Aruna : Leon.
Satu kata itu Aruna kirim dalam pesan singkat kepada Leonhard.Setelah bernegosiasi dengan Nova, Aruna jadi lebih berani menunjukkan kepemilikannya kepada Leonhard.Untuk yang pertama kali, dia menghubungi Leonhard lebih dulu di luar urusan bisnis.Leonhard yang tengah berkutat dengan MacBooknya tersenyum membaca pesan dari Aruna.Leonhard : Kamu merindukanku?Balasan Leonhard membuat Aruna juga tersenyum.Aruna : Sangat, bisa kamu datang ke apartemenku?Leonhard mengirim emotikon terkejut dengan mata dan mulut membulat serta kedua tangan menangkup pipi.Aruna balas mengirim emotikon tertawa hingga meneteskan air mata.Aruna : Ada yang ingin aku bicarakan.Dan seketika senyum di bibir Leonhard memudar, dia curiga hubungannya dengan Aruna akan kandas.Leonhard tidak langsung membalas, dia masih membuka ruang pesan dengan Aruna dan menatapnya berlama-lama.Aruna : Aku rindu.Leonhard mengangkat kedua aAruna terjaga karena tidak merasakan tangan Leonhard memeluk tubuhnya lagi.Dia menegakan punggung dan mendapati Leonhard sedang berkutat dengan MacBook di meja riasnya.Menoleh ke samping, melalui jam yang digantung di dinding Aruna tahu kalau waktu menunjukkan pukul tiga pagi.Tadi malam setelah Leonhard terbuka mengenai perusahaan di Singapura dan Aruna memberi saran yang telah dipendamnya beberapa hari ini—Leonhard menggendong Aruna ke kamar dan menurunkannya di atas ranjang,Pria itu hanya membuka kemejanya kemudian memeluk Aruna, menenggelamkan wajahnya di dada Aruna.Tidak berlangsung lama, Aruna mendengar dengkuran halus Leonhard yang sudah memasuki alam mimpi.Leonhard seperti tidak tidur selama berhari-hari jadi ketika bertemu Aruna langsung melampiaskan kantuknya.“Leon,” panggil Aruna dari atas ranjang.Leonhard menoleh lalu senyum manis terlihat jelas di wajah tampannya yang dipantuli sinar dari layar MacBook.“Masih pagi, tidur lah lagi …,” kata pria itu sembari
Gundah menyerang Nova beberapa hari terakhir, meski pesannya kepada Leonhard selalu dibalas dan pria itu juga selalu memberitahunya saat hendak pergi ke Singapura tapi tetap saja Nova merasa resah dan gelisah, khawatir perselingkuhannya terungkap.Nova tidak bisa seratus persen mempercayai Aruna.Dia tidak fokus lagi menjalankan bisnis, lebih banyak melamun di ruangannya.Tok …Tok …Suara ketukan di pintu membuat Nova memerintahkan seseorang di luar sana agar masuk.Ceklek …“Maaf Bu, ada customer yang komplain.” Gadis pelayan toko bernama Ayu melangkah pelan mendekat sambil membawa satu potong blouse. “Komplain kenapa?” Nova bertanya.Belum apa-apa ekspresi wajah Nova tampak kesal.“Ini Bu, katanya bagian tangan yang berwarna merah luntur saat dicuci dan mengenai bagian badannya yang berwarna putih … bajunya jadi rusak dan customer-nya minta ganti.” Nova meraih blouse itu untuk dia teliti, mengembuskan nafas jengah lantas mengesah.“Kenapa bisa kaya gini sih!” Dia mele
“Tasya, kamu pulang sama siapa?” Tezaar menghentikan laju motornya di depan Tasya yang berdiri di depan loby.“Pulang sendiri, ini lagi pesan ojeg online.” Tasya menjawab tanpa menatap wajah Tezaar.“Ayo aku antar.” Tezaar menawarkan tumpangan.Tasya mengangkat kepalanya menatap Tezaar sesaat.“Terima ajakannya enggak ya? Gimana kalau nanti aku baper?” Tasya membatin.“Enggak deh, makasih … aku pulang sendiri aja.” Tasya menolak karena kalau sudah baper, dirinya sulit mengendalikan diri.Seperti yang sudah-sudah, menangis setiap malam karena tahu Tezaar ternyata tidak pernah mencintainya.“Kok kamu gitu?” Tezaar tidak terima.“Aku mau ke Supermarket dulu, mau beli skin care dulu terus mau beli makan malam dulu … banyak yang mau aku lakuin, udaaaah … kamu pulang aja sana.” Tasya sedang berusaha menjaga hatinya.Tezaar berdecak lidah kesal. “Kamu kaya sama ke siapa aja, dulu kamu sering minta anter aku ke sana ke sini … aku mau.” “Ter
Hancur, satu kata yang bisa menggambarkan perusahaan di Singapura saat ini.Jangankan bisa mengejar target dari kakek, yang sudah ada pun tidak bisa Leonhard pertahankan.Sekeras apapun Leonhard berjuang mempertahankan perusahaan tidak akan berhasil kalau yang menghancurkannya ada di dalam perusahaan itu sendiri.Leonhard melempar berkas-berkas yang berserakan di atas meja ke udara.Dia menggeram sembari meremat rambutnya. “Tidak ada yang bisa kita selamatkan?” Leonhard menatap nanar Ava.Ava menggelengkan kepala dengan raut wajah penuh penyesalan.“Kita kumpulkan bukti lalu laporkan kelakuan Mia ke kakek, setidaknya kamu tidak sendirian menanggung ini semua.” Ava malah memberi saran seperti itu padahal Mia adalah kakak kandungnya sendiri.“Tapi Mia kakakku … aku tidak ingin kakek membencinya.” Leonhard masih memikirkan orang lain padahal nasib dirinya berada di ujung tanduk.“Kamu enggak bisa seperti ini, Leon … kamu sudah berusaha, kamu telah bekerja keras untuk perusahaan i
Enam jam perjalanan udara berhasil Leonhard tempuh hingga sampai ke rumah mewah keluarga Lee.Sekuriti langsung membukakan pintu pagar besar itu setelah mengetahui sang tuan muda duduk di kabin belakang taksi yang datang.Leonhard meminta driver menurunkannya di depan rumah utama melewati area rumah kedua orang tuanya.Leonhard di sambut kepala asisten rumah tangga.“Di mana ibu tiriku?” Leonhard bertanya.“Sedang di ruangan sayap kanan bersama nyonya Wulandari, Tuan.” Tanpa menunggu detik berlalu Leonhard menderapkan langkah ke ruangan yang dimaksud.Kehadirannya membuat kedua wanita paruh baya yang dicintai sang papi itu menoleh.“Leon! Apa yang terjadi?” Mami Wulandari menjerit histeris melihat wajah anaknya yang babak belur.Mami langsung memburu Leonhard, mengusap wajahnya yang memar.“Apa yang terjadi, Nak? Katakan sama Mami?” Mami Wulandari menangis.“Leon enggak apa-apa, Mi ….” Leonhard menurunkan tangan mami dari wajah
“Mami yakin kamu bisa melewati semua ini, Doa Mami selalu bersamamu.” Mami Wulandari mengecup kening sang putra.“Makasih ya Mi ….” Leonhard tersenyum.“Hati-hati di jalan ya sayang, sampaikan salam Mami sama Nova ….” Mami Wulandari membalas senyuman Leonhard.Senyum di bibir Leonhard memudar mendengar nama disebut, dia mengecup kening mami Wulandari sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.Leonhard harus kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena setelah itu dia akan menetap di Singapura menduduki jabatan Lower Manager seperti apa yang sudah diputuskan sang kakek.Leonhard tidak akan berharap banyak kepada istri pertama papinya, yang penting sudah berusaha—biarlah Tuhan yang menjadi penentu jalan hidupnya.Tapi Leonhard penasaran bagaimana reaksi papa mertuanya setelah mengetahui ini.Apakah papa Handoko akan meminta Nova menceraikannya lalu menikahkan Nova dengan Ethan mengingat Ethan yang nanti akan melanjutkan posisinya di Asia Sinergy.Selama p
Aruna : Sayang.Leonhard yang sedang berkoordinasi dengan banyak karyawan melalui pesan singkat sebelum kepindahannya ke Singapura dapat melihat pop up pesan dari Aruna.Dua hari ini dia dan Aruna tidak berkomunikasi bahkan Leonhard belum membalas pesan dari Aruna yang bertanya kabar karena hatinya sedang dilanda gundah.Alasan gundah yang pertama adalah dia harus menerima posisi barunya di Lower Manager.Bekerja dengan orang-orang yang dulu pernah dia pimpin dan mungkin sedikit keras dengan banyak tekanan.Bayangkan bagaimana mereka akan membully Leonhard nanti.Lalu yang kedua, Leonhard sedang merasa bersalah kepada Nova telah mengkhianati wanita itu.Yang ketiga, Leonhard merasa bersalah kepada Aruna yang menidurinya saat masih berstatus suami Nova.Dan yang keempat adalah dia tidak ingin Aruna disebut sebagai pelakor.Menurut Leonhard, dia harus menyelesaikan hubungannya dengan Nova dulu baru meresmikan hubungan bersama Aruna.Kebetulan sekarang dia sudah tidak menjabat
Leonhard terus melangkah tidak menghiraukan teriakan Nova memanggil namanya.Sampai akhirnya kaki Leonhard berhenti tepat di depan pintu unit apartemen.Dia sudah mengangkat tangan untuk menekan angka tapi pintu tiba-tiba terbuka dari dalam.Mata Leonhard membelalak, langsung mendorong benda tersebut hingga sosok pria muncul di hadapannya.Mata Dewa tidak kalah lebarnya, pria itu tampak terkejut bukan main.“Leon!” Nova berteriak melihat Leonhard mengangkat kepalan tangannya untuk menghantam wajah Dewa.Wanita itu mempercepat langkah tapi sayang bogem Leonhard yang dilayangkan sekuat tenaga sudah sampai di wajah Dewa.Bugh!Dewa mundur beberapa langkah kemudian terjerembap ke belakang tidak sempat menangkis pukulan Leonhard.Seakan tidak puas sampai di situ, Leonhard menarik kaos Dewa agar kembali bangkit kemudian menghajar pria itu habis-habisan menggunakan segala amarah dari semua masalah yang tengah menyerangnya tanpa henti.“Leon! Lepaskan Dewa! Leon, aku mohon!” Nova de
Baru kali ini Aruna melihat Arumi tampak putus asa padahal biasanya Arumi selalu bisa mengatasi beragam masalah yang muncul dalam hidup bahkan memberi saran terbaik layaknya wanita dewasa.“Kalau dia enggak mencintai kamu, dia enggak akan nungguin kamu di sini selama satu minggu.” Aruna memperkuat apa yang sudah Enzo katakan sebelumnya.Arumi terpekur lama sekali sampai ketika ditegur, dia memilih untuk pura-pura tidur.Hatinya sedang gundah gulana saat ini, dia yang mengalaminya jadi biarkan dia menikmatinya sendiri.Meski matanya terpejam tapi air mata Arumi tidak berhenti mengalir, diam-diam menyusut buliran kristal ungkapan kesedihan itu agar tidak ada yang menyadarinya.Tapi Enzo yang fokusnya hanya untuk Arumi seorang menangkap gerak-gerik ganjil tersebut.Setelah keluarga Arumi pulang menyisakan mereka berdua saja di ruangan itu, Enzo duduk di tepi ranjang Arumi.“Aku tahu kamu enggak tidur,” kata Enzo membuat kelopak mata Arumi terbuka.“Dari tadi kamu menangis tapi ka
Arumi membuka matanya perlahan, cahaya matahari yang menembus melalui jendela kaca begitu menyilaukan.Dia menutup kelopak matanya kembali lalu terdengar suara dari rel yang ditempel di dinding pertanda seseorang menutup tirai dan seketika suasana tidak terang benderang seperti tadi.“Arumi?” Suara parau berlogat Italia terdengar.Arumi kenal betul suara itu tapi dia merasa masih sedang bermimpi jadi Arumi enggan membuka mata.Terasa keberadaan sosok bertubuh atletis di sisi ranjangnya lalu tubuh Arumi yang lemah direngkuh oleh lengan kekar bertato sampai sisi wajah Arumi menempel di dada yang bidang.“Bangunlah Arumi, kamu sudah seminggu tidak sadarkan diri … aku mohon bangunlah, aku akan melakukan apapun permintaanmu tapi jangan meminta aku meninggalkanmu ….” Enzo berbisik kemudian mengecup kepala Arumi.“Enzo.” Arumi melirih.Enzo memberi jeda pada tubuh mereka untuk bisa menatap wajah cantik yang begitu lemah dalam dekapannya.“Arumi ….” Enzo menangkup wajah Arumi.Arumi
Sekretaris om Kaivan tampak gelisah setelah mendapat panggilan telepon.Masalahnya saat ini om Kaivan sedang berada di tengah-tengah meeting online dengan Enzo dan beberapa petinggi perusahaan yang terlibat proyek terbaru mereka sehingga sekretaris om Kaivan segan untuk memberitahu kabar buruk yang baru saja diterimanya.Melangkah perlahan, sekretaris om Kaivan yang bernama Gega itu mencoba menarik perhatian om Kaivan dengan berdiri di tempat yang bisa dijangkau pandangan mata beliau.Dia sudah bekerja cukup lama dengan om Kaivan jadi bosnya itu dapat mengerti hanya dengan satu kedipan mata Gega saja.Saat giliran presentasi dari pihak om Kaivan berlangsung, beliau memanggil Gega untuk mendekat dengan cara mengangkat tangannya.Ternyata om Kaivan telah menangkap sinyal yang diberikan oleh Gega.Gega bergerak cepat mendekat lalu membungkuk setelah berada di samping om Kaivan kemudian membisikan kabar buruk yang baru saja diterimanya.“Lalu di mana Arumi sekarang?” tanya om Kaiva
Leonhard : Kamu di apartemen?Aruna mengerucutkan wajah membaca pesan Leonhard.Aruna : Aku di rumah, mami sama papi enggak mengijinkan aku tinggal di apartemen lagi.Leonhard tersenyum membaca pesan Aruna, membayangkan wajah cantik itu mengerucut menggemaskan.Leonhard : Apa besok siang kita bisa ketemu?Aruna : Bisa.“Aku usahain.” Tapi dia bergumam demikian.Semenjak hubungannya dengan Leonhard terbongkar, Aruna jadi sulit bertemu Leonhard.Gerak-gerik Aruna terus dipantau papi dan keempat kakak laki-lakinya.Leonhard : See u tomorrow, Miss u.Aruna menghela nafas panjang lalu menyimpan ponsel di atas sofa, gerak-geriknya tertangkap oleh Narashima yang juga sedang duduk di sofa lain living room.“Kenapa?” tanya pria muda itu penuh selidik.“Susah banget sekarang ingin ketemu Leon, selalu dikintilin papi … tadi aja papi ngajak pulang bareng tahunya cuma anter Aruna ke rumah udah gitu jemput mami untuk makan malam di luar.
Leonhard masuk ke dalam sebuah butik milik istrinya.Banyak karyawan muda menatap pria itu penuh minat, mereka tidak tahu kalau Leonhard adalah suami dari pemilik butik karena memang Leonhard jarang sekali terlihat apalagi mengunjungi tempat itu.“Nova ada?” Leonhard bertanya kepada Manager toko yang mengenalnya.“Ada Pak, ibu sedang beristirahat di dalam.” Tanti menjawab.Leonhard langsung masuk ke bagian belakang area butik, dia tentu mengetahui denah butik tersebut karena dirinya yang mewujudkan butik semegah ini sebagai hadiah pernikahan untuk Nova setelah perusahaan kedua orang tua mereka bersatu dan Leonhard yang mengelolanya sendiri.Tidak perlu mengetuk pintu, Leonhard langsung membuka pintu ruangan Nova.Di dalam sana Nova yang tengah berbaring di sofa langsung terhenyak menatap terkejut ke arah pintu.“Leon ….” Dia mendesah lega.“Kenapa? Kamu lagi menghindari siapa?” Leonhard bertanya usai melihat ekspresi tidak biasa di wajah Nova.Pria itu duduk di sofa panjang d
“Maaaaa,” teriak Arumi dari dalam kamarnya.“Iyaaaa, kenapa?” Mama yang kebetulan baru keluar dari kamar hendak pergi ke dapur untuk memasak makan malam usai mengganti pakaian dengan pakaian rumahan segera saja menghampiri sang putri guna memeriksa keadaannya yang terdengar panik.“Ini apa?” Arumi menunjuk kumpulan buket bunga yang memenuhi sebagian kamar dengan luas delapan kali empat belas meter.“Itu bunga.” Mama menjawab polos.“Arumi tahu itu bunga, tapi maksud Arumi kenapa ada banyak bunga di kamar Arumi?” Arumi kesal sekali.“Dibaca donk dari siapa, jangan main nyolot aja.” Mama Zhafira lantas melengos pergi meninggalkan sang putri di kamarnya.“Itu dari Enzo, kalau kak Arumi enggak mau buat Gaya aja ya bunganya.” Tiba-tiba Gayatri muncul dan masuk ke dalam kamar.Dalam sekejap saja gadis muda itu berhasil memeluk banyak buket kemudian pergi.Arumi mengembuskan nafas panjang sembari menoleh saat sosok Gayatri kembali muncul.“Kak … kalau enggak mau sama Enzo enggak apa
Leonhard : Sayang, aku jemput ya?Rasa bahagia menggelitik hati Aruna membuat sistem otak bekerja maksimal mengirim sinyal pada syaraf bibir untuk membentuk sebuah lengkung senyum.Aruna : Oke sayang.Tanpa Aruna ketahui, Leonhard juga tersenyum tapi kemudian menyimpan ponselnya di atas meja dan kembali melanjutkan pekerjaanya.Duh, Aruna jadi tidak sabar menunggu sore hari tiba karena dia akan bertemu Leonhard dan mungkin kekasih gelapnya itu akan menginap di apartemen.Aruna segera menyelesaikan pekerjaan hingga akhirnya waktu masuk ke jam pulang kerja.Dia nyaris menyelesaikan pekerjaannya sebelum bersiap-siap memoles kembali bibir menggunakan lipstik karena harus tampil menawan di depan Leonhard.“Sayang?” Suara papi terdengar saat Aruna sedang berada di dalam toilet.“Papi? Ada apa Pi?” Aruna berteriak disusul sosoknya keluar dari toilet.“Yuk, pulang bareng! Kerjaan kamu udah selesai ‘kan?” ajak papi Arkana tidak biasanya.“Heu? Itu ….” Aruna melirik komputernya yang s
“Bro! Kenapa muka lo?” Reynaldi yang bertemu Leonhard di lobby kantor Asia Sinergy pagi ini bertanya keheranan.Masih banyak memar di wajah Leonhard, dia tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya hanya tahu cara mengobati dan salep yang diresepkan dokter malah membuat warna memar semakin kentara.Tapi kebetulan dia ketemu Reynaldi lobby karena sejak bertolak dari Jerman pulang ke Indonesia, kepalan tangannya berkedut terus ingin segera menghajar Reynaldi.Jadi tanpa aba-aba, Leonhard langsung melayangkan tinjunya.Bugh!Sekali pukulan saja berhasil membuat Reynaldi mundur tiga langkah kemudian tersungkur ke belakang.Jangan lupakan kalau Leonhard jago bela diri, dia masih menahan tenaga dalamnya karena belum puas menghajar Reynaldi sebab apabila menggunakan seluruh tenaganya bisa dipastikan kalau Reynaldi langsung pingsan.“Bro! Apa-apaan ini!” seru Reynaldi di antara sakit di rahang dan bokong.Leonhard memburu Reynaldi, menarik kerah kemeja pria itu menggunakan kedua tangan
“Mentang-mentang udah punya cowok jadi ngejauh dari aku … padahal dulu kamu sering minta anter jemput,” sindir Tezaar sesaat setelah Ricko yang mengantar Tasya membawa motornya menjauh dari lobby AG Group.“Looooh, tumben enggak bawa motor.” Alih-alih menjawab, Tasya malah membahas hal lain membuat Tezaar merotasi bola matanya.“Motornya dijual buat bantuin Marisa bayar sewa apartemen.” Tezaar menjawab membuat Tasya mengerutkan kening.“Loh, memangnya kossannya kenapa?” Tasya seperti tidak terima.Kini mereka berdua sudah berada di depan lift.“Kossan yang dulu enggak nyaman, katanya.” Tezaar menjawab lagi dengan ekspresi wajah murung yang kentara.“Kamu lagi dimanfaatin Marisa itu, Tezaar … lagian bego banget sih mau aja dimanfaatin.” Dengan santai Tasya melontarkan tuduhan tersebut.“Kamu tuh, enggak bisa ngasih solusi banget sih … udah mah menjauh sekarang nyalah-nyalahin.” Tezaar menggerutu.“Ya kamunya ‘kan punya pacar, masa aku mau kaya dulu … deket-deket sama kamu, mint