Home / Romansa / Cinta Terhalang Hutang Budi / Bab 6 Katakan Yang Sebenarnya

Share

Bab 6 Katakan Yang Sebenarnya

Author: Setya Esn
last update Last Updated: 2022-07-09 23:05:38

Wajah gadis itu menjadi pucat pasi saat melihat sosok Abimanyu berada dihadapannya. Dibenaknya, mengapa lelaki tua itu tak henti – hentinya mengusik hidupnya.

“Kenapa, sayang? Apa kamu kaget melihatku disini?” tanya Abimanyu dengan senyum yang tampak begitu menyebalkan.

“Kau sangat menjijikkan!” balas Faza.

“Oh ya? Bukannya kau sendiri yang tampak menjijikkan. Berani sekali anak kemarin sore sepertimu mencoba mendekati Maharani. Apa yang sudah kamu miliki sehingga kamu begitu percaya diri untuk memintanya menunggumu?” balas Abimanyu.

“Hah? Sungguh orang tua tak tau malu!”

“BUG!!!” satu pukulan mendarat tepat di pipi kiri Abimanyu.

“Fazaaaaa!” Maharani sontak berteriak.

Kejadian tersebut tentu langsung mencuri perhatian para pengunjung restoran cepat saji tersebut. Dengan cepat Maharani menarik Faza kembali agar menjauh dari Abimanyu.

“Za, please jangan kepancing. Dia kesini pasti nggak sendirian,” bisik Maharani.

Faza tak menggubris bisikan dari Maharani, Ia hanya terdiam seraya me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 1. Keinginan Terakhir

    ”Mas, kamu mau kan turuti keinginanku?” tanya Anggita Prameswari pada suaminya dengan tatapan penuh harap, sambil menyiapkan sarapan untuk sang suami dengan mengoleskan selai pada sehelai roti yang ada dihadapannya. Raga Mahendra tak lantas mengiyakan pertanyaan istrinya. Ia hanya membalas tatapan sang istri dengan sorot mata yang diliputi dengan rasa iba. Ada rasa tidak tega saat melihat istrinya meminta sesuatu darinya. “Mas, kok diem aja sih?” tanya Anggita sekali lagi.Raga Mahendra lalu menghela nafas Panjang. “Hmmmm, ya terus Mas harus jawab apa? Ini sudah pernah kita bahas sebelumnya kan? Aku nggak bisa, dan nggak akan pernah bisa,” jawab Raga Mahendra sambil meraih sepotong roti yang sudah disiapkan oleh Anggita.“Tapi ini demi anak – anak kita, Mas,” bujuk Anggita yang kemudian menarik kursi untuk duduk disebelah suaminya dan dengan sigap Ragapun membantunya.“Sayang, Aku akan berusaha penuhi setiap keinginanmu, asalkan jangan paksa aku untuk menduakanmu. Jangan lagi ada pe

    Last Updated : 2022-06-08
  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 2. Bertemu Dewi Penolong

    Pelan – pelan Maharani mulai membuka kedua kelopak matanya, dengan keadaan setengah sadar Ia merasa heran dengan apa yang dilihatnya saat ini. Mengapa Ia bisa berada dikamar sebesar ini, bahkan seolah tiga kali lebih besar dari kamar kostnya yang selama ini Ia tinggali. Terdengar suara pintu terbuka disana yang mengacaukan lamunannya dan sontak membuat gadis itu menoleh kearah pintu.“Sudah sadar, Nona?” tanya seorang wanita paruh baya yang sedang membawa nampan berisikan segelas air.Maharani mengangguk pelan, “Maaf, saya sekarang ada dimana?” Maharani balik bertanya.“Nona ada dirumah Nyonya Anggita, karena tadi saya dengar ceritanya, Nona pingsan dijalan saat berlari dan hampir ditabrak oleh supirnya Nyonya Anggita,” jawab wanita tersebut.“Nyonya Anggita?” tanyanya lagi. Namun setelah itu Maharani kembali terdiam dan berusaha mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu.“Ini diminum dulu, Non, saya buatkan teh anget biar lebih tenang.”Sedikit demi sedikit Maharani mulai tering

    Last Updated : 2022-06-08
  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 3. Tak Siap Kehilangan

    Raga kembali kerumah setelah seharian bekerja. Raut lelah begitu tampak diwajahnya, Anggita yang tengah bersantai menonton televisi bersama dengan dua anaknya langsung menyambut hangat kedatangan suaminya. “Assalamualaikum, anak – anak Papi,” sapanya pada Adi dan Tristan.“Papiiiii,” sahut sibungsu Tristan yang masih sangat manja pada kedua orang tuanya, yang kemudian langsung beranjak dan menubruk tubuh sang ayah dan meminta untuk menggendongnya. Sementara sisulung Adi hanya tersenyum melihat tingkah sang adik.“Wa’alaikumsalam, jawab dulu dong salamnya, Nak, jangan maen terobos gitu aja,” balas Anggita.“Peace, Mami,” jawab Tristan dengan gaya manjanya.“Adek udah makan belum? Nih, Papi bawain martabak kesukaan Mas Adi dan Adek Tristan.” “Asiiiik, Papi emang paling baik.”Cup! Sebuah kecupan manis dari sibungsu mendarat dipipi Raga, seketika lelah yang dirasa beberapa saat lalu perlahan mulai sirna.“Adi, bawa kedapur, Nak, martabaknya taruh dipiring terus nanti sebagian kasih bu

    Last Updated : 2022-06-08
  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 4. Harus Berpisah

    Bab 4 Harus BerpisahKeesokan harinya Maharani kembali menjalani aktivitasnya, sedikit lebih santai karena pagi ini Bu Ida sedang libur berjualan kue dipasar. Singkat cerita, Bu Ida adalah seorang pemilik kost yang selama ini Ia tinggali, biasanya sebelum berangkat kekampus untuk mengikuti kelas pagi, Ia membantu Bu Ida untuk berjualan kue – kue basah dipasar. Upah yang Ia terima sekiranya cukup untuk keperluan makannya sehari – sehari. Sedangkan untuk bisa mencukupi biaya kost dan juga menabung untuk keluarganya dikampung, Maharani rela bekerja paruh waktu dicafe dari sepulang kuliah hingga malam hari. Semula Ia pikir, hidupnya sudah berjalan dengan baik. Namun tak pernah Ia duga bahwa sang pemilik café yang bernama Abimanyu jatuh hati padanya sehingga menginginkannya menjadi istri ketiga. Permintaan tersebut tentu saja ditolak oleh Maharani karena tujuannya datang kekota ini adalah untuk melanjutkan pendidikannya dan belum memikirkan untuk menikah. Semenjak itu hidupnya menjadi ta

    Last Updated : 2022-06-08
  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 5. Tunggu Aku

    Bab 5 Tunggu AkuMaharani lalu memakai jaket yang diberikan oleh Faza, dan ukurannya sangat cocok saat dikenakan olehnya. Selepas itu Ia meraih bingkai yang sedari tadi dibawa oleh Faza sejak Ia bertemu didepan kelasnya, namun Maharani tak banyak bertanya apa isi dari bingkai tersebut. Pikirnya, mungkin itu hanya bagian dari tugas kuliah milik Faza.Faza melaju dengan motornya dan melewati gerbang kampus mereka dengan leluasa. Keempat preman tersebut yang sejak pagi menunggu kehadiran Maharani yang hendak mereka buntuti, sama sekali tak menyadari keberadaan dua sejoli tersebut. ‘Huuuuft, Alhamdulillah, mereka tidak menyadarinya,’ batin Maharani.Sepanjang perjalanan mereka tak banyak saling bicara. Maharani malah begitu asyik menikmati suasana jalanan perkotaan yang sangat jauh berbeda rasanya saat dilalui dengan sepeda motor, meski jalan yang mereka lalui adalah jalan yang sering dilewati, namun untuk sejenak Maharani merasa sedikit terbebas dari kejaran orang – orang suruhan Abiman

    Last Updated : 2022-06-08

Latest chapter

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 6 Katakan Yang Sebenarnya

    Wajah gadis itu menjadi pucat pasi saat melihat sosok Abimanyu berada dihadapannya. Dibenaknya, mengapa lelaki tua itu tak henti – hentinya mengusik hidupnya. “Kenapa, sayang? Apa kamu kaget melihatku disini?” tanya Abimanyu dengan senyum yang tampak begitu menyebalkan.“Kau sangat menjijikkan!” balas Faza. “Oh ya? Bukannya kau sendiri yang tampak menjijikkan. Berani sekali anak kemarin sore sepertimu mencoba mendekati Maharani. Apa yang sudah kamu miliki sehingga kamu begitu percaya diri untuk memintanya menunggumu?” balas Abimanyu.“Hah? Sungguh orang tua tak tau malu!”“BUG!!!” satu pukulan mendarat tepat di pipi kiri Abimanyu.“Fazaaaaa!” Maharani sontak berteriak. Kejadian tersebut tentu langsung mencuri perhatian para pengunjung restoran cepat saji tersebut. Dengan cepat Maharani menarik Faza kembali agar menjauh dari Abimanyu.“Za, please jangan kepancing. Dia kesini pasti nggak sendirian,” bisik Maharani.Faza tak menggubris bisikan dari Maharani, Ia hanya terdiam seraya me

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 5. Tunggu Aku

    Bab 5 Tunggu AkuMaharani lalu memakai jaket yang diberikan oleh Faza, dan ukurannya sangat cocok saat dikenakan olehnya. Selepas itu Ia meraih bingkai yang sedari tadi dibawa oleh Faza sejak Ia bertemu didepan kelasnya, namun Maharani tak banyak bertanya apa isi dari bingkai tersebut. Pikirnya, mungkin itu hanya bagian dari tugas kuliah milik Faza.Faza melaju dengan motornya dan melewati gerbang kampus mereka dengan leluasa. Keempat preman tersebut yang sejak pagi menunggu kehadiran Maharani yang hendak mereka buntuti, sama sekali tak menyadari keberadaan dua sejoli tersebut. ‘Huuuuft, Alhamdulillah, mereka tidak menyadarinya,’ batin Maharani.Sepanjang perjalanan mereka tak banyak saling bicara. Maharani malah begitu asyik menikmati suasana jalanan perkotaan yang sangat jauh berbeda rasanya saat dilalui dengan sepeda motor, meski jalan yang mereka lalui adalah jalan yang sering dilewati, namun untuk sejenak Maharani merasa sedikit terbebas dari kejaran orang – orang suruhan Abiman

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 4. Harus Berpisah

    Bab 4 Harus BerpisahKeesokan harinya Maharani kembali menjalani aktivitasnya, sedikit lebih santai karena pagi ini Bu Ida sedang libur berjualan kue dipasar. Singkat cerita, Bu Ida adalah seorang pemilik kost yang selama ini Ia tinggali, biasanya sebelum berangkat kekampus untuk mengikuti kelas pagi, Ia membantu Bu Ida untuk berjualan kue – kue basah dipasar. Upah yang Ia terima sekiranya cukup untuk keperluan makannya sehari – sehari. Sedangkan untuk bisa mencukupi biaya kost dan juga menabung untuk keluarganya dikampung, Maharani rela bekerja paruh waktu dicafe dari sepulang kuliah hingga malam hari. Semula Ia pikir, hidupnya sudah berjalan dengan baik. Namun tak pernah Ia duga bahwa sang pemilik café yang bernama Abimanyu jatuh hati padanya sehingga menginginkannya menjadi istri ketiga. Permintaan tersebut tentu saja ditolak oleh Maharani karena tujuannya datang kekota ini adalah untuk melanjutkan pendidikannya dan belum memikirkan untuk menikah. Semenjak itu hidupnya menjadi ta

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 3. Tak Siap Kehilangan

    Raga kembali kerumah setelah seharian bekerja. Raut lelah begitu tampak diwajahnya, Anggita yang tengah bersantai menonton televisi bersama dengan dua anaknya langsung menyambut hangat kedatangan suaminya. “Assalamualaikum, anak – anak Papi,” sapanya pada Adi dan Tristan.“Papiiiii,” sahut sibungsu Tristan yang masih sangat manja pada kedua orang tuanya, yang kemudian langsung beranjak dan menubruk tubuh sang ayah dan meminta untuk menggendongnya. Sementara sisulung Adi hanya tersenyum melihat tingkah sang adik.“Wa’alaikumsalam, jawab dulu dong salamnya, Nak, jangan maen terobos gitu aja,” balas Anggita.“Peace, Mami,” jawab Tristan dengan gaya manjanya.“Adek udah makan belum? Nih, Papi bawain martabak kesukaan Mas Adi dan Adek Tristan.” “Asiiiik, Papi emang paling baik.”Cup! Sebuah kecupan manis dari sibungsu mendarat dipipi Raga, seketika lelah yang dirasa beberapa saat lalu perlahan mulai sirna.“Adi, bawa kedapur, Nak, martabaknya taruh dipiring terus nanti sebagian kasih bu

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 2. Bertemu Dewi Penolong

    Pelan – pelan Maharani mulai membuka kedua kelopak matanya, dengan keadaan setengah sadar Ia merasa heran dengan apa yang dilihatnya saat ini. Mengapa Ia bisa berada dikamar sebesar ini, bahkan seolah tiga kali lebih besar dari kamar kostnya yang selama ini Ia tinggali. Terdengar suara pintu terbuka disana yang mengacaukan lamunannya dan sontak membuat gadis itu menoleh kearah pintu.“Sudah sadar, Nona?” tanya seorang wanita paruh baya yang sedang membawa nampan berisikan segelas air.Maharani mengangguk pelan, “Maaf, saya sekarang ada dimana?” Maharani balik bertanya.“Nona ada dirumah Nyonya Anggita, karena tadi saya dengar ceritanya, Nona pingsan dijalan saat berlari dan hampir ditabrak oleh supirnya Nyonya Anggita,” jawab wanita tersebut.“Nyonya Anggita?” tanyanya lagi. Namun setelah itu Maharani kembali terdiam dan berusaha mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu.“Ini diminum dulu, Non, saya buatkan teh anget biar lebih tenang.”Sedikit demi sedikit Maharani mulai tering

  • Cinta Terhalang Hutang Budi   Bab 1. Keinginan Terakhir

    ”Mas, kamu mau kan turuti keinginanku?” tanya Anggita Prameswari pada suaminya dengan tatapan penuh harap, sambil menyiapkan sarapan untuk sang suami dengan mengoleskan selai pada sehelai roti yang ada dihadapannya. Raga Mahendra tak lantas mengiyakan pertanyaan istrinya. Ia hanya membalas tatapan sang istri dengan sorot mata yang diliputi dengan rasa iba. Ada rasa tidak tega saat melihat istrinya meminta sesuatu darinya. “Mas, kok diem aja sih?” tanya Anggita sekali lagi.Raga Mahendra lalu menghela nafas Panjang. “Hmmmm, ya terus Mas harus jawab apa? Ini sudah pernah kita bahas sebelumnya kan? Aku nggak bisa, dan nggak akan pernah bisa,” jawab Raga Mahendra sambil meraih sepotong roti yang sudah disiapkan oleh Anggita.“Tapi ini demi anak – anak kita, Mas,” bujuk Anggita yang kemudian menarik kursi untuk duduk disebelah suaminya dan dengan sigap Ragapun membantunya.“Sayang, Aku akan berusaha penuhi setiap keinginanmu, asalkan jangan paksa aku untuk menduakanmu. Jangan lagi ada pe

DMCA.com Protection Status