Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Bab 127. Menanggapi Perasaan Anggelina

Share

Bab 127. Menanggapi Perasaan Anggelina

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2022-08-24 17:13:30

“Masya Allah, ternyata kamu benar-benar berhasil di rantau Nak,” Bu Suci berkata terdengar serak suaranya, karena tak dapat menahan haru hingga air matanya tak sadar jatuh membasahi kedua pipinya.

“Benar Ridwan, Ayah bangga padamu. Hanya saja apa yang telah kamu lakukan dengan menjalin hubungan secara diam-diam kemarin itu dengan Kintani tetap tidak dibenarkan.”

“Iya Ayah, sekali lagi aku minta maaf. Selain adat-istiadat yang menentang keras, mungkin juga ini semua takdir yang harus aku terima,” ucap Ridwan.

“Siapa nama atasanmu itu, Ridwan?” tanya Bu Suci.

“Anggelina Bu.”

“Kok bisa atasanmu itu menaruh hati sama kamu?”

“Aku juga nggak tahu dan menyangka Bu, melalui kepala bagian marketing yang juga atasanku di kantor, dia menyampaikan jika dia memiliki perasaan sama aku. Tapi sampai sekarang aku belum memberi tanggapan,” jawab Ridwan.

“Loh, kamu nggak boleh menggantung perasaan orang. Kalau kamu memang memiliki perasaan yang sama segera ungkapkan, begitu pula sebaliknya. Janga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Sepesukuan   Bab 128. Keputusan Yang Sulit

    Ridwan bukan hanya sekedar menanggapi tentang perasaan Anggelina itu tapi juga menyetujui untuk hubungan itu kejenjang pernikahan, di restoran itu juga mereka sempat membahas tentang perbedaan keyakinan yang tentu saja akan menjadi salah satu masalah nantinya. Ridwan mengatakan jika berkaitan dengan keyakinan, dia tetap pada pendiriannya tidak akan berpindah agama. Jika Anggelina ingin segera melangsungkan pernikahan, Ridwan menyarankannya untuk berpindah dan satu keyakinan dengannya. Karena rasa sayang dan cinta wanita cantik bermata agak sipit itu begitu besar, Anggelina pun bersedia untuk ikut keyakinan Ridwan. Hanya saja hal itu tentunya harus ia sampaikan terlebih dahulu pada kedua orang tuanya yaitu Pak Wijaya dan Bu Wijaya, serta tak terkecuali juga seluruh keluarga besarnya. Ridwan setuju dan menunggu keputusan dari keluarga besarnya itu, bagi Ridwan dengan tidak menunda-nunda lagi akan menjadi solusi yang terbaik antara dia dan Kintani agar tak lagi sama-sama berharap. Mes

    Last Updated : 2022-08-25
  • Cinta Sepesukuan   Bab 129. Tak Direstui Bu Suci

    Sepulang dari kantor Ridwan dan Anggelina mampir dulu di sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor tempat mereka berkerja, ternyata pertemuan itu telah mereka janjikan tadi siang saat mereka tak punya waktu untuk makan siang bareng karena Ridwan kembali mendapat tugas kerja di luar. “Bagaimana, apakah kamu udah bicarakan semuanya sama Papa dan Mamamu Anggelina?” “Udah Bang, Papa dan Mama setuju-setuju aja kalau aku memilih untuk ikut keyakinan Bang Ridwan. Akan tetapi Opa dan Omaku nggak nyetujuinnya, kalau Bang Ridwan nggak bersedia ikut keyakinanku nggak apa-apa pernikahan kita akan tetap direstui mereka,” tutur Anggelina. “Maksudnya kamu tetap dengan keyakinanmu, aku juga tetap dengan keyakinanku begitu?” “Iya Bang, Opa dan Oma bilang begitu jika memang Bang Ridwan nggak bersedia masuk pada keyakinan kami,” ujar Anggelina menegaskan kembali. “Aku memang nggak akan bisa ikut dengan keyakinanmu Anggelina, tradisi dan adat-istiadatku kamu tahu sendiri kan?” “Iya Bang, orang Minang

    Last Updated : 2022-08-26
  • Cinta Sepesukuan   Bab 130. Air Mata Anggelina

    Pagi itu Ridwan telat tiba di kantor, selain tadi karena bercakap-cakap dengan kedua orang tuanya melalui sambungan telpon juga disebabkan pikirannya yang kacau. Di kantor pun Ridwan tak begitu semangat bekerja seperti biasanya, keputusan kedua orang tuannya yang tak mengizinkan dan tak merestui dia menikah dengan Anggelina karena perbedaan keyakinan merupakan hal cukup berat baginya untuk memikirkannya sendiri. Ingin sekali ia curhat dengan Clara akan tetapi ia merasa percuma saja karena tidak akan mendapatkan solusi akan permasalahan pelik yang ia alami itu, mau tidak mau dia harus menyampaikan secara langsung pada Anggelina karena tidak baik pula hal itu di pendam sendiri dan disimpan berlarut-larut. Kembali Ridwan memutuskan untuk mengajak Anggelina makan siang bareng di restoran langganan mereka, di sanalah Ridwan dengan perasaan tak menentu mengungkapkan semuanya. “Hal yang ingin aku bicarakan saat ini, berkaitan dengan perbicanganku dengan kedua orang tuaku tadi pagi menyang

    Last Updated : 2022-08-27
  • Cinta Sepesukuan   Bab 131. Menemui Pak Wijaya

    “Nggak bisa Anggelina seperti yang dikatakan Opa dan Omamu jika kalian ingin tetap menikah, kalian harus bersedia memeluk keyakinan masing-masing jika memang Ridwan nggak bisa masuk ke dalam agama dan keyakinan kita,” tegas Pak Wijaya. “Tapi Pa, ini untuk kebahagiaanku.” “Iya Papa tahu itu, Papa dan Mama tak masalah. Tapi Opa dan Omamu juga berhak mempertahankan keyakinan kita yang telah berlangsung secara turun-menurun,” ujar Pak Wijaya kembali menegaskan pada putrinya. “Papa dan Mama jahat, selama ini kalian selalu menyarankan aku agar segera mencari pasangan. Begitu aku menemui pria yang aku inginkan kalian tak bisa memperjuangkannya,” Anggelina bangkit dari duduknya lalu bergegas ke kamar sambil menangis. Pak Wijaya dan istrinya menghela napas yang terasa berat, mereka jadi serba salah karena memang sulit untuk mencari solusi akan permasalahan yang terjadi pada putrinya itu dan Ridwan. “Aku nggak tega juga melihat Anggelina begini, tapi aku juga nggak bisa menentang apa yang

    Last Updated : 2022-08-28
  • Cinta Sepesukuan   Bab 132. Resign Dari Kantor

    Setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya melalui Clara, sejak hari itu Ridwan tak lagi bekerja dan menjadi karyawan di kantor perusahaan Anggelina. Clara tentu saja bingung dengan keputusan Ridwan itu, namun setelah Ridwan menjawab alasannya ingin kembali ke kampung dan membuka usaha di sana, Clara pun tak dapat berkata apa-apalagi karena memang ia tak dapat memaksanya untuk tetap bekerja di kantor itu. Lain halnya dengan Anggelina setelah membaca surat pengunduran diri Ridwan, wanita cantik bermata sipit itu terkejut dan tak langsung menghubungi Ridwan melalui sambungan telpon ponsel. Akan tetapi beberapa kali ia hubungi tak pernah diangkat oleh Ridwan, hal itu membuat Anggelina tak sabar lagi dan segera mengajak supirnya untuk berangkat menuju rumah Gita. Sementara Ridwan telah memberitahu Gita bahwa ia akan mengundurkan diri dari kantor tempat ia bekerja hari itu, dan meminta Gita jika ada telpon dari Anggelina atau mantan atasannya itu datang ke rumah menyebutkan dirinya pu

    Last Updated : 2022-08-30
  • Cinta Sepesukuan   Bab 133. Kintani Pergi Dari Rumah

    Beberapa hari ini setiap tengah malam Kintani selalu bangun dan melaksanakan sholat tahajud memohon petunjuk pada yang kuasa, akan tetapi hingga malam terakhir karena besok siang setelah waktu sholat jum’at dia akan ditunangkan dengan Romi tak kunjung jua mendapat petunjuk apa-apa. Justru batinnya makin tersisa jika harus menuruti keinginan kedua orang tuanya menjodohkan dia dengan Romi putra dari Paman kandungnya itu, saat itu juga ia lekas-lekas berdiri dan melipat kembali mukena yang di pakai. Ia berjalan menuju meja yang ada di dalam kamarnya itu, kemudian mengambil secarik kertas HVS dan sebuah pena. Dengan tekad hati yang bulat ia menuliskan kata demi kata melalui tulisan di atas kertas itu, kemudian menaruhnya rapi-rapi di atas meja. Setelah itu ia mengambil koper yang biasa ia gunakan untuk manuruh pakaian jika hendak berpergian, di dalam koper itu ia memasukan pakaian-pakaian yang ia ingini. Belum di ketahui maksudnya apa melakukan semua itu, yang jelas sekarang ia menarik

    Last Updated : 2022-08-31
  • Cinta Sepesukuan   Bab 134. Paniknya Orang Tua Kintani

    “Keterlaluan berani-beraninya dia pergi dari rumah tanpa sepengetahuan kita, ini pasti karena Ridwan hingga Kintani berani melawan kita..!” Pak Wisnu tak kuasa lagi menahan amarahnya. “Sudah Bang, jangan terus-teruskan menyalahkan Ridwan. Di surat itu kan Kintani bilang penyebabnya pergi dari rumah karena tak ingin dijodohkan dengan Romi nanti siang,” ujar Bu Anggini. “Iya tapi ini pasti ada kaitannya dengan Ridwan.” “Kaitan bagaimana bukankah sejak minggu yang lalu mereka udah nggak bisa berkomunikasi lagi, HP Kintani pun sekarang masih Abang sita,” Bu Anggini seperti tak rela jika semua yang terjadi kesalahan selalu ditujukan pada Ridwan yang memang tidak tahu menahu jika saat ini Kintani kabur dari rumahnya. “Apa kata Uda Gindo nanti jika tahu hal ini? Pasti dia sangat marah karena kita tak bisa menjaga Kintani, dia juga pasti menyalahkan kita karena pihak keluarga besar udah tahu semua hari ini Kintani dan Romi akan ditunangkan,” tutur Pak Wisnu. “Aku nggak perduli Uda Gindo

    Last Updated : 2022-09-02
  • Cinta Sepesukuan   Bab 135. Menemui Bu Indri

    Sekitar jam 1 siang lewat Kintani baru terbangun dari tidurnya, rasa kantuk yang dialami saat perjalanan dengan bus ke Kota Padang itu semalam benar-benar membuat dirinya tidur pulas di kamar hotel yang ia sewa. Setelah mandi dan berganti pakaian ia pun turun ke lantai dasar hotel tempat di mana menyediakan segala macam menu makanan dan minuman untuk makan siang, sambil menikmati makan siang ia merenungi ke mana dia akan pergi menetap di kota itu. “Apakah aku harus kembali ke kos-kosanku dulu sembari melamar pekerjaan di kota ini? Rasanya nggak mungkin Ayah dan Ibu pasti akan menemukanku, atau aku cari kos-kosan yang lain saja?” pikir Kintani dalam hati. Ia terlihat kembali melanjutkan makan siangnya, setelah selesai dan duduk beberapa saat di sana, Kintani memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Di dalam kamar kembali gadis cantik itu bermenung, semua itu dikarenakan tekadnya yang belum benar-benar kuat akan ke mana ia harus pergi dan mencari tempat menetap di kota itu. Di saat ia

    Last Updated : 2022-09-03

Latest chapter

  • Cinta Sepesukuan   Bab 148. Pernikahan Kintani Dan Ridwan

    “Aku nggak menyangka sekeras itu keinginanmu Kintani hingga kamu berani menentang adat-istiadat kita yang telah diwarisi turun-temurun dari para leluhur, Aku juga tak mengerti mengapa kalian sebagai orang tuanya mendukung hal yang dapat membuat keluarga besar kita ini akan dipandang buruk di dalam kaum suku caniago,” tutur Pak Gindo. “Kami juga sama sekali tak menginginkan ini terjadi Uda Gindo, akan tetapi kami pun tak bisa melawan takdir dari Allah SWT. Kintani dan Ridwan nampaknya takan bisa dipisahkan lagi, jika Uda menyalahkan kami dalam hal ini kami akan terima asal Kintani bahagia dengan pria pilihannya,” ujar Bu Anggini pasrah. “Ya, semua ini adalah kesalahan kita termasuk Uda Gindo selaku Paman kandung Kintani yang sejak awal tak pernah memberi penjelasan tentang pemahaman adat-istiadat kita secara detil. Terjalinnya hubungan kasih antara Kintani dan Ridwan sedari semula merupakan titik awal semua ini terjadi, jika harus menanggung malu karena adat-istiadat kita semua tentun

  • Cinta Sepesukuan   Bab 147. Ketenggangan Di Rumah Kintani

    Kabar kepulangan Kintani ke rumah orang tuanya pagi itu diketahui oleh Pak Gindo melalui sambungan telpon yang disampaikan oleh Bu Anggini, tentu saja Paman kandung dokter muda cantik itu segera datang bersama keluarganya. Pak Gindo berfikir Kintani pulang karena menyadari kesalahan telah menentang keinginan mereka untuk menjodohkannya dengan Romi, makanya Pak Gindo begitu semangat pagi itu membawa putra dan istrinya menemui Kintani. “Assalamualaikum,” ucap Pak Gindo saat tiba di depan pintu rumah Pak Wisnu. “Waalaikum salam,” sahut Pak Wisnu sekeluarga yang pagi itu duduk di ruangan depan. Pak Wisnu dan Bu Anggini menghampiri mereka lalu mempersilahkan duduk di ruangan depan itu, sementara Kintani ke belakang membuatkan minum. “Alhamdulillah jika Kintani udah kembali Wisnu, kami turut cemas karena lebih dari 3 bulan nggak ada kabarnya,” ucap Pak Gindo. “Ya, Alhamdulillah Uda. Akhirnya Kintani dapat ditemukan dan kami bawa pulang ke rumah ini,” ucap Pak Wisnu pula. “Ditemukan d

  • Cinta Sepesukuan   Bab 146. Rencana Pernikahan

    Jam 9 malam mobil yang dikemudikan Pak Wisnu dengan Ridwan duduk di sebelahnya sementara Kintani bersama Ibunya di belakang, tiba di kenagarian MK tepatnya di rumah kedua orang tua Ridwan. Pak Rustam dan Bu Suci serta Fitria terkejut melihat mobil Pak Wisnu datang kembali berkunjung, mereka lebih terkejut lagi ketika melihat Ridwan juga turun dari mobil itu. “Assalamualaikum,” ucap Pak Wisnu, Ridwan, Kintani dan Bu Anggini begitu tiba di teras rumah di hadapan Pak Rustam sekeluarga. “Waalaikum salam, ada apa ini kenapa Ridwan juga ada bersama kalian?!” sahut Pak Rustam diiringi rasa kaget dan penasarannya. “Hemmm, sabar Ayah. Sebaiknya kita persilahkan Pak Wisnu dan keluarga masuk dulu,” ujar Ridwan. “Oh iya, silahkan masuk Wisnu dan yang lainnya,” ajak Pak Rustam. Mereka pun duduk bersama di ruangan depan, sementara Fitria Adik kandung Ridwan ke belakang membuatkan minum. “Sangat menganggetkan dan mengherankan kenapa kamu bisa bersama Pak Wisnu dan keluarga, Ridwan?” tanya Pak

  • Cinta Sepesukuan   Bab 145. Direstui Orang Tua Kintani

    Bu Anggini langsung menoleh ke arah Pak Wisnu, ia berfikir suaminya itu akan marah mendengar penuturan Kintani yang menegaskan jika masalah dia tak ingin pulang bukan hanya karena perjodohannya dengan Romi saja melainkan juga karena tak ingin dipisahkan lagi dengan Ridwan. “Kintani, ini nggak akan mudah terlaksana meskipun kami berdua akan merestui kalian. Sanksi adat kita sangat berat bukan saja kalian akan terbuang dari adat tapi juga harta pusaka keluarga tidak akan bisa diwariskan terutama pada kamu Kintani,” jelas Pak Wisnu sambil menarik napas dalam-dalam. “Ayah, apapun itu sanksinya aku siap menerimanya termasuk tak mendapatkan harta warisan keluarga. Bagiku harta bukanlah segalanya karena bisa dicari asalkan mau berusaha,” Kintani kembali menegaskan. “Tapi dalam berumah tangga tak cukup hanya atas dasar cinta dan kasih sayang saja,” ujar Pak Wisnu. “Nggak apa-apa Ayah, meskipun nanti kami hidup apa adanya yang terpenting kami bahagia,” ulas Kintani. “Kamu dengar Ridwan be

  • Cinta Sepesukuan   Bab 144. Tangisan Haru

    Pagi di kawasan kenagarian P terlihat cerah, para warga yang umumnya pekebun sebagian sudah berangkat ke lahan perkebunan mereka. Demikian pula dengan para pekerja Pak Wisnu yang saban hari bekerja memanen buah kelapa sawit serta membersihkan lahan perkebunan, mereka pun telah bersiap-siap untuk berangkat. Kalau biasanya Pak Wisnu selalu menyusul mereka selepas tengah hari atau sesudah zhuhur, namun hari itu dia menyuruh salah seorang pekerjanya untuk mencatat banyaknya serta mengantar buah sawit yang telah dipanen ke pabrik. Adapun alasan Pak Wisnu hari itu tak dapat pergi ke lahan serta mengurus segala sesuatunya mengenai urusan kebun, karena dia dan istrinya akan ke Kota Padang menemui Kintani di rumah orang tua angkat Ridwan. “Apa nggak sebaiknya kita beritahu Uda Gindo dulu sebelum kita berangkat menyusul Kintani, Anggini?” Pak Wisnu bertanya sembari merapikan pakaian yang ia kenakan di kamar. “Nggak usah Bang, yang ada nanti dia akan ikut dan akan menimbulkan masalah di Pada

  • Cinta Sepesukuan   Bab 143. Memberitahu Keberadaan Kintani

    “Bapak tahu ini hal yang sulit terutama bagi kamu Kintani, tapi keberadaanmu di sini harus tetap diberitahu pada Ayah dan Ibumu di kampung. Apalagi Ibumu sekarang jatuh sakit karena sudah 3 bulan lamanya tak ada kabar tentang kamu setelah pergi dari rumah,” tutur Pak Hendra. “Tapi Pak kalau diberitahu aku ada di sini, kedua orang tuaku itu pasti akan datang dan membawaku pulang. Itu artinya aku akan tetap dijodohkan dengan pria yang sama sekali nggak aku cintai,” ujar Kintani. “Kamu tenang saja Kintani, Bapak akan membelamu nantinya jika mereka datang ke sini. Tujuan utama memberitahu keberadaanmu di sini untuk kesembuhan Ibumu, jika memang kamu tidak ingin pulang dengan alasan akan dijodohkan dan mereka nanti memaksa Bapak tidak akan membiarkannya,” tegas Pak Hendra. “Ya Kintani, Ibu juga akan membelamu. Ridwan, sekarang kamu telpon kedua orang tua Kintani. Beritahu saja jika Kintani ada di sini,” ujar Bu Indri, Ridwan mengangguk lalu meraih ponsel yang ia taruh di meja. “Hallo,

  • Cinta Sepesukuan   Bab 142. Kintani Terkejut Melihat Ridwan

    “Aneh juga kenapa tiba-tiba saja kedua orang tua Kintani meminta tolong sama kamu,” Pak Hendra heran. “Awalnya sih saat hari pertama Kintani pergi dari rumah, mereka sempat curiga kalau aku yang meminta Kintani pergi dari rumah itu dan menyusulku ke Jakarta. Tapi setelah aku jelasin bahwa aku sama sekali tak mengetahui bahkan Kintani tak tahu alamatku di Jakarta, mereka pun yakin dan malahan meminta nomor kontak dan bantuanku untuk mencari keberadaan Kintani,” jelas Ridwan. “Jadi begitu cerita, Bapak pikir mereka langsung minta tolong sama kamu untuk mencari Kintani.” “Ya nggaklah Pak, mereka kan nggak tahu nomor kontakku gimana mereka bisa minta tolong. Mereka datang ke rumah Ayah dan Ibu di kampung dan dari situlah mereka mengetahui nomor kontak dan minta tolong sama aku,” tutur Ridwan. Sore hari sekitar jam 5 lewat apa yang dikatakan Bu Indri pun benar adanya, seorang wanita cantik memakai pakaian kerja putih-putih tampak memasuki halaman rumah kedua orang tua angkat Ridwan itu

  • Cinta Sepesukuan   Bab 141. Ridwan Ke Padang

    Pagi-pagi sekali Ridwan telah bangun setelah mempersiapkan segala sesuatunya yang akan dibawa ke Bandara menuju Kota Padang, tak beberapa menit setelah Ia pun sarapan dengan Gita, Aldi dan Nisa di meja makan di ruangan tengah lantai bawah. “Sementara kamu akan ke Padang siapa yang kamu suruh untuk tinggal di rumahmu itu, Ridwan?” tanya Gita. “Setelah aku pikir-pikir lagi apa tidak sebaiknya Kak Gita dan juga Bang Aldi tinggal di sana aja, sementara rumah ini bisa disewakan nantinya,” usul Ridwan. “Hemmm, nggaklah Ridwan. Rumah itu milikmu dan kamu cepat atau lambatnya pasti akan menikah juga,” ujar Gita. “Loh, nggak jadi masalah. Rumah itu terlalu besar bisa didiami beberapa kepala keluarga, lagian kalian kan bukan orang lain lagi bagi aku.” “Iya sih, tapi biar kami tinggal di sini aja. Kalau memang belum ada yang kamu minta untuk menjaga rumah itu selama kamu pergi ke Padang ada baiknya kamu mencari satpam untuk berjaga-jaga di sana,” saran Gita. “Ya Kak, aku memang mempunyai r

  • Cinta Sepesukuan   Bab 140. Keberadaan Kintani Diketahui

    3 bulan kemudian.... Minggu pagi sekitar jam 10 Ridwan beserta Gita sekeluarga pergi ke sebuah rumah mewah yang sangat besar dengan perkarangan depan dan belakang juga luas, lokasi rumah itu tidak jauh dari rumah Gita karena berada satu kompleks. Mereka berangkat dengan mengendarai mobil pajero sport milik dan kemudikan oleh Ridwan, mobil itu Ridwan ambil sekitar satu minggu yang lalu di show room usahanya sendiri. Melihat dari fisik bangunan rumah mewah yang mereka tuju ditasir biaya pembuatannya hampir 350 milyar, lalu apa tujuan Ridwan beserta Gita sekeluarga ke sana? Setelah memarkirkan mobil pajero sport di halaman rumah mewah itu, Ridwan beserta Gita sekeluarga pun turun lalu berjalan ke teras. Saat tiba di depan pintu Ridwan bukannya mengetuk atau memencet bel yang ada, melainkan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kunci lalu dengan santainya membuka pintu rumah mewah itu. “Mari Kak, Bang kita masuk,” ajak Ridwan, Gita dan Aldi mengangguk seraya tersenyum lalu

DMCA.com Protection Status