Share

Bab 5 [Kandidat]

Author: Viachi
last update Last Updated: 2022-06-03 19:43:41

☀ Cinta Si Gadis Sederhana ☀

.

.

Keesokan harinya.

Keadaan langit yang belum terlalu bersinar sudah menyadarkan seorang gadis dari tidur panjangnya. Ia menatap kearah jam yang kini tengah menunjukkan pukul 04'40.

Dia segera bangun dari posisinya dan mulai beranjak kearah kamar mandi. Mungkin karena masih mengantuk membuat gadis tadi menabrak sisi tembok.

Duakk

"Aduh," ringis gadis itu sambil mengelus jidatnya yang baru saja terantuk itu. Tapi tak dipedulikan rasa sakit itu, ia kembali melangkah kearah kamar mandi tak lupa menutup pintunya.

Ia menatap pantulan dirinya di kaca dan menapati benjolan kecil dibagian jidatnya.

"Ternyata sakit juga," gadis tadi mengelus jidatnya.

"Ceroboh sekali, kau Ta." makinya pada dirinya sendiri.

Setelah menyelesaikan mandinya ia keluar sambil memakai bathrobe nya dan melangkah keluar dari kamar mandi. Ia menuju kearah lemari pakaiannya dan mengambil beberapa potong baju dan celana berserta pakaian dalamnya dan segera memakainya dikamar mandi.

5 menit berselang, akhirnya gadis tadi atau si Reta keluar dari kamar mandi menuju ke mini pantry untuk membuat sarapan. Hanya ada sebungkus roti dan juga beberapa telur membuat Reta memutuskan untuk membuat sandwich sarapan pagi. Selesai makan dia memutuskan untuk berangkat ke kampus. Ia tidak ingin kembali tersesat menuju ke kampus.

Makanya ia memutuskan untuk berangkat pagi.

Dihalte Bus yang tak begitu jauh dari hotel menjadi tujuan awal Reta. Ia bisa melihat beberapa orang sudah ada dihalte tersebut. Dari pakaiannya bisa Reta simpulkan kalau orang orang itu pekerjaan kantoran. Untungnya masih tersisa beberapa bangku di halte tersebut membuat Reta bisa duduk. Sembari menunggu Nisa membuka ponselnya dan menemukan sebuah chat diponselnya.

Mamo💖💞

Kau baik baik saja kan disana? Apakah kau makan dengan teratur? Tidur nyenyak disana Mamo khawatir sekali padamu. Jawab pesan Mamo, agar Mamo tidak khawatir😣.

Reta tersenyum saat membaca pesan tersebut. Hatinya menghangat begitu tahu bahwa sang Mamo mengkhawatirkan dirinya. Segera saja membalas pesan dari Mamonya itu.

Retasha💞

Reta baik baik saja Mamo. Jadi Mamo jangan khawatir lagi ya. Reta makan dengan teratur dan tidur dengan nyenyak kok.

Retasha💞

Nisa senang disini, Reta juga sudah memiliki teman disini. Doakan Reta agar betah disini ya, Mamo. Reta Rindu sama Mamo😊😍.

Senyum cerah terpatri dibibirnya, tak begitu lama bus yang dinantinya akhirnya tiba juga. Ia naik setelah membiarkan beberapa orang naik terlebih dahulu. Setelah duduk ia menyalakan musik dan mendengarkannya lewat earphonenya.

Beberapa kali ia mengedarkan pandangannya kearah dalam dan luar bis. Pemandangan yang dilihatnya mampu membuat seulas senyum terpatri indah diwajah Reta.

Dalam hati, Nisa berharap kedepannya dapat berjalan lancar. Ia ingat betul perjuangannya saat akan ke kota ini. Perjuangannya meluluhkan hati orang tua agar mau mengizinkan dirinya melanjutkan kuliah di kota ini.

Belum lagi usahanya dalam mempelajari kultur dan bahasa yang diakuinya tidak mudah itu. Maka dari itu ia berharap bisa menghadapi semua masalahnya dengan baik.

Tak terasa bisnya akhirnya berhenti di halte depan kampus membuat Nisa memutuskan untuk turun tak lupa tersenyum pada supir bis tersebut.

"Semoga kedepannya baik baik saja." gumam Reta sambil menatap bangunan di depannya yang tak lain adalah universitasnya.

💖💖💖

Setelah menyeberang jalan, akhirnya Reta sampai didepan pintu gerbang kampus. Hanya beberapa orang yang ditemuinya, mungkin karena masih terlalu pagi jadi para mahasiswa sedikit yang baru berangkat.

Reta mengedarkan pandangannya ke penjuru kampus. Soalnya kemarin ia tidak sempat untuk melihat lihat area kampusnya itu. Bisa Reta lihat gedung kampusnya begitu megah dan bertingkat 5. Sungguh Reta senang kuliah disini. Bukan berarti di kotanya ia tidak senang, hanya saja sejak sekolah menengah ia memimpikan untuk kuliah di kota ini.

Akhirnya hal itu bisa terwujud. Sungguh Reta sangat bersyukur. Walaupun hal itu membuatnya harus jauh dari keluarganya. Sembari melangkah menuju ke kelasnya, Reta masih memandang tempat yang akan menjadi tujuannya.

Ia harus naik ke lantai 2 untuk menuju ke kelasnya. Tapi belum sempat naik, sebuah gambar menarik perhatiannya.

Apalagi gambar itu baru saja ditempel oleh seseorang membuat Nisa sangat penasaran.

Ia melangkah menuju ke orang itu, lantas memperhatikan gambar yang baru tertempel dengan sempurna.

Dibacanya tulisan yang ada dengan pelan.

"Pemilihan Ketua Fakultas." Perkataan Reta itu membuat orang yang tadi asyik menempelkan gambar terlonjak kaget.

"Astaga." Orang tadi bahkan sampai melompat dibuatnya. Reta yang melihatnya segera minta maaf.

"Maafkan saya," ucapnya sambil membungkukkan badannya berkali kali. Membuat orang yang terkejut tadi semakin bingung dengan tingkah Reta.

"Sudah tidak apa apa." Perkataan itu membuat Nisa menyudahi bungkukkannya.

"Maafkan saya. Saya tidak bermaksud begitu". Orang tadi masih bingung terhadap tingkah Nisa yang berulang kali mengucap maaf.

"Tidak apa - apa." Mendengar jawaban itu membuat Reta menatap sekilas orang di hadapannya itu.

"Kau berangkat pagi pagi sekali. Memangnya ada kuliah pagi?" tanya orang tadi pada Nisa. Dia tak berani untuk menatap orang itu, hanya sebuah anggukan yang diberikan olehnya.

Orang tadi memperhatikan Reta, tapi wajahnya agak mengernyit begitu menyadari kalau orang di depannya bukan mahasiswa lama. Sebab dia tidak pernah bertemu dengan gadis ini sebelumya.

"Kau bukan orang asli daerah sini?" tebak orang itu membuat Nisa menganggukan kepalanya.

"Asli mana?"

"Kota Apel."

"Tapi pengucapan bahasamu termasuk baik untuk ukuran orang yang bukan asli sini."

"Aku belajar bahasa sudah dari sekolah menengah." Jawab Reta yang kini mulai berani menatap orang di depannya itu.

"Ooh begitu, pantas saja." Orang tadi kembali meneruskan kegiatannya tapi terhenti begitu mendengar perkataan Reta barusan.

"Itu pemilihan ketua fakultas?" Reta mencoba memastikan apa yang dilihatnya.

Orang tadi berbalik kearah Reta "Ohh ini. Iya, itu kandidat ketua Fakultas. Tapi kalau boleh saran lebih baik kau pilih no.2." tunjuk orang itu pada gambar no.2.

Reta mengernyit bingung. "Memangnya kenapa harus no.2?" Tanya Nisa tak mengerti.

"Berhubung kau masih baru disini, jadi aku akan ceritakan sesuatu." Orang tadi mengedarkan pandangannya ke segala arah, seakan memastikan keadaan benar benar sepi.

Setelah yakin kalau sepi ia mendekat kearah Nisa membuat Reta agak terkejut.

"Jadi..."

"Apa?" tanya Reta sambil memundurkan kakinya. Orang tadi menyadari tindakan aneh Nisa yang terkesan menjauhinya, membuatnya tak jadi mendekati gadis ini.

"Kenapa Kau berjalan mundur?" Reta otomatis menghentikan kakinya yang ingin bergerak mundur.

"Ba...ru...san kau mau apa?" Perkataan Reta kembali terbata bata saat dirinya tengah dilanda kegugupan. Orang tadi menepuk jidatnya pelan begitu sadar ia tak sengaja menakuti gadis di hadapannya itu.

"Maaf, sepertinya kau salah paham. Aku tidak bermaksud buruk padamu."

Nisa hanya menganggukan kepalanya tapi tidak kunjung mendekat. Ia hanya merasa sedikit takut saat orang tadi mendekatinya.

"Jadi tadi aku ingin bilang kalau, kandidat no.2 lebih berpotensi membuat fakultas kita lebih baik dibandingkan dengan kandidat no.1." Jelasnya membuat Reta mengerti.

Kemudian Reta kembali bertanya, "Memangnya kenapa dengan kandidat no.1?" Orang tadi menghela nafasnya sebentar.

"Gallen, dia itu senang sekali berbuat onar di kampus. Dia juga suka terlambat dan masuk kelas dengan seenaknya." Jelas orang tadi.

"Belum lagi catatan diluar kampus, katanya dia itu punya genk motor, sering balapan liar terus sering ke club malam juga." Perkataan orang itu membuat Reta sangat terkejut.

"Benarkah?" Reta belum percaya sepenuhnya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Kau tidak percaya? Kalau begitu coba kau tanya kesemua orang di kampus ini. Aku yakin semuanya akan mengatakan hal seperti itu." Reta kemudian memandang foto seseorang yang pernah dilihatnya beberapa kali itu.

"Memang sebegitu buruknya, ya? Apa tidak ada kemungkinan ia bisa menang?" tanyanya sambil mengalihkan pandangannya ke orang tadi.

"Sepertinya tidak ada, kalaupun ada itu keajaiban namanya."

"Sampai segitunya, ya?" Reta benar benar tidak habis pikir.

"Mungkin kalau Gallen dapat dukungan dari ketua Jurnalis, dia bisa menang." Perkataan itu membuat Reta mengernyit dahinya.

"Ketua jurnalis?" Menyadari gadis di depannya kebingungan lantas orang itu menjelaskan.

"Iya, ketua Jurnalis. Orang yang dianggap sangat jujur di kampus ini. Orangnya itu tidak pandang bulu. Kalau jelek ya dibilang jelek kalau bagus ya bilang bagus. Begitulah orangnya."

"Memangnya ada orang yang seperti itu?"

"Ada lah, ketua Jurnalis contohnya."

"Sebegitu pengaruhnya, ya?"

"Ya, begitulah adanya. Tapi kalau pengen dapat dukungan dari ketua Jurnalis sebaiknya berpikir dua kali deh." Orang tadi menghela nafasnya pendek.

"Kenapa memangnya?"

"Dia selain terkenal karena kejujuran, pribadinya sendiri adalah orang yang dingin, cuek, tegas dan tak mudah didekati."

"Bahkan kabarnya dia itu gay."

"Gay?" Reta benar - benar terkejut mendengarnya. Bahkan suaranya bisa dibilang lumayan keras membuat orang di depannya segera mengisyaratkan untuk diam.

"Sttt, Jangan keras keras." Reta masih sangat terkejut.

"Jangan asal bicara kalau tidak punya bukti."

"Ada yang melihat langsung, si ketua jurnalis memeluk seorang pria di ruangannya." Kembali Reta dibuat terkejut entah untuk yang ke berapa kalinya pagi ini.

"Mungkin itu saudaranya? Atau temannya atau mungkin keluarganya? Atau mungkin..."

"Pacarnya," ucapan Nisa di potong begitu saja oleh pria ini.

"Setahu anak disini, ketua jurnalis tidak punya saudara yang kuliah disini. Keluarganya ada dijepang." Reta belum sepenuhnya mempercayai perkataan orang di depannya itu.

"Jadi maksudmu dengan dukungan dari ketua jurnalis, bisa membuat seorang kandidat menang itu apa?" Reta mencoba mengalihkan pembicaraan seputar masalah yang belum dipercayai itu.

"Seperti yang aku bilang, karena kejujuran itulah yang membuat para mahasiswa sangat yakin akan pilihan yang dipilih oleh ketua Jurnalis. Ya walaupun beberapa anak menganggapnya gay, tapi dia sangat disegani disini. Makanya keputusan dia itu bisa dibilang mempengaruhi walaupun tidak sampai 80% dari seluruh keputusan."

"Ooh seperti itu" Reta hanya mengangguk kepalanya pertanda bahwa ia mengerti apa yang dijelaskan oleh orang di depannya itu.

"Ooh iya. Kita belum berkenalan. Namaku Retasha Helenasia, kalau kamu?" tanya Reta yang baru menyadari kalau sedari tadi belum berkenalan dengan orang di depannya itu.

Orang tadi mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Reta. "Perkenalkan aku..." Orang itu sengaja memengal kalimatnya, sebelum kembali meneruskan ucapannya.

"Aku Bayu Indrawan." sahut orang itu yang dibalas anggukan oleh Reta.

"Salam kenal," ujar Reta sambil melepaskan tautan tangan mereka.

"Panggil saja B.I." Ucap Bayu atau sering dipanggil B.I. Nisa hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu panggil saja Reta".

"Oke, Reta." Keduanya tak lagi ada percakapan membuat suasana canggung langsung terasa.

B.I yang lebih dulu menyadari hal tersebut tersenyum kecil yang di balas senyum canggung oleh Reta. Kemudian dia menolehkan pandangannya kearah jam tangannya.

"Kurasa aku harus pamit terlebih dahulu. Kelasku mungkin akan segera dimulai beberapa puluh menit lagi." Ucapan dari Reta membuat B.I menganggukkan kepalanya.

Reta menundukkan kepalanya sekaligus berpamitan pada sosok yang baru dikenalnya itu. "Aku permisi dulu." Setelah mengatakan hal itu, Reta segera menuju kearah kelasnya yang ada di lantai 3 meninggalkan B.I yang kini mulai meneruskan pekerjaannya itu.

.

.

~Terimakasih~

Related chapters

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 6 [Nganti Bareng]

    Akhirnya setelah memakan waktu 10 menit, Reta tiba juga di depan kelasnya. Begitu sampai didepan pintu. Reta membuka pintu tersebut dengan pelan. Ia melongokkan kepalanya dan tidak didapatinya seorang pun di kelas tersebut. Jadi dia memutuskan untuk duduk di tempatnya yang kemarin ia duduki.Pandangannya mengarah pada ruang kelasnya yang nampak sama seperti ruang kelas pada umumnya. Ada Whiteboard, meja dosen, kursi mahasiswa, kalender, AC, tempat spidol berserta penghapusnya. Dan beberapa dekorasi yang ada di dinding ruangan. Sembari menunggu, Reta mengeluarkan ponselnya yang ada didalam tasnya. Kemudian ia buka aplikasi Instagram miliknya. Sebuah notif masuk begitu Lisa selesai memasukan akun miliknya.Dibukanya pesan atau biasa disebut Dm itu, senyum di bibirnya mengembang begitu membaca deretan kalimat di ponselnya itu.Go_minam~🐣Reta~yo. Teganya kau meninggalkan aku😑, bisa bisanya kau pergi tanpa berpamitan padaku😣. Aku sangat marah padamu😡. Aku tidak akan mengampunimu, kau

    Last Updated : 2022-06-03
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 7 [Gebrakan Meja]

    ☀ ☀..Keduanya telah sampai di meja Hana dan Wulan. Dan mulai memakan makanannya. Tak jarang keempatnya saling mengobrol dan melempar tawa membuat aura di meja itu tampak sangat hangat."Ooh ya, Ta. Kau disini tinggal dengan siapa?" tanya Hana pada Reta yang sedang mengunyah itupun segera menelan makanannya. Ia menatap lurus kearah Hana."Aku sendirian disini." jawabnya yang malah membuat ketiganya agak terkejut."Benarkah? Lalu kau tinggal dimana?" Wulan menatap Reta penasaran."Aku sekarang tinggal di hotel. Dan mungkin nanti aku akan mencari kos atau apartemen disekitaran sini." Jawaban yang diberikan oleh Reta membuat ketiganya menganggukan kepala mereka. Seakan mendapatkan ide, Wulan mengusulkan sesuatu. "Apa sebaiknya Nisa tinggal saja bersama kita, Kak. Dia bisa tidur dikamarku." Perkataan itu membuat Hana dan Tyas saling pandang."Ide yang bagus, daripada kau tinggal sendiri disini. Lebih baik kamu tinggal saja di apartemen kami."Reta cukup terkejut mendengarnya, ia benar -

    Last Updated : 2022-06-03
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 8 [Tatapan Tajam]

    Nisa yang mendengar nada bentakan itu pun segera saja menoleh dan keputusannya untuk menoleh sepertinya adalah sebuah salah besar. Sebab ia bisa melihat tatapan kemarahan yang dilayangkan Gallen untuknya.Perlu ditekankan? Hanya untuknya! Membuat Nisa meneguk ludahnya susah payah."Apa?" tanya Nisa ragu - ragu serta dengan perasaan takut. Mendengar suara Nisa yang terdengar lirih serta sarat akan ketakutan, tentu saja membuat Gallen mendengus cukup keras.Ingin sekali ia membentak orang didepannya itu, tapi kalau ia lakukan sekarang, terang saja Tyas akan semakin menjauh darinya dan dia tidak ingin hal itu terjadi."Kalau tidak ada Tyas disini, sudah habis gadis ini." Geram Gallen yang masih tetap memandang Nisa. Dia mengatakannya didalam hati. Gallen menghela nafas karena menyadari tatapan seluruh orang didalam kelas tertuju padanya, segera Gallen berbicara pada Nisa."Kau pilih siapa untuk jadi ketua, Aku atau si Putra?" tanya Gallen sa

    Last Updated : 2022-07-10
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 9 [Menolong Orang]

    Setelah berjalan selama hampir 6 menitan, akhirnya NIsa dan Tyas tiba juga di lantai satu. Tyas menghentikan langkahnya membuat Nisa juga ikutan berhenti."Ada apa?" tanya Nisa agak bingung kenapa Jennie tiba - tiba berhenti atau mungkin barang kali Tyas melupakan sesuatu di kelas."Beneran kau tidak ingin ku antar?" Tyas kembali bertanya pasal tawarannya tadi membuat Lisa mengangguk kepalanya."Iya, tidak perlu. Lebih baik sekarang Kak Tyas pulang dulu dan hati - hati dijalan." Walaupun begitu Tyas tetap mengiyakan ucapan Nisa sambil membuang nafasnya berat."Ya, sudah. Kita pisah disini, ya. Kau hati - hati pulangnya, kalau ada apa - apa langsung hubungi aku. Kau mengerti kan?" Nisa tersenyum menanggapinya."Iya, Kak." sahut Nisa sambil tersenyum."Oke, aku pulang dulu. Kau hati - hati dijalan."Tyas mulai berjalan meninggalkan Nisa sambil melambaikan tangannya kearah Nisa yang di balas hal serupa oleh Nisa. Begit

    Last Updated : 2022-07-10
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 10 [Sang Penolong]

    ☀ ☀.."Nak?" panggilnya sambil menepuk pelan bahu gadis disampingnya itu, membuat sang empunya tadi tersentak kaget."Maafkan paman, apa paman mengagetkanmu?" tanyanya begitu melihat respon gadis tersebut."Ehh, tidak paman." jawab gadis tadi sambil tersenyum tipis."Apa benar kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap lekat mata gadis didepannya ini, untuk mencari kebohongan yang sempat terpikirkan olehnya tadi."Iya, paman. Saya baik - baik saja. Jadi jangan bawa saya kerumah sakit, ya." Pinta gadis tadi sambil memelas. Melihat bahwa gadis tersebut tampak memelas membuat pria tadi menghela nafasnya pelan."Baiklah, tapi paman antar kau pulang, ya. Kali ini tidak ada penolakan, ya." ucap pria tadi begitu melihat tatapan gadis itu yang ingin menolak ajaknnya itu."Baiklah." jawab Nisa pelan."Ehh iya, paman belum tahu siapa namamu?""Nama saya Annisa Dewi Anjani, paman." Mendengar jawaban dari Nisa membuat pria tadi mengangguk paham."Kau bukan asli orang sini, ya?" tebaknya begit

    Last Updated : 2022-07-11
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 11 [Panik]

    ☀ ☀Disebuah apartemen mewah yang terletak tak jauh dari pusat kota, kini tengah diramaikan dengan beberapa jenis suara yang membuat keadaan makin gaduh.Semua pemilik suara itu tengah melakukan kegiatan mereka masing - masing. Ada yang bermain game, makan, memasak bahkan ada yang tidur. Pokoknya tak ada yang memperdulikan satu sama lain kalau sudah pada asyik sendiri.Tapi sebuah dering telpon salah satu dari mereka, membuat Naufal yang sedang bermain game bersama Cakra menolehkan kepalanya kearah ponsel tersebut."Kak Abi, ada telepon dari ponselmu." Naufal berteriak tapi tetap melanjutkan kegiatannya, membuat Cakra yang ada disebelah segera menutup telinganya karena bising."Yak, pelankan suaramu! Kau mau membuatku tuli, ya," Cakra menatap kearah Naufal sebal. Sedangkan Naufal tak merespon sama sekali, malah semakin asyik bermain game."Hei, kau mendengarkan ku atau ti---""Yeeees, aku menang. Cakra kalah!" Seru Naufal senang kala mendapati karakter yang dipilih oleh Cakra tadi sud

    Last Updated : 2022-07-13
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 12 [Lah? Kok?!]

    💙 💙Sedangkan disebuah kediaman mewah, Wanita yang baru saja selesai menelpon salah satu putranya itu. Kini raut wajahnya benar benar panik disertai ketakutan tersendiri karena sang suami belum juga pulang kerumah."Kemana kau, suamiku?" gumamnya sambil berjalan mondar mandir diruang keluarga. Bahkan sangking khawatirnya, ia sampai tidak menyadari kedatangan sebuah mobil yang kini berhenti di depan teras rumah.Bahkan ketika sang pemilik mobil sudah membuka pintu rumah pun, si wanita tadi belum juga menyadari bahwa ada seseorang yang masuk kedalam rumahnya dan sang suami.Sang pemilik mobil menghampiri seorang wanita yang tidak menghadap ke arahnya itu. Ia agak mengernyit begitu sadar bahwa sang istri tak langsung menyambutnya seperti biasa.Ia kemudian meletakan tas kerjanya disalah satu sofa dan kemudian langsung memeluk wanitanya itu. Mendapati kalau ada yang memeluknya, reflek si wanita langsung menyikut perut dari si pelaku pemelukkan."Argh" Si pemilik mobil tadi agak meringis

    Last Updated : 2022-07-15
  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 13 [Khawatir]

    ☀ ☀****************"Kalian semua kesini?" tanya Sam begitu menyadari kehadiran putra - putranya itu. Hyuna yang tadi menelpon Abi, segera menyuruh semua anaknya itu untuk duduk."Kenapa kalian malah berdiri disitu. Sini duduk." Suruh Hyuna pada keenam pemuda yang masih diam ditempat."Ayo, duduk." Setelah mendengar itu, keenam pemuda tadi duduk didepan sepasang suami istri itu. Kelimanya masih menampilkan raut bingung sedangkan satunya hanya menatap tanpa ekspresi.Sam menatap aneh putra - putranya itu. "Kalian kenapa menatap daddy seperti itu?""Daddy tidak apa - apa?" Abi bertanya begitu membuat Sam mengernyitkan dahinya bingung."Lah, daddy kenapa?" Mendengar membuat Abi menatap kearah Hyuna. Hyuna yang melihatnya lantas segera menjelaskan."Tadi saat mommy telpon dengan daddy, panggilannya terputus. Karena panik, mommy terus menelpon daddy tapi tidak diangkat - angkat. Karena Mommy khawatir dengan daddy, makanya Mommy nyuruh kamu dan adik - adikmu untuk segera kemari." Penjelas

    Last Updated : 2022-07-25

Latest chapter

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 13 [Khawatir]

    ☀ ☀****************"Kalian semua kesini?" tanya Sam begitu menyadari kehadiran putra - putranya itu. Hyuna yang tadi menelpon Abi, segera menyuruh semua anaknya itu untuk duduk."Kenapa kalian malah berdiri disitu. Sini duduk." Suruh Hyuna pada keenam pemuda yang masih diam ditempat."Ayo, duduk." Setelah mendengar itu, keenam pemuda tadi duduk didepan sepasang suami istri itu. Kelimanya masih menampilkan raut bingung sedangkan satunya hanya menatap tanpa ekspresi.Sam menatap aneh putra - putranya itu. "Kalian kenapa menatap daddy seperti itu?""Daddy tidak apa - apa?" Abi bertanya begitu membuat Sam mengernyitkan dahinya bingung."Lah, daddy kenapa?" Mendengar membuat Abi menatap kearah Hyuna. Hyuna yang melihatnya lantas segera menjelaskan."Tadi saat mommy telpon dengan daddy, panggilannya terputus. Karena panik, mommy terus menelpon daddy tapi tidak diangkat - angkat. Karena Mommy khawatir dengan daddy, makanya Mommy nyuruh kamu dan adik - adikmu untuk segera kemari." Penjelas

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 12 [Lah? Kok?!]

    💙 💙Sedangkan disebuah kediaman mewah, Wanita yang baru saja selesai menelpon salah satu putranya itu. Kini raut wajahnya benar benar panik disertai ketakutan tersendiri karena sang suami belum juga pulang kerumah."Kemana kau, suamiku?" gumamnya sambil berjalan mondar mandir diruang keluarga. Bahkan sangking khawatirnya, ia sampai tidak menyadari kedatangan sebuah mobil yang kini berhenti di depan teras rumah.Bahkan ketika sang pemilik mobil sudah membuka pintu rumah pun, si wanita tadi belum juga menyadari bahwa ada seseorang yang masuk kedalam rumahnya dan sang suami.Sang pemilik mobil menghampiri seorang wanita yang tidak menghadap ke arahnya itu. Ia agak mengernyit begitu sadar bahwa sang istri tak langsung menyambutnya seperti biasa.Ia kemudian meletakan tas kerjanya disalah satu sofa dan kemudian langsung memeluk wanitanya itu. Mendapati kalau ada yang memeluknya, reflek si wanita langsung menyikut perut dari si pelaku pemelukkan."Argh" Si pemilik mobil tadi agak meringis

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 11 [Panik]

    ☀ ☀Disebuah apartemen mewah yang terletak tak jauh dari pusat kota, kini tengah diramaikan dengan beberapa jenis suara yang membuat keadaan makin gaduh.Semua pemilik suara itu tengah melakukan kegiatan mereka masing - masing. Ada yang bermain game, makan, memasak bahkan ada yang tidur. Pokoknya tak ada yang memperdulikan satu sama lain kalau sudah pada asyik sendiri.Tapi sebuah dering telpon salah satu dari mereka, membuat Naufal yang sedang bermain game bersama Cakra menolehkan kepalanya kearah ponsel tersebut."Kak Abi, ada telepon dari ponselmu." Naufal berteriak tapi tetap melanjutkan kegiatannya, membuat Cakra yang ada disebelah segera menutup telinganya karena bising."Yak, pelankan suaramu! Kau mau membuatku tuli, ya," Cakra menatap kearah Naufal sebal. Sedangkan Naufal tak merespon sama sekali, malah semakin asyik bermain game."Hei, kau mendengarkan ku atau ti---""Yeeees, aku menang. Cakra kalah!" Seru Naufal senang kala mendapati karakter yang dipilih oleh Cakra tadi sud

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 10 [Sang Penolong]

    ☀ ☀.."Nak?" panggilnya sambil menepuk pelan bahu gadis disampingnya itu, membuat sang empunya tadi tersentak kaget."Maafkan paman, apa paman mengagetkanmu?" tanyanya begitu melihat respon gadis tersebut."Ehh, tidak paman." jawab gadis tadi sambil tersenyum tipis."Apa benar kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap lekat mata gadis didepannya ini, untuk mencari kebohongan yang sempat terpikirkan olehnya tadi."Iya, paman. Saya baik - baik saja. Jadi jangan bawa saya kerumah sakit, ya." Pinta gadis tadi sambil memelas. Melihat bahwa gadis tersebut tampak memelas membuat pria tadi menghela nafasnya pelan."Baiklah, tapi paman antar kau pulang, ya. Kali ini tidak ada penolakan, ya." ucap pria tadi begitu melihat tatapan gadis itu yang ingin menolak ajaknnya itu."Baiklah." jawab Nisa pelan."Ehh iya, paman belum tahu siapa namamu?""Nama saya Annisa Dewi Anjani, paman." Mendengar jawaban dari Nisa membuat pria tadi mengangguk paham."Kau bukan asli orang sini, ya?" tebaknya begit

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 9 [Menolong Orang]

    Setelah berjalan selama hampir 6 menitan, akhirnya NIsa dan Tyas tiba juga di lantai satu. Tyas menghentikan langkahnya membuat Nisa juga ikutan berhenti."Ada apa?" tanya Nisa agak bingung kenapa Jennie tiba - tiba berhenti atau mungkin barang kali Tyas melupakan sesuatu di kelas."Beneran kau tidak ingin ku antar?" Tyas kembali bertanya pasal tawarannya tadi membuat Lisa mengangguk kepalanya."Iya, tidak perlu. Lebih baik sekarang Kak Tyas pulang dulu dan hati - hati dijalan." Walaupun begitu Tyas tetap mengiyakan ucapan Nisa sambil membuang nafasnya berat."Ya, sudah. Kita pisah disini, ya. Kau hati - hati pulangnya, kalau ada apa - apa langsung hubungi aku. Kau mengerti kan?" Nisa tersenyum menanggapinya."Iya, Kak." sahut Nisa sambil tersenyum."Oke, aku pulang dulu. Kau hati - hati dijalan."Tyas mulai berjalan meninggalkan Nisa sambil melambaikan tangannya kearah Nisa yang di balas hal serupa oleh Nisa. Begit

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 8 [Tatapan Tajam]

    Nisa yang mendengar nada bentakan itu pun segera saja menoleh dan keputusannya untuk menoleh sepertinya adalah sebuah salah besar. Sebab ia bisa melihat tatapan kemarahan yang dilayangkan Gallen untuknya.Perlu ditekankan? Hanya untuknya! Membuat Nisa meneguk ludahnya susah payah."Apa?" tanya Nisa ragu - ragu serta dengan perasaan takut. Mendengar suara Nisa yang terdengar lirih serta sarat akan ketakutan, tentu saja membuat Gallen mendengus cukup keras.Ingin sekali ia membentak orang didepannya itu, tapi kalau ia lakukan sekarang, terang saja Tyas akan semakin menjauh darinya dan dia tidak ingin hal itu terjadi."Kalau tidak ada Tyas disini, sudah habis gadis ini." Geram Gallen yang masih tetap memandang Nisa. Dia mengatakannya didalam hati. Gallen menghela nafas karena menyadari tatapan seluruh orang didalam kelas tertuju padanya, segera Gallen berbicara pada Nisa."Kau pilih siapa untuk jadi ketua, Aku atau si Putra?" tanya Gallen sa

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 7 [Gebrakan Meja]

    ☀ ☀..Keduanya telah sampai di meja Hana dan Wulan. Dan mulai memakan makanannya. Tak jarang keempatnya saling mengobrol dan melempar tawa membuat aura di meja itu tampak sangat hangat."Ooh ya, Ta. Kau disini tinggal dengan siapa?" tanya Hana pada Reta yang sedang mengunyah itupun segera menelan makanannya. Ia menatap lurus kearah Hana."Aku sendirian disini." jawabnya yang malah membuat ketiganya agak terkejut."Benarkah? Lalu kau tinggal dimana?" Wulan menatap Reta penasaran."Aku sekarang tinggal di hotel. Dan mungkin nanti aku akan mencari kos atau apartemen disekitaran sini." Jawaban yang diberikan oleh Reta membuat ketiganya menganggukan kepala mereka. Seakan mendapatkan ide, Wulan mengusulkan sesuatu. "Apa sebaiknya Nisa tinggal saja bersama kita, Kak. Dia bisa tidur dikamarku." Perkataan itu membuat Hana dan Tyas saling pandang."Ide yang bagus, daripada kau tinggal sendiri disini. Lebih baik kamu tinggal saja di apartemen kami."Reta cukup terkejut mendengarnya, ia benar -

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 6 [Nganti Bareng]

    Akhirnya setelah memakan waktu 10 menit, Reta tiba juga di depan kelasnya. Begitu sampai didepan pintu. Reta membuka pintu tersebut dengan pelan. Ia melongokkan kepalanya dan tidak didapatinya seorang pun di kelas tersebut. Jadi dia memutuskan untuk duduk di tempatnya yang kemarin ia duduki.Pandangannya mengarah pada ruang kelasnya yang nampak sama seperti ruang kelas pada umumnya. Ada Whiteboard, meja dosen, kursi mahasiswa, kalender, AC, tempat spidol berserta penghapusnya. Dan beberapa dekorasi yang ada di dinding ruangan. Sembari menunggu, Reta mengeluarkan ponselnya yang ada didalam tasnya. Kemudian ia buka aplikasi Instagram miliknya. Sebuah notif masuk begitu Lisa selesai memasukan akun miliknya.Dibukanya pesan atau biasa disebut Dm itu, senyum di bibirnya mengembang begitu membaca deretan kalimat di ponselnya itu.Go_minam~🐣Reta~yo. Teganya kau meninggalkan aku😑, bisa bisanya kau pergi tanpa berpamitan padaku😣. Aku sangat marah padamu😡. Aku tidak akan mengampunimu, kau

  • Cinta Si Gadis Sederhana   Bab 5 [Kandidat]

    ☀ Cinta Si Gadis Sederhana ☀..Keesokan harinya.Keadaan langit yang belum terlalu bersinar sudah menyadarkan seorang gadis dari tidur panjangnya. Ia menatap kearah jam yang kini tengah menunjukkan pukul 04'40.Dia segera bangun dari posisinya dan mulai beranjak kearah kamar mandi. Mungkin karena masih mengantuk membuat gadis tadi menabrak sisi tembok.Duakk"Aduh," ringis gadis itu sambil mengelus jidatnya yang baru saja terantuk itu. Tapi tak dipedulikan rasa sakit itu, ia kembali melangkah kearah kamar mandi tak lupa menutup pintunya.Ia menatap pantulan dirinya di kaca dan menapati benjolan kecil dibagian jidatnya."Ternyata sakit juga," gadis tadi mengelus jidatnya."Ceroboh sekali, kau Ta." makinya pada dirinya sendiri.Setelah menyelesaikan mandinya ia keluar sambil memakai bathrobe nya dan melangkah keluar dari kamar mandi. Ia menuju kearah lemari pakaiannya dan mengambil beberapa potong baju dan celana berserta pakaian dalamnya dan segera memakainya dikamar mandi.5 menit b

DMCA.com Protection Status