Arvan Aditya Baskoro. seorang CEO muda yang sukses di umurnya yang genap 32 tahun. Dia pernah merintis usahanya dari bawah sebelum mengambil alih bisnis ayahnya. Dengan pengalaman yang dimilikinya, Arvan terkenal sebagai seorang pengusaha yang sangat teliti dalam mengambil setiap keputusan. Dia juga dikenal sebagai seorang yang handal dalam menilai perkembangan bisnis yang akan sukses dikemudian hari. Arvan ibarat "cenayang" di kalangan rekan dan koleganya. semua itu tidak terlepas dari ketelitian dan kepandaiannya membaca peluang bisnis yang ada.
Dengan gaya penampilan yang selalu menggunakan kemeja ditambah dengan postur tubuh tinggi sedikit berotot yang dimilikinya membuat dadanya terlihat bidang. Selain itu perawakannya yang tegas dengan netra hitam pekat yang mampu mencuri hati siapa saja yang memandangnya. ditambah cambang tipis yang menghiasi rahangnya membuat banyak wanita mengidamkan sosok Arvan sebagai pendampingnya.
Arvan bukannya tidak mengetahui semua kelebihannya itu dan betapa mudah baginya mendapatkan hati setiap wanita disekitarnya tapi ketelitian dan pengalaman yang pernah dilewatinya membuat Arvan tidak memikirnya mengenai hubungan yang serius. Tapi bukan berarti dia tidak memiliki wanita dalam menemani harinya. Hanya saja, bagi Arvan para wanita itu hanya penghibur disaat dia butuh hiburan dan partner disaat dia memerlukan mereka. Bagi Arvan tidak ada yang spesial dari para wanita yang mengelilinginya selama ini.
"Ada lagi yang bapak perlukan?" Tanya Siska yang sedang berdiri dihadapannya mengenakan kemeja putih renda dan rok cream yang tingginya diatas lutut dan melingkari tubuhnya dengan sempurna membentuk lekukan indah tubuh Siska
Arvan menatap Siska lekat dengan pandangan sedikit bernafsu yang tentu saja dapat dilihat jelas oleh Siska. "saya membutuhkanmu," ucap Arvan beranjak dari duduknya menghampiri siska dan mulai melumat bibir wanita itu.
Bukannya menghindar atau merasa marah, Siska justru mengeratkan kedua lengannya di leher Arvan. Dan membalas ciuman Arvan. Arvan menyeringai dalam benaknya.
Hari bahkan masih pagi, namun keduanya memilih untuk melakukan pemanasan singkat di waktu kerja. Enggan menghamburkan waktu paginya, Arvan memilih untuk langsung pada intinya.
Inilah mengapa dia menyukai Siska sebagai sekretarisnya. Wanita itu tidak hanya handal dalam masalah pekerjaan tetapi juga handal dalam memanjakan Arvan. Siska juga memiliki tubuh yang diidamkan seorang pria. Arvan mengagumi tubuh itu.
Bagi Arvan, wanita dan kepercayaan adalah dua hal yang bertolak belakang. Ibarat api dan air tidak akan menjadi satu. Pernah Arvan memberikan kepercayaan pada seorang wanita dan berakhir dengan pengkhianatan. karena itu Arvan tidak pernah mempercayai wanita sama sekali. Wanita dan nafsu adalah hal yang paling nikmat. ketika Arvan membutuhkan kenikmatan itu. saat itulah dia membutuhkan wanita.
Setelah puas menjamah tubuh sekretarisnya, Arvan langsung melepas pengamannya mengikatnya dan membuangnya ke tempat sampah. benar sekali Arvan selalu membawa pengamannya dan menggunakannya saat dibutuhkan. Yang dia perlukan hanya seks. Dia tidak ingin berurusan dengan masalah janin atau apapun itu di kemudian hari. Baginya bercinta selesai ketika dia mendapatkan pelepasannya. Tidak perlu ada hubungan yang melibatkan hati yang akan merepotkan dikemudian hari.
"Sudah kamu atur jadwal saya dengan pak handoko," ucap Arvan sembari merapikan pakaiannya yang berantakan setelah bercinta. Siska melakukan hal yang sama. memastikan penampilannya kembali rapi seperti sebelum masuk ke ruang kerja bosnya.
Siska mendekat ke arah Arvan dengan gemulai. Meraba dada bidang Arvan sambil menyandarkan kepalanya pada dada pria itu. "Apa harus membahas pekerjaan setelah semuanya pak," ucap Siska dengan suara manjanya.
"Saya harap kamu bisa membedakan urusan pribadi dan pekerjaan," jawab Arvan dingin sambil menjauhkan dirinya dari Siska. "Sekarang saya ingin membahas masalah pekerjaan dengan kamu, jika kamu kesulitan membedakan keduanya, saya bisa minta penggantimu," ucap Arvan dingin dengan nada ancaman membuat Siska sedikit takut. Karena Arvan tidak pernah main main dengan ucapannya.
"Pak handoko akan datang besok jam 10 pagi pak," jawab Siska sopan. dia tidak ingin kehilangan pekerjaan sebagai sekretaris dari bos seksinya ini, selain gaji yang lumayan didapatkannya dari perusahaan, keinginannya untuk memiliki Arvan menjadi tujuan utamanya. Dia merasa sudah memikat hati bosnya,
"Ya sudah kamu boleh keluar sekarang," ucap Arvan tanpa menoleh ke arah Siska.
Arvan malah sudah mulai membuka laptopnya dan memulai rutinitas paginya. Tentu saja Siska kesal dicuekin tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Dia hanya bisa cemberut dan mulai meninggalkan ruangan bosnya.
Diatas mejanya, Arvan mengambil setumpuk berkas yang diserahkan oleh pihak HRD tadi pagi. Berkas itu berisi laporan kinerja karyawan yang ada di berbagai cabang perusahaan. Dia harus memeriksa daftar nama para karyawannya sebelum nanti mengambil keputusan apakah memberi surat peringatan atau melakukan pemutusan kerja.Sebenarnya dia malas melakukan ini, dirinya bisa saja menyerahkannya kepada HDR untuk memvalidasi dan segera melakukan pemutusan kerja pada pegawai yang namanya ada di atas mejanya sekarang. Surat peringatan baginya hanya basa-basi dan kurang memberi efek jera. Dia lebih memilih langsung mengambil sikap dengan memutuskan kontrak.Tapi sebagai pemilik perusahaan tentu memerlukan izin darinya jika ingin melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan yang dianggap tidak kompeten dalam mempertahankan kinerjanya. Hanya memerlukan tanda tangannya.
“Pindah?” Amanda terkejut dengan ucapan Fandy Barusan.“Iya. Pindah. Karena itu aku ingin dengar dari kamu langsung, apa kamu ada masalah dengan rekan yang lain sampai kamu ingin pindah dari tempat ini?" Ucap Fandy sambil menatap Amanda serius.Sebagai kepala cabang dia tidak melihat ada masalah yang berarti selama ini diantara rekan timnya sehingga dia penasaran alasan Amanda mengajukan kepindahan hingga disetujui oleh CEO mereka. Bahkan dia pindah ke Jakarta. Setahunya untuk pindah ke kota besar seperti Jakarta bukan hal yang mudah. Setidaknya dia harus melewati beberapa jenjang karir misalnya kepala toko atau supervisor wilayah. Sedangkan Amanda masih berstatus staf.Amanda benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan Fandy tentang pindah karena dia tidak mengajukan kepindahan. Dia sudah merasa nyaman disini dan dia tidak memiliki masalah apapun.“aku nggak ngerti deh maksud mas apa, aku sama sekali
Amanda pulang ke rumahnya dengan wajah lesu. Dia menatap hampa pada rumah satu lantai dengan pekarangan yang tidak terlalu luas. Dengan dinding berwarna hijau yang sudah sedikit memudar. Ini bukan rumahnya atau rumah peninggalan orangtuanya. Ini rumah seseorang yang dianggapnya tante. Seseorang yang sudah mau menampungnya selama tiga tahun berada di Pati."Apa yang kamu lakukan disana, Amanda. Bantu tante angkat jemuran," ucap Anna sambil berteriak menunjuk Amanda.Amanda tersadar dari lamunannya dan segera membantu tantenya mengangkat jemuran dan meletakkannya di keranjang."Heran deh.. anak muda jaman sekarang bukannya pulang langsung bantuin orang tua. Malah melamun, tidak ada kerjaaan," gerutu Anna di depan Amanda yang sudah membantunya mengangkat jemuran.Tanpa memperdulikan ocehan tantenya amanda mengangkat keranjang berisi pakaian bersih ke dalam rumah. Lebih baik tidak meladeni tantenya. Biarkan saja dia mengomel sesuka hati. Amanda sudah
Amanda menatap rekan- rekan di outlet tempatnya bekerja satu per satu. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil tawaran itu dan bersiap pindah ke Jakarta. Hari ini adalah hari terakhirnya dan dia ingin berpamitan dengan rekan- rekannya.Ada perasaan sedih yang menghinggapinya. Bagaimanapun mereka adalah orang- orang yang bersamanya selama dia mencari nafkah. Memberikan semangat saat dirinya merasa lelah serta tempat curhat saat masalah yang dihadapi terasa buntu dan dirinya membutuhkan saran atau sekedar pendengar untuk ceritanya."Aku akan merindukan kalian semua," ucap Amanda berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.Retno maju menghampiri Amanda dan memeluknya. "Mbak… Retno akan sangat rindu dengan mbak Manda," ucao Retno sambil menangis. Retno adalah karyawan termuda di swalayan tempat Amanda bekerja.Amanda memeluk Retno sambil sesegukan. Akhirnya dirinya tidak dapat menahan air matanya untuk keluar walaupun sudah di cobanya.A
Arvan merasa gusar. Pikirannya sedang tidak berada di otaknya saat ini. Sebagai orang yang memindahkan Amanda kembali ke Jakarta dia tentu tahu kapan seharusnya gadis itu sudah berada di Jakarta. mengingat surat keputusan telah diterima outlet cabang Pati dan Amanda sudah menandatangani surat pemindahan setidaknya Amanda sudah berada di Jakarta hari ini, paling lambat besok karena lusa dia sudah mulai bekerja di cabang baru.Rasanya Arvan ingin berdiam di Stasiun Pasar Senen mengamati wajah para penumpang kereta satu persatu untuk memastikan kalau Amanda sudah tiba di Jakarta. Tapi hal itu tidak mungkin dia lakukan. Merasa penasaran dengan kondisi terbaru mantan tunangannya namun dia mengingatkan dirinya untuk menahan diri membuat Arvan menjadi badmood. Rasanya waktu hari ini berjalan sangat lambat dan semua pekerjaan seolah berantakan. Beberapa kali Arvan bahkan terdengar menggebrak meja hanya karena stafnya kurang teliti atau melakukan tindakan yang seharusnya b
Amanda tiba di stasiun pasar senen setelah menerima surat resmi terkait penempatannya, walaupun awalnya berat baginya menerima pemindahan itu tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena syarat utama di awal dia bekerja adalah bersedia ditempatkan di wilayah manapun.Amanda memandang sekeliling stasiun, Banyak hal yang dirasakannya berubah setelah tiga tahun meninggalkan kota jakarta. Ada perasaan haru, gugup dan menegangkan yang dirasakan Amanda ketika menginjakkan kaki di kota kelahirannya ini. yah Amanda lahir dan besar di Jakarta, tapi karena masalah yang dihadapinya beberapa tahun yang lalu membuatnya memutuskan untuk menjauhi kota kelahirannya ini.'Baiklah Amanda, Jakarta kota besar tidak mungkin kamu akan bertemu Arvan secara kebetulan kecuali dengan izin takdir. Dan kamu bukanlah orang yang dengan mudah percaya akan takdir,' ucap Amanda dalam hati meyakinkan pilihannya untuk kembali ke Jakarta.Panas terik kota jakarta membuat amanda menyerngitkan
Hampir sebulan lamanya Amanda bekerja di Jakarta. Amanda mulai merasa nyaman dan mulai menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang ada di kantor barunya. Hari ini dia kebagian shift malam hingga besok pukul 8 pagi. Meskipun swalayan itu tidak berada di jalur utama, pembelinya tidak pernah sepi. Bahkan di malam hari. Amanda harus selalu menampilkan wajah ramah penuh senyuman meskipun sedang mengantuk. dia bersama dika dan ratna rekan shiftnya. Malam ini amanda mendapat tugas sebagai kasir."Selamat datang," ucap Amanda ketika seseorang masuk kedalam swalayan. Amanda seketika membisu begitu mengenali siapa yang datang.Semoga dia tidak mengenaliku. batin Amanda sambil menundukkan wajahnya.Orang yang dikenalnya itu mulai berjalan dan menghampiri meja kasir. "Rokok satu yah mbak," ucapnya menunjuk rak rokok yang tersedia di meja kasir. Amanda segera mengambil pesanan. Merasa lega karena sepertinya wanita di depannya sudah tidak mengenalnya lagi"Ada la
Hari hampir menjelang malam ketika Amanda keluar dari bangunan sederhana yang menjadi rumah barunya di Jakarta. Amanda keluar hanya dengan menggunakan kaos lengan pendek dan celana pendek sambil membawa peralatan kebersihan di kedua tangannya. Sambil menghela nafasnya berat Amanda menengadah memandang langit yang berwarna biru gelap dan kemerahan di sebelah barat menandakan bahwa matahari semakin rendah dan siap bersembunyi berganti malam.Amanda menghirup udara dalam dalam lalu menghembuskannya perlahan. "akhirnya beres juga," gumannya lebih kepada diri sendiri.Dia tidak menyangka bahwa pekerjaan beberes ini akan menghabiskan waktunya seharian. Tadi pagi sepulang dari berbelanja perlengkapan yang dibutuhkan untuk rumah kostnya, Amanda menyadari kalau tidak hanya dapurnya yang perlu dibenahi tetapi juga kamar tidurnya. Bahkan tempat itu sebelumnya tidak layak dikatakan tempat tidur. Pakaian tampak berserakan dimana mana, meja kecil yg dijadikan meja riasnya keliha