Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Bab 93. Kintani KKN

Share

Bab 93. Kintani KKN

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2022-07-27 22:13:29

“Tidak salah dengan penilaian Papa terhadap Bang Ridwan..”

“Pak Wijaya menilai saya bagaimana Bu?” potong Ridwan.

“Nah, mulai lagi kan pakai bahasa resmi di lingkungan kantor?”

“Eh iya, maaf Anggelina. Aku terbawa-bawa saat bicara dengan Bu Clara tadi,” ujar Ridwan diiringi senyumnya.

“Hemmm, Papa menilai sosok Bang Ridwan adalah pria yang jujur dan pekerja keras. Akan mudah bagi Bang Ridwan untuk beradaptasi dengan yang lainnya di kantor, dan itu terbukti dengan cepat Bang Ridwan mengerti apa yang diarahkan oleh Bu Clara,” tutur Anggelina menjelaskan tentang penilaian dari Papanya itu terhadap Ridwan.

“Masa Pak Wijaya menilaiku begitu, Anggelina? Padahal kami belum pernah bertemu,” Ridwan merasa heran.

“Papa itu jam terbangnya di dunia perusahaan udah tinggi Bang, jadi Papa juga dapat menilai mana sosok karyawan yang memiliki potensi lebih mana yang tidak.”

“Oh begitu, aku jadi kagum dengan sosok Pak Wijaya. Mendengar penjelasan Anggelina terhadapnya, ternyata beliau juga seor
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Sepesukuan   Bab 94. Dokter Hardi

    “Assalamualaikum,” ucap Kintani saat telah berada di depan pintu rumah kediaman Pak Arif. “Waalaikum salam, mari silahkan masuk adik-adik mahasiswa,” balas Pak Arif kemudian mempersilahkan rombongan Kintani yang terdiri dari 7 orang itu masuk ke rumah. “Benarkah ini rumah Wali Nagari Koto Tuo?” tanya Kintani yang telah berada di ruang tamu bersama 6 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran lainnya. “Benar aku lah Wali Nagarinya,” ujar Pak Arif, kemudian Kintani dan 6 orang anggota kelompoknya memperkenalkan diri begitu pula sebaliknya dengan Wali Nagari Koto Tuo itu. “Adik-adik mahasiswa inikah yang beberapa hari yang lalu mengirimkan surat permohonan izin mengadakan KKN di kenagarian kami ini?” tanya Pak Arif. “Benar Pak, dan maaf kami tidak menuliskan nama Bapak di surat itu hanya Kepala Wali Nagari Koto Tuo saja. Maklum kami baru mengetahui nama Pak Arif sekarang,” ucap Kintani. “Nggak apa-apa Dik Kintani, yang terpenting surat itu jelas alamat dan tujuannya kepada siapa.” “Iya P

    Last Updated : 2022-07-28
  • Cinta Sepesukuan   Bab 95. Diajak Makan Malam

    Sore itu di saat waktu istirahat kegiatan KKN begitu pula setelah dokter Hardi pulang dinas dari puskemas, ia mendatangi posko para mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas A itu. Kedatangan dokter Hardi sebenarnya ingin menemui Kintani, hingga setiba di posko langsung meminta waktu mahasiswi cantik Fakultas Kedokteran itu untuk ngobrol di depan posko. “Ada apa, Dok?” “Nggak ada apa-apa sih, pengen ngobrol aja. Oh ya, gimana kegiatan hari ini kebetulan tadi udah agak siang dapat mendampingi kalian?” ujar doker Hardi sembari balik bertanya pada Kintani. “Alhamdulillah, lancar-lancar saja Dok.” “Jangan panggil Dok dong, kan kita ngobrol di sini bukan lagi mengadakan penyuluhan pada masyarakat,” pinta dokter Hardi. “Oh ya udah, kalau gitu aku panggil Bang Hardi aja ya?” “Nah, gitu kan agak santai kedengarannya,” ulas dokter Hardi senang. “Bang Hardi udah lama tugas di puskesmas di kenagarian ini?” tanya Kintani. “Lebih kurang 1 setengah tahunan lah, setelah sekitar setahun sebel

    Last Updated : 2022-07-28
  • Cinta Sepesukuan   Bab 96. Gita Dan Aldi Terkejut

    Di Jakata selepas waktu magrib Ridwan bersenda gurau dengan Nisa di ruang depan, si kecil cantik itu kian dekat saja dengan Ridwan hingga setiap kali Ridwan pulang dari kantor Nisa selalu menemui Om nya itu di kamar, bahkan dengan susah membujuknya untuk mandi ketika waktu magrib akan tiba. Tak lama Aldi dan Gita datang bergabung ke ruangan depan itu, mereka nampak senyum-senyum saja melihat putrinya begitu asyik bersenda gurau dengan Ridwan. “Tuh, ada Mama dan Papa. Kita udahan dulu mainnya yang Nisa,” ujar Ridwan mengajak Nisa berhenti bermain di ruangan depan rumah itu. “Ntar lagi lah Om, Nisa masih pengen main.” “Besok kan bisa di lanjutin mainnya Nak,” bujuk Gita. “Iya, besok kita lanjutin mainnya ya? Sekarang Om mau ngobrol dulu dengan Mama dan Papa Nisa,” tambah Ridwan. “Iya deh, Om. Nisa beresin dulu mainannya, besok kita main lagi ya?” dengan bijaknya Nisa bicara lalu membereskan sendiri mainannya dari ruang depan itu membawanya ke kamar, Aldi dan Gita hanya geleng-gele

    Last Updated : 2022-07-29
  • Cinta Sepesukuan   Bab 97. Rumah Makan Di Pinggir Sawah

    “Bang Hardi berarti sering sekali makan di sini, ya?” “Ya, kadang juga makan siang.” Pelayan rumah makan itu pun datang membawa semua jenis menu ala khas masakan Minang, Kintani sampai bingung harus memilih yang mana semuanya mengundang selera dan dari aromanya saja menu masakan itu sudah tercium bakal lezat. Tak menunggu waktu lama lagi mereka berdua pun menyantap hidangan yang tersedia di meja, berikut minuman yang memang harus mereka pesan sesuai selera berupa berbagai jenis jus, teh, kopi dan jenis minuman dingin lainnya. Selesai makan mereka pun berpindah tempat ke samping rumah makan itu yang sengaja dibuat untuk duduk-duduk santai berada tepat di atas lahan persawahan, tempat itu juga berbentuk huruf U melingkari bangunan rumah makan. “Nggak terasa udah 2 minggu kegiatan KKN ini dilaksanakan ya, Kintani?” “Ya Bang.” “Bagaimana pandanganmu dengan kesadaran masyarakat di kenagarian ini mengenai kesehatan?” tanya Hardi lalu menyeruput jus yang dipesannya sehabis makan tadi.

    Last Updated : 2022-07-29
  • Cinta Sepesukuan   Bab 98. Bonus Promo Perusahaan

    Promo produk baru perusahaan yang dilakukan Clara di dampingi Ridwan pada beberapa Stasiun Televisi Nasional beberapa hari yang lalu mendapatkan apresiasi dari perusahaan, karena produk baru itu banyak diminati konsumen dan tentunya perusahaan mendapatkan hasil penjualan yang tak sedikit. Anggelina memang selalu akan memberi bonus pada bagian manapun juga di perusahaannya yang telah berhasil menciptakan produk baru serta menaikan omset penjualan produk itu, begitu pula pada Clara dan Ridwan. Siang itu Anggelina meminta kepala bagian keuangan perusahaan untuk menghadap guna membahas tentang besaran bonus yang akan diberikan pada Clara dan juga Ridwan yang telah berhasil mempromosikan produk baru perusahaan itu dengan sangat baik, sebelumnya juga Anggelina telah memberi bonus pada bagian produksi. “Selamat siang, Bu.” “Siang, silahkan duduk Bu Vera,” ujar Anggelina. “Ibu meminta saya untuk menghadap, apakah ini ada kaitannya dengan omset penjualan produk baru perusahaan yang bebera

    Last Updated : 2022-07-29
  • Cinta Sepesukuan   Bab 99. Hadiah Buat Ridwan

    “Waalaikum salam,” sahut Ridwan yang memang saat itu berada di ruang depan. “Maaf, apakah betul ini alamat Pak Ridwan yang bekerja di perusahaan milik Bu Anggelina?” tanya supir mobil pick-up itu. “Ya, benar Pak. Aku yang sendiri orang, mari silahkan masuk dulu Pak,” ajak Ridwan. “Nggak usah Mas Ridwan, saya hanya singgah sebentar untuk mengantarkan barang dari Bu Anggelina yang katanya sebagai hadiah buat Mas Ridwan. Mari saya tunjukan barangnya,” supir pick-up itu balik mengajak Ridwan untuk menuju mobilnya yang berada di halaman, Ridwan pun mengikuti pria itu ke mobil pick-up. Supir dan rekannya yang tadi menunggu di samping mobil segera naik ke atas membuka bungkusan barang yang mereka bawa, Ridwan sangat terkejut setelah bungkusan itu di buka. “ Honda CBR 250 RR...?!” serunya. “Benar Mas Ridwan, Bu Anggelina meminta kami mengantar sepeda motor ini ke sini. Sebentar kami akan turunkan dulu,” ujar supir pick-up, kemudian dia dengan rekannya menuruni sepeda motor Honda CBR 250

    Last Updated : 2022-07-30
  • Cinta Sepesukuan   Bab 100. Minuman Khas Teh Telur

    Selepas sholat zhuhur di kamarnya, Ridwan pamitan pada Gita menemui Anggelina di rumahnya seperti yang ia janjikan tadi akan mengajak atasan pemilik perusahaan tempat ia bekerja itu untuk jalan sembari ngobrol di luar. Ridwan memakai motor barunya itu, dan beberapa menit kemudian tibalah ia di depan pagar pintu masuk kediaman wanita cantik bermata agak sipit itu. “Eh, Mas Ridwan,” sapa satpam penjaga yang sudah mengenal Ridwan sambil membukakan pintu pagar itu. “Aku mau ketemu Bu Anggelina,” ujar Ridwan. “Ya Mas silahkan masuk,” ulas satpam itu ramah. “Terima kasih Pak,” Ridwan pun membawa serta masuk sepeda motornya hingga ia parkir di samping kanan tepat di teras bagasi rumah mewah itu. Ridwan lalu berjalan ke arah pintu dan setiba di sana memencet bel yang ada di sisi kanan pintu, tak lama seorang wanita pembantu rumah itu pun datang dan membuka pintu. “Eh, Mas Ridwan rupanya.” “Iya Bi, Anggelina nya ada?” “Ada Mas, silahkan masuk sebentar aku panggilin,” ujar pembantu itu

    Last Updated : 2022-07-30
  • Cinta Sepesukuan   Bab 101. Wisata Lembah Harau

    “Ya udah nanti kalau mau pulangnya di pesan, penasaran aku pengen coba juga,” ulas Anggelina, Ridwan hanya mengangguk. “Katanya tadi ada yang mau dibicarakan, soal apa itu Bang? Karena tumben-tumbennya ngajak aku ketemuan,” sambung Anggelina. “Oh ya, aku ngajak Anggelina ketemuan dan jalan ke sini di samping ingin balas traktiran juga ada yang ingin aku tanyakan perihal gajiku,” ujar Ridwan. “Gaji Bang Ridwan di kantor maksudnya?” Ridwan hanya mengangguk. “Memangnya ada masalah apa dengan gaji Bang Ridwan itu? Kurang atau lambat masuknya ke rekening?” sambung Anggelina. “Nggak lambat dan kurang kok, justru sebalik aku merasa tak wajar gajiku yang hanya sebagai staf marketing digaji sebesar itu. Aku pernah bertanya pada Bang Aldi suami Kak Gita yang juga bekerja di kantor, jawabnya gaji seorang staf marketing 5 sampai 7 juta per bulan di perusahaan menengah. Sementara untuk perusahaan sebesar perusahaan yang Anggelina pimpin berkisar antara 10 hingga 12 jutaan per bulannya, kenapa

    Last Updated : 2022-07-30

Latest chapter

  • Cinta Sepesukuan   Bab 148. Pernikahan Kintani Dan Ridwan

    “Aku nggak menyangka sekeras itu keinginanmu Kintani hingga kamu berani menentang adat-istiadat kita yang telah diwarisi turun-temurun dari para leluhur, Aku juga tak mengerti mengapa kalian sebagai orang tuanya mendukung hal yang dapat membuat keluarga besar kita ini akan dipandang buruk di dalam kaum suku caniago,” tutur Pak Gindo. “Kami juga sama sekali tak menginginkan ini terjadi Uda Gindo, akan tetapi kami pun tak bisa melawan takdir dari Allah SWT. Kintani dan Ridwan nampaknya takan bisa dipisahkan lagi, jika Uda menyalahkan kami dalam hal ini kami akan terima asal Kintani bahagia dengan pria pilihannya,” ujar Bu Anggini pasrah. “Ya, semua ini adalah kesalahan kita termasuk Uda Gindo selaku Paman kandung Kintani yang sejak awal tak pernah memberi penjelasan tentang pemahaman adat-istiadat kita secara detil. Terjalinnya hubungan kasih antara Kintani dan Ridwan sedari semula merupakan titik awal semua ini terjadi, jika harus menanggung malu karena adat-istiadat kita semua tentun

  • Cinta Sepesukuan   Bab 147. Ketenggangan Di Rumah Kintani

    Kabar kepulangan Kintani ke rumah orang tuanya pagi itu diketahui oleh Pak Gindo melalui sambungan telpon yang disampaikan oleh Bu Anggini, tentu saja Paman kandung dokter muda cantik itu segera datang bersama keluarganya. Pak Gindo berfikir Kintani pulang karena menyadari kesalahan telah menentang keinginan mereka untuk menjodohkannya dengan Romi, makanya Pak Gindo begitu semangat pagi itu membawa putra dan istrinya menemui Kintani. “Assalamualaikum,” ucap Pak Gindo saat tiba di depan pintu rumah Pak Wisnu. “Waalaikum salam,” sahut Pak Wisnu sekeluarga yang pagi itu duduk di ruangan depan. Pak Wisnu dan Bu Anggini menghampiri mereka lalu mempersilahkan duduk di ruangan depan itu, sementara Kintani ke belakang membuatkan minum. “Alhamdulillah jika Kintani udah kembali Wisnu, kami turut cemas karena lebih dari 3 bulan nggak ada kabarnya,” ucap Pak Gindo. “Ya, Alhamdulillah Uda. Akhirnya Kintani dapat ditemukan dan kami bawa pulang ke rumah ini,” ucap Pak Wisnu pula. “Ditemukan d

  • Cinta Sepesukuan   Bab 146. Rencana Pernikahan

    Jam 9 malam mobil yang dikemudikan Pak Wisnu dengan Ridwan duduk di sebelahnya sementara Kintani bersama Ibunya di belakang, tiba di kenagarian MK tepatnya di rumah kedua orang tua Ridwan. Pak Rustam dan Bu Suci serta Fitria terkejut melihat mobil Pak Wisnu datang kembali berkunjung, mereka lebih terkejut lagi ketika melihat Ridwan juga turun dari mobil itu. “Assalamualaikum,” ucap Pak Wisnu, Ridwan, Kintani dan Bu Anggini begitu tiba di teras rumah di hadapan Pak Rustam sekeluarga. “Waalaikum salam, ada apa ini kenapa Ridwan juga ada bersama kalian?!” sahut Pak Rustam diiringi rasa kaget dan penasarannya. “Hemmm, sabar Ayah. Sebaiknya kita persilahkan Pak Wisnu dan keluarga masuk dulu,” ujar Ridwan. “Oh iya, silahkan masuk Wisnu dan yang lainnya,” ajak Pak Rustam. Mereka pun duduk bersama di ruangan depan, sementara Fitria Adik kandung Ridwan ke belakang membuatkan minum. “Sangat menganggetkan dan mengherankan kenapa kamu bisa bersama Pak Wisnu dan keluarga, Ridwan?” tanya Pak

  • Cinta Sepesukuan   Bab 145. Direstui Orang Tua Kintani

    Bu Anggini langsung menoleh ke arah Pak Wisnu, ia berfikir suaminya itu akan marah mendengar penuturan Kintani yang menegaskan jika masalah dia tak ingin pulang bukan hanya karena perjodohannya dengan Romi saja melainkan juga karena tak ingin dipisahkan lagi dengan Ridwan. “Kintani, ini nggak akan mudah terlaksana meskipun kami berdua akan merestui kalian. Sanksi adat kita sangat berat bukan saja kalian akan terbuang dari adat tapi juga harta pusaka keluarga tidak akan bisa diwariskan terutama pada kamu Kintani,” jelas Pak Wisnu sambil menarik napas dalam-dalam. “Ayah, apapun itu sanksinya aku siap menerimanya termasuk tak mendapatkan harta warisan keluarga. Bagiku harta bukanlah segalanya karena bisa dicari asalkan mau berusaha,” Kintani kembali menegaskan. “Tapi dalam berumah tangga tak cukup hanya atas dasar cinta dan kasih sayang saja,” ujar Pak Wisnu. “Nggak apa-apa Ayah, meskipun nanti kami hidup apa adanya yang terpenting kami bahagia,” ulas Kintani. “Kamu dengar Ridwan be

  • Cinta Sepesukuan   Bab 144. Tangisan Haru

    Pagi di kawasan kenagarian P terlihat cerah, para warga yang umumnya pekebun sebagian sudah berangkat ke lahan perkebunan mereka. Demikian pula dengan para pekerja Pak Wisnu yang saban hari bekerja memanen buah kelapa sawit serta membersihkan lahan perkebunan, mereka pun telah bersiap-siap untuk berangkat. Kalau biasanya Pak Wisnu selalu menyusul mereka selepas tengah hari atau sesudah zhuhur, namun hari itu dia menyuruh salah seorang pekerjanya untuk mencatat banyaknya serta mengantar buah sawit yang telah dipanen ke pabrik. Adapun alasan Pak Wisnu hari itu tak dapat pergi ke lahan serta mengurus segala sesuatunya mengenai urusan kebun, karena dia dan istrinya akan ke Kota Padang menemui Kintani di rumah orang tua angkat Ridwan. “Apa nggak sebaiknya kita beritahu Uda Gindo dulu sebelum kita berangkat menyusul Kintani, Anggini?” Pak Wisnu bertanya sembari merapikan pakaian yang ia kenakan di kamar. “Nggak usah Bang, yang ada nanti dia akan ikut dan akan menimbulkan masalah di Pada

  • Cinta Sepesukuan   Bab 143. Memberitahu Keberadaan Kintani

    “Bapak tahu ini hal yang sulit terutama bagi kamu Kintani, tapi keberadaanmu di sini harus tetap diberitahu pada Ayah dan Ibumu di kampung. Apalagi Ibumu sekarang jatuh sakit karena sudah 3 bulan lamanya tak ada kabar tentang kamu setelah pergi dari rumah,” tutur Pak Hendra. “Tapi Pak kalau diberitahu aku ada di sini, kedua orang tuaku itu pasti akan datang dan membawaku pulang. Itu artinya aku akan tetap dijodohkan dengan pria yang sama sekali nggak aku cintai,” ujar Kintani. “Kamu tenang saja Kintani, Bapak akan membelamu nantinya jika mereka datang ke sini. Tujuan utama memberitahu keberadaanmu di sini untuk kesembuhan Ibumu, jika memang kamu tidak ingin pulang dengan alasan akan dijodohkan dan mereka nanti memaksa Bapak tidak akan membiarkannya,” tegas Pak Hendra. “Ya Kintani, Ibu juga akan membelamu. Ridwan, sekarang kamu telpon kedua orang tua Kintani. Beritahu saja jika Kintani ada di sini,” ujar Bu Indri, Ridwan mengangguk lalu meraih ponsel yang ia taruh di meja. “Hallo,

  • Cinta Sepesukuan   Bab 142. Kintani Terkejut Melihat Ridwan

    “Aneh juga kenapa tiba-tiba saja kedua orang tua Kintani meminta tolong sama kamu,” Pak Hendra heran. “Awalnya sih saat hari pertama Kintani pergi dari rumah, mereka sempat curiga kalau aku yang meminta Kintani pergi dari rumah itu dan menyusulku ke Jakarta. Tapi setelah aku jelasin bahwa aku sama sekali tak mengetahui bahkan Kintani tak tahu alamatku di Jakarta, mereka pun yakin dan malahan meminta nomor kontak dan bantuanku untuk mencari keberadaan Kintani,” jelas Ridwan. “Jadi begitu cerita, Bapak pikir mereka langsung minta tolong sama kamu untuk mencari Kintani.” “Ya nggaklah Pak, mereka kan nggak tahu nomor kontakku gimana mereka bisa minta tolong. Mereka datang ke rumah Ayah dan Ibu di kampung dan dari situlah mereka mengetahui nomor kontak dan minta tolong sama aku,” tutur Ridwan. Sore hari sekitar jam 5 lewat apa yang dikatakan Bu Indri pun benar adanya, seorang wanita cantik memakai pakaian kerja putih-putih tampak memasuki halaman rumah kedua orang tua angkat Ridwan itu

  • Cinta Sepesukuan   Bab 141. Ridwan Ke Padang

    Pagi-pagi sekali Ridwan telah bangun setelah mempersiapkan segala sesuatunya yang akan dibawa ke Bandara menuju Kota Padang, tak beberapa menit setelah Ia pun sarapan dengan Gita, Aldi dan Nisa di meja makan di ruangan tengah lantai bawah. “Sementara kamu akan ke Padang siapa yang kamu suruh untuk tinggal di rumahmu itu, Ridwan?” tanya Gita. “Setelah aku pikir-pikir lagi apa tidak sebaiknya Kak Gita dan juga Bang Aldi tinggal di sana aja, sementara rumah ini bisa disewakan nantinya,” usul Ridwan. “Hemmm, nggaklah Ridwan. Rumah itu milikmu dan kamu cepat atau lambatnya pasti akan menikah juga,” ujar Gita. “Loh, nggak jadi masalah. Rumah itu terlalu besar bisa didiami beberapa kepala keluarga, lagian kalian kan bukan orang lain lagi bagi aku.” “Iya sih, tapi biar kami tinggal di sini aja. Kalau memang belum ada yang kamu minta untuk menjaga rumah itu selama kamu pergi ke Padang ada baiknya kamu mencari satpam untuk berjaga-jaga di sana,” saran Gita. “Ya Kak, aku memang mempunyai r

  • Cinta Sepesukuan   Bab 140. Keberadaan Kintani Diketahui

    3 bulan kemudian.... Minggu pagi sekitar jam 10 Ridwan beserta Gita sekeluarga pergi ke sebuah rumah mewah yang sangat besar dengan perkarangan depan dan belakang juga luas, lokasi rumah itu tidak jauh dari rumah Gita karena berada satu kompleks. Mereka berangkat dengan mengendarai mobil pajero sport milik dan kemudikan oleh Ridwan, mobil itu Ridwan ambil sekitar satu minggu yang lalu di show room usahanya sendiri. Melihat dari fisik bangunan rumah mewah yang mereka tuju ditasir biaya pembuatannya hampir 350 milyar, lalu apa tujuan Ridwan beserta Gita sekeluarga ke sana? Setelah memarkirkan mobil pajero sport di halaman rumah mewah itu, Ridwan beserta Gita sekeluarga pun turun lalu berjalan ke teras. Saat tiba di depan pintu Ridwan bukannya mengetuk atau memencet bel yang ada, melainkan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kunci lalu dengan santainya membuka pintu rumah mewah itu. “Mari Kak, Bang kita masuk,” ajak Ridwan, Gita dan Aldi mengangguk seraya tersenyum lalu

DMCA.com Protection Status