
Leonhard yang tengah berkutat dengan angka dan huruf di ruangannya menoleh saat mendengar ponselnya bergetar.Selama beberapa saat dia mengabaikannya tapi kemudian meraih benda tersebut lantara teringat Aruna.Bisa jadi gadis pujaan hatinya yang mengirim pesan.Leonhard mengotak-ngatik ponselnya membuka aplikasi pesan lalu membaca satu pesan yang masuk.Nova : Leon, aku minta maaf. Apa lukamu sudah sembuh?Leonhard mendengkus membaca pesan dari istrinya.Setelah satu minggu wanita yang katanya istrinya itu baru bertanya kabar, terkadang Leonhard merasa tidak memiliki istri selain karena mereka harus LDR tapi sesungguhnya Nova memang tidak pernah peduli.Leonhard tersenyum miris, dalam perjanjian yang mereka sepakati sebelum menikah tidak ada poin yang mengharuskan mereka untuk saling perhatian, saling menyayangi apalagi mencintai jadi dia semestinya tidak usah heran.Demi untuk membuat wanita itu berhenti mengirim pesan apalagi datang ke Jakarta maka Leonhard membalas pesan No
Malangnya Aruna yang tidak pernah merasakan pacaran sampai di usianya yang ke dua puluh tiga tahun sehingga tidak tahu kalau menjadi seorang perempuan itu berhak mendapat kepastian dalam suatu hubungan.Berhubung sebenarnya dia yang jatuh cinta duluan kepada Leonhard—Aruna terlampau bahagia sampai lupa untuk meminta kejelasan kepada Leonhard tentang hubungan apa yang sedang mereka jalani ini.Semua berjalan begitu saja, Leonhard memberikan banyak perhatian dan Aruna menerima dengan suka cita.Leonhard melakukan sentuhan lebih intim dan Aruna juga pasrah menerima dengan hati bahagia karena baginya ini adalah hal baru.Kebetulan Aruna juga masih belum ingin mempublish hubungan mereka di depan umum karena belum yakin dengan reaksi papi serta keempat kakak laki-lakinya yang selalu berprilaku ajaib.Sedangkan hal tersebut tentu yang Leonhard harapkan karena statusnya sebagai pria beristri yang tidak mungkin terang-terangan menjalin hubungan dengan wanita lain.
Di sebuah ruangan dengan nama CEO di pintunya, yang berada di gedung pencakar langit yang terletak di pusat Perkantoran Negara Singapura—Leonhard dan Ava tengah duduk saling berhadapan.Ava memberitahu banyak sekali masalah yang timbul di perusahaan Singapura semenjak Leonhard fokus memajukan perusahaannya di Indonesia.Leonhard membaca banyak berkas di tangannya dengan kening mengkerut.“Kenapa kinerja kak Mia jadi menurun, dari laporan sebelum-sebelumnya saat papi masih di sini—kak Mia bisa mencapai target sampai tiga kali lipat dari yang seharusnya ….” Leonhard bicara dengan tatapan tertuju pada kertas-kertas berisi banyak angka.Ava duduk gelisah, dia tidak mungkin mengadukan kakaknya dan jika disampaikan kalau Mia ingin memberontak pun pasti sang adik akan kecewa.Leonhard mendongak menatap wajah sang kakak.“Ada apa, Kak?” desak Leonhard curiga.“Kamu bicara sendiri dengan Mia …” Ava bangkit dari kursi. “Aku akan siapkan bahan meeting untuk nanti siang,” sambung Mia sebel
Nyatanya, Leonhard tidak pernah memberi kabar semenjak kepergiannya ke Singapura.Aruna sendiri segan menghubungi duluan, dia khawatir Leonhard memang sibuk atau pria itu menganggapnya cewek gatel karena menghubungi pria duluan.Di tengah rasa rindu dan rasa ingin tahu dengan keadaan Leonhard, Aruna harus melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar, tidak boleh terdistraksi, kinerjanya harus memuaskan seperti sebelum Leonhard memenuhi hati dan pikirannya.Karena tidak ingin membuat Tasya dan Tezaar lembur menemaninya di kantor, Aruna membawa pekerjaan ke apartemen.Besok pagi Aruna ada meeting dengan klien baru dan harus menyiapkan segala sesuatunya untuk pertemuan tersebut.Sesekali Aruna menoleh pada ponselnya yang tergeletak di atas meja dengan harapan muncul minimal satu notif pesan dari Leonhard.Fokusnya sering sekali teralihkan menunggu kabar dari Leonhard.“Liat aja nanti kalau ketemu mau aku cuekin!” Aruna misuh-misuh.Ting …To
“Udah tukang selingkuh, kriminal lagi! Ternyata putri kesayangan pak Handoko psikopat!” teriak Aruna dengan mata merah setelah dicekik Nova tadi.“Ada apa ini?” Suara berat papi menggelegar dari ambang pintu membuat semua orang menoleh ke sana.Deg!Jantung Aruna seakan berhenti sepersekian detik, sekali saja Nova buka suara maka habislah Leonhard.“Ya Tuhan, tolongin Leon ….” Batin Aruna melirih penuh permohonan.Nova yang dadanya naik turun karena nafasnya tersengal mulai merapihkan rambut dan pakaiannya.Lalu melangkah mendekati Aruna tapi Aruna langsung beringsut di sofa bersamaan dengan Tasya bergerak ke depan melindunginya.Ternyata Nova hanya ingin memungut bukti perselingkuhan dirinya yang berserakan di lantai, Aruna hendak merebut kembali tapi Tasya menahan tangannya.Gadis itu menggelengkan kepala dan dengan sorot matanya memberi tahu Aruna kalau dia menyimpan copyannya.Akhirnya Aruna membiarkan Nova mengambil bukti-bukti yang sebagian telah sobek itu.“Urusan kit
Sudah beberapa hari Leonhard tidak memberi kabar.Apa mungkin pria itu marah gara-gara Aruna mengundang Enzo untuk menutupi hubungan mereka?Atau mungkin Leonhard sedang sibuk kerja?Aruna menghela nafas berat, punggungnya melorot bersandar pada sandaran kursi kebesarannya yang tinggi.Setelah menatap beberapa detik ponselnya yang tergeletak di atas meja, Aruna mengulurkan tangan meraihnya.Mengotak-atik sebentar membuka ruang pesan dengan Leonhard namun kosong, tidak ada chat dari pria itu.Seingatnya dulu Leonhard sering menghubunginya tapi semenjak kepergiannya ke Korea beberapa waktu lalu—mereka jarang bertukar kabar melalui chat.Bisa jadi saat itu lah tuan Andy Lee memberikan target kepada Leonhard, Aruna sedang berpikiran positif.Kembali helaan nafas terbuang berat, Aruna memejamkan mata membayangkan Leonhard yang berjuang keras untuk perusahaannya hingga babak belur dan tertatih-tatih namun akhirnya dia gagal kemudian perselingkuhan Nova terbongkar, hubungannya dengan
“Papiiii!” Aruna berhamburan memeluk sang papi menyambut kedatangan beliau dari bulan madu.Papi Arkana memeluk Aruna lalu membawanya ke kiri dan ke kanan.“Jadi cuma papi aja yang kamu kangenin? Mami enggak?” Mami Zara misuh-misuh.“Kangen juga donk!” Aruna mengurai pelukan dengan papi untuk memeluk sang mami namun Reyzio dan Narashima menghalangi dengan memeluk mami dari sisi kiri dan kanan kemudian mencium pipi beliau yang terasa lembut.“Jangan maruk kamu,” kata Reyzio mendelik pada Aruna lalu mengecup pipi mami kembali membuatnya tergelak.“Hu’uh … dasar maruk.” Narashima menimpali. “Apa sih!” Aruna memberengut.“Papiiiiii!” Lalu merengek melaporkan kelakuan kedua kakaknya.Papi Arkana tergelak meningkahi manjanya Aruna, merangkul pundak sang putri lalu membawanya masuk ke dalam rumah.“Papi lama banget bulan madunya, jangan sampai ya Aruna punya adik lagi.” Aruna mengeluh.“Enggak lah sayang, Mami pake KB yang paten dijamin mu
Setelah drama tangis penuh permohonan Nova tadi selesai, mereka melanjutkannya dengan pergulatan manis di atas ranjang.Entah kenapa Dewa tidak pernah bosan bercinta dengan Nova, bahkan kali ini hasratnya semakin menggebu karena ditunggangi emosi mengingat kalau Nova juga bercinta dengan Leonhard, meski menurut pengakuan wanita itu selama tiga tahun menikah sangat jarang bercinta dengan Leonhard. Dewa percaya karena Nova lebih banyak bersamanya dari pada Leonhard.Pria itu meremas bokong Nova yang telungkup di atas ranjang sementara dirinya duduk dengan punggung tegak menghentak dari belakang.Wajah cantik yang tengah dirundung kenikmatan sampai memejamkan mata erat itu bisa Dewa lihat dari pantulan cermin di samping ranjang.“Dewaaaa ….” Nova menggeram karena Dewa menghentaknya lebih cepat disertai rematan di bokong yang semakin kuat.Nova menahan nafas, menggigit bibir bagian bawahnya tatkala gelombang dahsyat itu menggulung diikuti erangan panjang D
“Kamu berhutang padaku, Aruna ….” Enzo memberikan satu bucket popcorn kepada Aruna.Tadinya Aruna tidak ingin menerima tawaran Enzo untuk pura-pura pacaran karena tidak mau berhutang budi tapi mau bagaimana lagi, hanya itu cara untuk meyakinkan sang kakak agar tidak mencurigai Leonhard.Aruna menatap malas Enzo sembari meraih bucket pop corn dari tangan pria itu.Terpaksa Aruna nonton film di bioskop dengan Enzo sesuai skenario agar sang kakak percaya dengan aktingnya.“Kamu yang menawarkan pura-pura menjadi kekasihku, bukan aku yang mau.” Aruna mengingatkan.“Tapi rencanaku berhasil menyelamatkanmu, bukan? Ah, tidak … maksudku menyelamatkan kekasih gelapmu yang pengecut itu.”Aruna menghentikan langkahnya di lorong, menghadap Enzo menatap pria itu tajam.“Jaga bicaramu, Enzo … Leon bukan pengecut, ada hal yang lebih penting yang harus dia selesaikan sebelum mengumumkan hubungan kami ….” Mata Aruna berkaca-kaca ketika mengatakannya.Enzo mengembuskan nafas jengah, dia meraih t
“Lama banget bukanya, kamu lagi ngapain?” Aruna menyimpan telunjuknya di bibir.“Ada pak Leon di dalem.” Aruna langsung memberitahu siapa yang sedang bersamanya di dalam unit apartemen ini.“Hah? Hari Sabtu? Ngapain?” Narashima tampak curiga dan kesal, pria itu mendorong pelan pundak adiknya agar memberi jalan untuk masuk guna menemui pria yang telah mengganggu adiknya di hari libur.“Pak Leon,” sapa Narashima dingin menghampiri Leon yang sedang pura-pura mengetikan sesuatu di MacBook, pria itu menoleh lalu bangkit dari sofa.“Pak … Narashima?” Leonhard pura-pura lupa nama pria itu.“Masih kerja aja, memangnya enggak ada hari Senin?” Narashima menyindir, menyimpan kedua tangan di pinggang.“Oh maaf … tadi malam wakil saya di perusahaan baru pulang dari pabrik untuk mengecek proses produksi dan mendapati kendala bahan baku yang jadi langka lalu saya menghubungi bu Aruna untuk mendiskusikan ini.” Dengan tenang Leonhard menjelaskan.“Iya … benar, Aruna?” Narashima cross check ke
“Ke mana pak Rocky?” Aruna celingukan mencari sekretaris Leonhard saat dia keluar dari kamar usai membersihkan tubuhnya di kamar mandi.“Udah pulang,” jawab Leonhard kemudian memeluk Aruna dari belakang, membawa tubuhnya menghadap dinding kaca yang menampilkan pemandangan gedung pencakar langit seperti di New York.Aruna mengulum senyum hingga membuat pipinya membulat merasakan love languange Leonhard.“Wangi banget sih,” gumam Leonhard lantas mengecup pipi Aruna gemas.“Kamu juga wangi,” balas Aruna mencium aroma mint dari shaving soap yang masih tertinggal di rahang Leonhard.Selain wangi karena baru selesai mandi, Leonhard juga tampak segar tidak seperti kemarin malam saat mereka bertemu.Aruna melapisi tangan Leonhard di pinggang, kepalanya miring ke samping karena kini pria itu tengah melabuhkan banyak kecupan lembut di lehernya sampai Aruna memejamkan mata menikmati.“Kamu belum jawab pertanyaan aku,” bisik Leonhard menghentikan kecupannya.“Pertanyaan yang mana?” Aruna
Suara pertemuan antar kulit terdengar nyaring di kamar suit sebuah hotel yang terletak di daerah Ciumbuleuit kota Bandung.Udara dingin ditambah pendingin ruangan yang bekerja maksimal seakan tidak berpengaruh lantaran panasnya aktifitas di atas ranjang.Peluh melembabkan tubuh sepasang insan yang tengah dibelenggu hasrat terlarang.Nafas memburu dampak dari detak jantung dengan ritme kencang.“Emmmhhh … Dewa …,” desah Nova yang berbaring terlentang dengan kedua kaki berada di pundak Dewa.Sementara sang pria memberikan hentakan penuh kenikmatan, menggerakan bokong maju mundur agar miliknya bisa keluar masuk lubang rahasia Nova yang telah menjadi candu.Punggungnya melengkung, merundukan kepala agar bibirnya bisa mencapai dada Nova.Pria itu mengulum lembut bagian puting yang mengeras dari bongkahan besar di dada Nova sambil mendongak ingin melihat wajah seksi yang tengah digulung kenikmatan tak terperi.Dewa tersenyum kemudian menjilat bagian
Leonhard menggeliatkan tubuhnya, perlahan membuka mata kemudian tersenyum.Entah kapan terakhir kali dia merasakan tidur nyenyak seperti ini.Ah, dia ingat! Saat tidur bersama Aruna, di apartemennya.Leonhard menegakan punggung, mengusap wajah lalu menoleh ke samping tapi tidak menemukan Aruna di ranjang yang besar ini.Kepalanya menunduk menatap dadanya yang polos tanpa kemeja.Dia ingat tadi malam membuka kemejanya agar nyaman saat tidur.Tiba-tiba aroma gosong yang pekat segera saja menyerang indra penciumannya.Hidung Leonhard mengendus-ngendus mencari asal bau sambil berpikir dari mana bau gosong tersebut berasal.Klontang!Terdengar suara berisik dari luar, Leonhard bergegas bangkit dari atas ranjang lalu berlari keluar kamar.Langkahnya berhenti diambang pintu dapur saat melihat Aruna sibuk membersihkan lantai dari bumbu makanan sambil sesekali mengaduk nasi goreng di wajan dan sekarang Leonhard tahu kalau asal bau gosong itu dari sini.“Baby!” panggil Leonhard parau