Kaira tampak lesu melangkah memasuki ruangannya. Lingkar hitam terlihat di kedua mata wanita itu. Namun, masih tetap cantik meski tanpa polesan make up.Wanita itu mendudukkan bagian bawah tubuhnya di kursi. Kemudian, menyandarkan kepala pada meja, memejamkan kedua mata yang tampak mengantuk.Belum lama ia terlelap, tampak beberapa orang memasuki ruangannya, setelah ketukan pintu tidak di dengar oleh wanita itu.Mereka memperhatikan ruangan Kaira yang tampak bersih, rapi, dan wangi. Kemudian, mengalihkan pandangan ke arah Kaira yang masih terlelap di meja kerjanya.Salah seorang dari mereka menghela napas kasar. Mengamati lamat-lamat wajah lelah Kaira yang tetap terlihat, meski posisinya miring berbantalkan lengan. Tampak orang itu ingin mendekat. Namun, di halangi oleh yang lain dengan memberi kode menggeleng.Akhirnya, mereka duduk di sofa, menunggu Kaira terbangun. Wanita berparas cantik itu menggeliat. Kemudian, membuka mata perlahan. Sedikit menguap dan kedua matanya memerah.Ked
Kaira berdiri di balkon kamarnya. Menatap ke arah langit, sambil sesekali menghirup udara pagi yang tampak segar. Teringat peristiwa kemarin di rumah sakit, ketika ia bertemu dengan kakak dan kedua orang tuanya.Lamunannya buyar, ketika ia merasakan ada sepasang tangan kekar melingkar di perutnya, memeluk Kaira dari belakang dan menyandarkan dagu pada punggung wanita itu. Wangi maskulin terhidu oleh penciumannya. Kaira sangat mengenal aroma ini."Sedang apa di sini, Sayang? Kenapa melamun pagi-pagi?" Suara berat seorang laki-laki yang sangat di kenalnya yang meski cukup mengejutkan. Namun, begitu lembut di telinga, bertanya penuh curiga tanpa melepaskan pelukannya."Mas Kaivan. Sejak kapan di sini?"Bukannya menjawab, Kaira masalah justru balik bertanya, dengan pandangan masih terarah ke langit. Kaivan menempelkan sebelah pipinya pada Kaira dan sedikit menggerakkannya, membuat wanita itu sedikit geli terkena jenggot dan kumis tipis Kaivan."Baru saja, aku mencarimu di setiap ruangan,
Kaira menghela napas kasar sambil mengangguk. Mengulas senyum paksa agar Hanung, Hani, dan Harun tidak khawatir."Aku baik-baik saja. Ya, memang cukup melelahkan dan sedikit syok juga. Sebab, aku kan baru saja sembuh dan bergabung kembali. Jadi, seperti pertama kali, saat aku baru masuk ke rumah sakit itu," jelas Kaira lembut."Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Ayah dan Kak Harun juga sempat khawatir denganmu. Apalagi, kau masih baru bergabung. Untunglah kau punya suami yang selalu siaga. Ayah salut denganmu, Kaivan," ucap Hanung sembari melirik ke arah Kaivan.Kaivan tersenyum. "Terima kasih, Yah. Tapi menurutku, Kaira memang luar biasa. Semangat kerjanya tinggi. Begitu perhatian dan peduli pada pasiennya. Pantaslah jika dia di juluki dokter terbaik dan profesional," puji Kaivan sambil menggenggam sebelah tangan Kaira.Harun dan Hanung mengiyakan.ereka setuju dengan perkataan Kaivan yang memang ada benarnya. Hani dan Kiara tengah sibuk bermain usai makan.Mereka melanjutkan perbinc
Kedua mata Kaira membulat sempurna, ketika melihat foto-foto yang di tulis tunjukkan Kaivan padanya. Menelan ludah dengan susah payah sambil berusaha bernapas dengan baik."Kenapa diam? Jawab aku."Kaivan kembali berkata sambil menatap Kaira tajam. Napasnya bergemuruh, menahan emosi dan cemburu. Kaira masih terdiam dan syok dengan apa yang dilihatnya."Jawab aku, Kaira!" Kaivan meninggikan sedikit nada bicaranya. Menandakan dirinya tengah terbakar amarah yang terpendam sejak tadi.Kaira mendongak dan menatap dalam Kaivan. Membuang napas kasar dan memejamkan mata sejenak. Kemudian, mencoba untuk tetap tenang menghadapi Kaivan yang tengah menahan amarah."Aku akan jelaskan semuanya, tapi tolong, kau tenang dulu, ya," ucap Kaira sembari meraih kedua tangan Kaivan dan menggenggamnya.Kaivan berusaha tetap tenang dan memberi Kaira kesempatan untuk menjelaskan. Pria itu kembali menatap tajam ke arah Kaira."Dia Erlan, mantan suami Kak Karin. Aku tidak sengaja bertemu dengannya tadi pagi di
Ferdinan terkejut dengan perkataan Kaivan. Tidak biasanya ia kesal dengan sang istri sampai kondisinya begitu kusut sekali. Pria berkulit sawo matang itu semakin menatap Kaivan, menelisik lebih dalam apa yang terjadi dengan sahabat sekaligus bosnya itu."Tumben sekali Dokter Kaira buatmu kesal, biasanya kau yang selalu buat kesal," selidik Ferdinan penasaran sambil meledek Kaivan."Aish, kau ini. Bukannya menghibur dan membantuku malah mengejekku," ucap Kaivan kesal."Maaf, aku hanya terkejut dengan pengakuanmu. Kenapa Kaira bisa begitu membuatmu kesal?" cecar Ferdinan."Semalam, ia pulang larut. Namun, sebelumnya, aku melihat Kaira di kafe bersama pria. Lalu, aku memfotonya. Kemudian, aku serahkan saat Kaira pulang bekerja. Kami sempat bertengkar. Namun, Kaira menjelaskan jika lelaki itu mantan kekasihnya dulu sebelum mengenalku. Meskipun demikian, aku masih kesal dengannya," jelas Kaivan menceritakan yang terjadi sebenarnya."Jadi kau cemburu dengan mantan kekasih istrimu?" selidik
Kaira dan Harun tengah melakukan pemeriksaan di ruang IGD. Mereka merawat pasien keracunan makanan sejak kemarin. Meskipun tidak ada yang meninggal dunia. Namun, pasien yang membutuhkan perawatan insentif cukup banyak, sekitar dua puluh orang.Mereka keracunan makanan setelah pulang menghadiri resepsi pernikahan. Beruntung, nyawa mereka bisa di selamatkan karena cepat di bawa ke rumah sakit dan segera mendapatkan pertolongan pertama.Ketika keduanya sudah mulai santai dan sedang mengecek data pasien, ruang IGD kembali disibukkan dengan kedatangan pasien korban tanah longsor. Sekitar tiga puluh orang di bawa ke rumah sakit Kusuma Pratama Hospital. "Pasien harus segera di operasi untuk menyelamatkan nyawanya dan mengangkat kayu yang menancap di perutnya. Kita butuh persetujuan dari pihak keluarga. Perawat Rifki, apa kau sudah menghubungi keluarga korban?"Kaira memberikan penjelasan kepada Rifki, kepala perawat di rumah sakit itu. Pemuda berparas manis itu mendongak."Tadi pihak keluar
Kaira pergi ke minimarket selepas pulang bekerja, ia tidak ditemani oleh Kaivan karena pria itu sedang banyak pekerjaan. Wanita cantik tersebut melangkah dengan anggun sambil mendorong troli. Memilah dan memilih barang-barang yang hendak dibeli untuk keperluan rumah.Kaira berbelanja sayur, buah, bahan makanan, ikan, daging, seafood, Frozen food, serta bumbu-bumbu dapur. Minuman seperti susu, jus, cola, kopi, teh, dan minuman lain pun juga dibelinya.Cukup banyak belanjaan yang ia beli sampai penuh dua troli. Ketika, Kaira hendak menuju kasir, langkahnya terhenti saat seorang wanita yang sangat dikenalnya datang menghampiri dan menghadang Kaira."Akhirnya aku bertemu denganmu di sini," ucap wanita seksi itu dengan tatapan tajam.Kedua bola mata Kaira membulat sempurna saat mengetahui siapa wanita itu. "Ka--Kak Karin. Kau ....""Bagus, kau masih mengenaliku. Sudah puas kau sekarang karena telah benar-benar menghancurkan hidupku?" tanyanya semakin tajam menatap Kaira dan mendekati wani
Kaira melangkah dengan gamang ke arah sebuah kamar, ia tidak bisa berkutik. Sebab, di belakangnya, ada dua orang bertubuh kekar mengawal dirinya. Mereka suruhan Madam. Kaira terus berjalan sambil menahan tangis. Wanita itu tidak ingin terdengar suara tangisannya karena pasti, akan memicu kemarahan dua orang itu.Setibanya di kamar itu, Kaira dipaksa masuk, kedua orang itu mendorong kuat tubuh wanita itu hingga hampir tersungkur. Sampai di dalam, ia melihat seorang pria bertubuh gempal, bertelanjang dada. Tatapannya begitu tajam ketika melihat Kaira masuk. Seperti harimau yang hendak memangsa buruannya.Kaira menelan ludah. Memejamkan mata sejenak, ketika lelaki bertubuh gempal itu mendekat dan berusaha menjamah tubuhnya. Kaira sebisa mungkin menghindar agar tidak sampai tersentuh.Lelaki itu tampak kesal dengan perlakuan Kaira, ia pun makin mendekat dan mencengkeram rahang Kaira kuat, membuat wanita itu terpekik."Ahh!""Berani kau menghindariku. Kau itu sudah aku bayar mahal, jadi ja