Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Bab 117. Dokter Adelia

Share

Bab 117. Dokter Adelia

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2022-08-14 16:55:14

Dua bulan sudah rumah sakit yang di pimpin Kintani beroperasi, dalam waktu yang terbilang masih baru putri Pak Wisnu itu terbilang sukses dalam mengelolanya terlihat dari antusias warga di sana yang datang berkunjung.

Bukan hanya fasilitas dan peralatan rumah sakit itu saja yang lengkap, tapi juga dari segi pelayanan yang sangat memuaskan hingga membuat pasien merasa senang dan nyaman.

Puluhan tenaga kerja di berbagai bidang terutama bidang kesehatan sesuai dengan keahlian masing-masing diperkerjakan di sana, manajemen yang juga tertata baik menjadikan rumah sakit yang di pimpin Kintani itu rumah sakit swasta terbaik di daerah itu.

Sosok Kintani pun sangat humbel pada seluruh karyawan di sana, meskipun sebagai pimpinan dia sama sekali tak terlihat menonjolkan dirinya. Itulah salah satu sikap yang membuatnya sangat dihormati, mulai dari cleaning servis hingga dokter ahli di rumah sakit itu.

Gaji karyawan di sana juga sesuai dengan UMR daerah setempat dan disesuaikan pula dengan tin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Sepesukuan   Bab 118. Bicara Soal Perjodohan

    Meskipun keluarga Pak Wisnu merupakan golongan orang terkaya di kenagarian P, akan tetapi di kediamannya tak ada pembantu yang umum terlihat di rumah-rumah mewah milik orang kaya. Itu bukan karena mereka tak mau mengeluarkan uang untuk menyewa pembantu rumah tangga, akan tetapi sudah menjadi kebiasaan mereka segala sesuatunya yang bisa dikerjakan sendiri akan mereka kerjakan. Terlebih dari segi memasak wanita Minang akan janggal dipandang jika tak pandai memasak sejak mereka remaja apalagi sampai berumah tangga, sekaya apapun mereka jika dalam hal memasak mereka tidak bisa tetap saja terlihat sumbang dalam kehidupan bermasyarakat di kampung. Tak terkecuali pula Bu Anggini dan Kintani yang sudah sangat terampil dalam hal memasak segala masakan khas Minang, meskipun pada masa sekarang segala sesuatunya serba canggih dan mudah akan tetapi masakan khas tetap berpedoman pada leluhur agar cita-rasa tetap sempurna. Makanya disaat acara pertunangan tak jarang pertanyaan pertama dari pihak

    Last Updated : 2022-08-15
  • Cinta Sepesukuan   Bab 119. Berbeda Keyakinan

    Minggu sore di kediaman Pak Wijaya Kusuma tampak ramai, di ruangan tengah terlihat beberapa orang berkumpul mulai dari orang dewasa sampai dengan anak-anak. Rupanya saat itu Pak Wijaya Kusuma sedang mengadakan acara berkumpulnya seluruh keluarga besar, putra-putri mereka, menantu dan juga cucu-cucu mereka. Acara itu sendiri rutin dilakukan keluarga besar Wijaya Kusuma hanya saja tak ditentukan tanggal dan hari tertentu seperti hari perayaan ulang tahun, kapan saja seluruh keluarganya memiliki kesempatan saat itulah Papa Anggelina Wijaya memutuskan untuk berkumpul di rumah mewah itu. Seluruh putra-putri, menantu dan cucu-cucu Pak Wijaya Kusuma hadir di sana. Baik yang berada di dalam maupun yang tinggal di luar negeri, tentu hal itu merupakan momen yang sangat membahagiakan karena kebersamaan itu tak selalu terwujud setiap saat. Acara itu sendiri hanya sekedar berkumpul, ngobrol dan makan bersama. Intinya tidak ada acara khusus seperti halnya ulang tahun, pesta pernikahan atau hal-h

    Last Updated : 2022-08-16
  • Cinta Sepesukuan   Bab 120. Merasa Berhutang Budi

    Sulitnya memberi tanggapan membuat Ridwan diduga juga mencintai Anggelina, itu terlihat setiap kali bertemu seolah-olah Ridwan membiarkan sikap manja putri Pak Wijaya Kusuma itu padanya. Ridwan juga tak pernah menolak setiap kali atasannya itu mengajak jalan, hal itu tentu semakin membuat dirinya serba salah. Bukan karena Anggelina sebagai atasannya di kantor saja, tapi budi jasanya selama ini yang telah mengangkat martabatnya dari seorang pria yang hanya berijasah SMK dan bekerja di toko di lingkungan pasar, kini menjadi seorang staf marketing di perusahaan terbesar di Jakarta. Bukan hanya itu saja berkat bekerja di kantor perusahaan Anggelina dengan gaji yang setara dengan kepala bagian, Ridwan juga sekarang telah terbilang sukses menjadi seorang pengusaha muda dari usaha-usaha yang ia ciptakan di luar pekerjaannya di kantor. Berkat budi baik itulah Ridwan tak berani memberi tanggapan dengan mengatakan jika dirinya tidak dapat menerima perasaan sayang dari Anggelina, karena meman

    Last Updated : 2022-08-17
  • Cinta Sepesukuan   Bab 121. Curhat Dengan Gita

    “Kalau dari segi antara atasan dan bawahan memang nggak ada salahnya Kak kalau aku memenuhi ajakannya, tapi aku merasa seperti telah menghianati hubunganku dengan Kintani,” jelas Ridwan. “Memangnya kamu dan Anggelina terlibat hubungan khusus selain antara atasan dan bawahan?” “Nah, itu dia yang jadi inti permasalahannya Kak. Udah lama Anggelina memiliki perasaan yang berbeda itu padaku, bahkan hal itu ia sampaikan pada Bu Clara lalu Bu Clara menyampainya sama aku.” “Loh, kok kamu nggak pernah cerita?” Gita terkejut. “Maaf Kak, aku tadinya pengen ceritakan itu sama Kak Gita dan Bang Aldi. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa nggak enak,” ujar Ridwan. “Kan aku dan Bang Aldi udah bilang jika ada apa-apa jangan sungkan untuk bicara, siapa tahu kami bisa memberi solusinya. Nah, kalau udah jauh begini kan jadi repot kamu nya.” “Iya juga sih Kak, aku menyesal memendamnya sendiri selama ini. Aku pikir bakal bisa mencari jalan ke luarnya tapi justru aku makin terjepit,” ulas Ridwa

    Last Updated : 2022-08-18
  • Cinta Sepesukuan   Bab 122. Berlibur Ke Bali

    Sebuah bus jemputan khusus salah satu maskapai penerbangan berada di halaman rumah Pak Wijaya Kusuma, bus yang cukup besar itu hampir terisi penuh oleh keluarga besarnya. Putra-putri, menantu, cucu-cucu Pak Wijaya serta Ridwan juga telah berada di dalam bus itu, setelah semuanya siap bus itupun berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta. Seperti yang telah direncanakan sebelumnya akhir bulan itu seluruh keluarga besar Wijaya Kusuma akan berlibur ke Bali, Ridwan yang telah memutuskan untuk memenuhi ajakan Anggelina pun ikut serta di dalam pesawat dari Jakarta ke Denpasar itu. Sekitar kurang lebih 1 jam 45 menit tibalah pesawat yang ditumpangi keluarga besar Wijaya Kusuma itu di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dengan beberapa buah mobil khusus dari pihak hotel tempat mereka akan menginap pula rombongan keluarga besar itu di jemput dan dibawa dari bandara itu. Semuanya tampak suka cita karena berlibur ke tempat wisata nomor wahid di Indonesia itu, terlebih bagi Anggelina yang saat itu di dam

    Last Updated : 2022-08-19
  • Cinta Sepesukuan   Bab 123. Bak Petir Di Pagi Hari

    Minggu pagi sekitar jam 9 lewat Pak Wisnu menerima kedatangan Pak Gindo di rumahnya, Paman Kintani itu datang sendiri tidak bersama istrinya. Di rumah itu pula hanya ada Pak Wisnu dan Bu Anggini, sementara Kintani hari minggu tetap pergi ke rumah sakit yang ia pimpin. “Tumben pagi-pagi datang berkunjung, Uda? Apa hari ini Uda Gindo panen?” tanya Pak Wisnu. “Iya Wisnu, makanya aku datang memberitahu kamu agar nanti sore buah sawit yang telah selesai di panen dan dikumpulkan di tepi jalan depan kebun kamu jemput,” jawab Pak Gindo. “Oh, seperti biasakan Uda jam 4 sore pekerja di kebun Uda Gindo itu udah selesai memanen dan mengumpulkan buah di pinggiran jalan depan kebun itu?” “Ya Wisnu, aku hari ini nggak bisa ke sana karena ada keperluan ke Kota Kabupaten.” “Nggak apa-apa Uda, nanti Uda Gindo tahu beres sajalah. Sepulang dari pabrik uangnya akan aku antar ke rumah Uda,” ujar Pak Wisnu. Rupanya setiap kali Pak Gindo memanen kelapa sawit di kebunnya, selalu diserahkan pada Pak Wisn

    Last Updated : 2022-08-20
  • Cinta Sepesukuan   Bab 124. Tangisanpun Meledak

    Dengan penuh tanda tanya Kintani mengendarai mobil jazznya menuju rumah di iringi Pak Wisnu setelah Ayahnya itu menemuinya di rumah sakit dan memintanya segera pulang, saking sibuknya bekerja hingga sampai saat ini Kintani sama sekali tak menyadari jika handphonenya ketinggalan di rumah, karena memang saat sibuk pimpinan rumah sakit swasta di daerah itu jarang sekali fokus ke ponselnya. Begitu tiba di rumah Kintani perasaannya makin tidak enak, bukan karena dia melihat di ruang depan itu ada Paman kandungnya yaitu Pak Gindo yang duduk ditemani Ibunya melainkan sikap mereka yang terlihat begitu dinginlah yang membuat hatinya cemas. Kintani pamit sebentar untuk masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian, dan saat berganti pakaian itulah ia menyadari di dalam tas kecil yang selalu ia bawa tidak ditemukan ponselnya. Kintani bergegas memakai pakaiannya, lalu berjalan ke arah meja yang di sana terdapat televisi dia baru ingat kalau tadi pagi mencas ponselnya di meja itu. Ketiga orang yang

    Last Updated : 2022-08-21
  • Cinta Sepesukuan   Bab 125. Perjodohan Kintani Dan Romi

    Sebuah mobil yang dikemudikan Pak Wisnu serta Pak Gindo yang duduk di sampingnya, tampak berhenti di halaman sebuah rumah di kenagarian MK. Kedua orang itu langsung turun dari mobil, begitu tiba di teras seorang wanita menyambut mereka. “Eh, Wisnu dan Uda Gindo. Mari silahkan masuk,” sapa wanita itu. “Terima kasih Uni,” ucap Pak Wisnu, lalu seiring dengan Pak Gindo ia pun masuk dan duduk di ruang tamu. “Sebentar aku buatkan minum dulu ya?” “Nggak usah Uni, kami nggak lama kok. Oh ya, Uda Rustam ke mana?” tanya Pak Wisnu. “Uda jam segini masih di kebun, paling nanti sore baru pulang. Memangnya ada apa Wisnu? Kok mau buru-buru gitu?” “Begini Uni Suci, kami langsung saja bicara tentang tujuan kami datang ke sini. Ini semua tentang anak-anak kita Ridwan dan Kintani..” “Ridwan dan Kintani? Memangnya ada permasalahan apalagi antara mereka? Bukankah semuanya sudah selesai?” potong Bu Suci, Ibu kandung Ridwan. “Ternyata Ridwan dan Kintani selama ini tanpa sepengetahuan kita masih menj

    Last Updated : 2022-08-22

Latest chapter

  • Cinta Sepesukuan   Bab 148. Pernikahan Kintani Dan Ridwan

    “Aku nggak menyangka sekeras itu keinginanmu Kintani hingga kamu berani menentang adat-istiadat kita yang telah diwarisi turun-temurun dari para leluhur, Aku juga tak mengerti mengapa kalian sebagai orang tuanya mendukung hal yang dapat membuat keluarga besar kita ini akan dipandang buruk di dalam kaum suku caniago,” tutur Pak Gindo. “Kami juga sama sekali tak menginginkan ini terjadi Uda Gindo, akan tetapi kami pun tak bisa melawan takdir dari Allah SWT. Kintani dan Ridwan nampaknya takan bisa dipisahkan lagi, jika Uda menyalahkan kami dalam hal ini kami akan terima asal Kintani bahagia dengan pria pilihannya,” ujar Bu Anggini pasrah. “Ya, semua ini adalah kesalahan kita termasuk Uda Gindo selaku Paman kandung Kintani yang sejak awal tak pernah memberi penjelasan tentang pemahaman adat-istiadat kita secara detil. Terjalinnya hubungan kasih antara Kintani dan Ridwan sedari semula merupakan titik awal semua ini terjadi, jika harus menanggung malu karena adat-istiadat kita semua tentun

  • Cinta Sepesukuan   Bab 147. Ketenggangan Di Rumah Kintani

    Kabar kepulangan Kintani ke rumah orang tuanya pagi itu diketahui oleh Pak Gindo melalui sambungan telpon yang disampaikan oleh Bu Anggini, tentu saja Paman kandung dokter muda cantik itu segera datang bersama keluarganya. Pak Gindo berfikir Kintani pulang karena menyadari kesalahan telah menentang keinginan mereka untuk menjodohkannya dengan Romi, makanya Pak Gindo begitu semangat pagi itu membawa putra dan istrinya menemui Kintani. “Assalamualaikum,” ucap Pak Gindo saat tiba di depan pintu rumah Pak Wisnu. “Waalaikum salam,” sahut Pak Wisnu sekeluarga yang pagi itu duduk di ruangan depan. Pak Wisnu dan Bu Anggini menghampiri mereka lalu mempersilahkan duduk di ruangan depan itu, sementara Kintani ke belakang membuatkan minum. “Alhamdulillah jika Kintani udah kembali Wisnu, kami turut cemas karena lebih dari 3 bulan nggak ada kabarnya,” ucap Pak Gindo. “Ya, Alhamdulillah Uda. Akhirnya Kintani dapat ditemukan dan kami bawa pulang ke rumah ini,” ucap Pak Wisnu pula. “Ditemukan d

  • Cinta Sepesukuan   Bab 146. Rencana Pernikahan

    Jam 9 malam mobil yang dikemudikan Pak Wisnu dengan Ridwan duduk di sebelahnya sementara Kintani bersama Ibunya di belakang, tiba di kenagarian MK tepatnya di rumah kedua orang tua Ridwan. Pak Rustam dan Bu Suci serta Fitria terkejut melihat mobil Pak Wisnu datang kembali berkunjung, mereka lebih terkejut lagi ketika melihat Ridwan juga turun dari mobil itu. “Assalamualaikum,” ucap Pak Wisnu, Ridwan, Kintani dan Bu Anggini begitu tiba di teras rumah di hadapan Pak Rustam sekeluarga. “Waalaikum salam, ada apa ini kenapa Ridwan juga ada bersama kalian?!” sahut Pak Rustam diiringi rasa kaget dan penasarannya. “Hemmm, sabar Ayah. Sebaiknya kita persilahkan Pak Wisnu dan keluarga masuk dulu,” ujar Ridwan. “Oh iya, silahkan masuk Wisnu dan yang lainnya,” ajak Pak Rustam. Mereka pun duduk bersama di ruangan depan, sementara Fitria Adik kandung Ridwan ke belakang membuatkan minum. “Sangat menganggetkan dan mengherankan kenapa kamu bisa bersama Pak Wisnu dan keluarga, Ridwan?” tanya Pak

  • Cinta Sepesukuan   Bab 145. Direstui Orang Tua Kintani

    Bu Anggini langsung menoleh ke arah Pak Wisnu, ia berfikir suaminya itu akan marah mendengar penuturan Kintani yang menegaskan jika masalah dia tak ingin pulang bukan hanya karena perjodohannya dengan Romi saja melainkan juga karena tak ingin dipisahkan lagi dengan Ridwan. “Kintani, ini nggak akan mudah terlaksana meskipun kami berdua akan merestui kalian. Sanksi adat kita sangat berat bukan saja kalian akan terbuang dari adat tapi juga harta pusaka keluarga tidak akan bisa diwariskan terutama pada kamu Kintani,” jelas Pak Wisnu sambil menarik napas dalam-dalam. “Ayah, apapun itu sanksinya aku siap menerimanya termasuk tak mendapatkan harta warisan keluarga. Bagiku harta bukanlah segalanya karena bisa dicari asalkan mau berusaha,” Kintani kembali menegaskan. “Tapi dalam berumah tangga tak cukup hanya atas dasar cinta dan kasih sayang saja,” ujar Pak Wisnu. “Nggak apa-apa Ayah, meskipun nanti kami hidup apa adanya yang terpenting kami bahagia,” ulas Kintani. “Kamu dengar Ridwan be

  • Cinta Sepesukuan   Bab 144. Tangisan Haru

    Pagi di kawasan kenagarian P terlihat cerah, para warga yang umumnya pekebun sebagian sudah berangkat ke lahan perkebunan mereka. Demikian pula dengan para pekerja Pak Wisnu yang saban hari bekerja memanen buah kelapa sawit serta membersihkan lahan perkebunan, mereka pun telah bersiap-siap untuk berangkat. Kalau biasanya Pak Wisnu selalu menyusul mereka selepas tengah hari atau sesudah zhuhur, namun hari itu dia menyuruh salah seorang pekerjanya untuk mencatat banyaknya serta mengantar buah sawit yang telah dipanen ke pabrik. Adapun alasan Pak Wisnu hari itu tak dapat pergi ke lahan serta mengurus segala sesuatunya mengenai urusan kebun, karena dia dan istrinya akan ke Kota Padang menemui Kintani di rumah orang tua angkat Ridwan. “Apa nggak sebaiknya kita beritahu Uda Gindo dulu sebelum kita berangkat menyusul Kintani, Anggini?” Pak Wisnu bertanya sembari merapikan pakaian yang ia kenakan di kamar. “Nggak usah Bang, yang ada nanti dia akan ikut dan akan menimbulkan masalah di Pada

  • Cinta Sepesukuan   Bab 143. Memberitahu Keberadaan Kintani

    “Bapak tahu ini hal yang sulit terutama bagi kamu Kintani, tapi keberadaanmu di sini harus tetap diberitahu pada Ayah dan Ibumu di kampung. Apalagi Ibumu sekarang jatuh sakit karena sudah 3 bulan lamanya tak ada kabar tentang kamu setelah pergi dari rumah,” tutur Pak Hendra. “Tapi Pak kalau diberitahu aku ada di sini, kedua orang tuaku itu pasti akan datang dan membawaku pulang. Itu artinya aku akan tetap dijodohkan dengan pria yang sama sekali nggak aku cintai,” ujar Kintani. “Kamu tenang saja Kintani, Bapak akan membelamu nantinya jika mereka datang ke sini. Tujuan utama memberitahu keberadaanmu di sini untuk kesembuhan Ibumu, jika memang kamu tidak ingin pulang dengan alasan akan dijodohkan dan mereka nanti memaksa Bapak tidak akan membiarkannya,” tegas Pak Hendra. “Ya Kintani, Ibu juga akan membelamu. Ridwan, sekarang kamu telpon kedua orang tua Kintani. Beritahu saja jika Kintani ada di sini,” ujar Bu Indri, Ridwan mengangguk lalu meraih ponsel yang ia taruh di meja. “Hallo,

  • Cinta Sepesukuan   Bab 142. Kintani Terkejut Melihat Ridwan

    “Aneh juga kenapa tiba-tiba saja kedua orang tua Kintani meminta tolong sama kamu,” Pak Hendra heran. “Awalnya sih saat hari pertama Kintani pergi dari rumah, mereka sempat curiga kalau aku yang meminta Kintani pergi dari rumah itu dan menyusulku ke Jakarta. Tapi setelah aku jelasin bahwa aku sama sekali tak mengetahui bahkan Kintani tak tahu alamatku di Jakarta, mereka pun yakin dan malahan meminta nomor kontak dan bantuanku untuk mencari keberadaan Kintani,” jelas Ridwan. “Jadi begitu cerita, Bapak pikir mereka langsung minta tolong sama kamu untuk mencari Kintani.” “Ya nggaklah Pak, mereka kan nggak tahu nomor kontakku gimana mereka bisa minta tolong. Mereka datang ke rumah Ayah dan Ibu di kampung dan dari situlah mereka mengetahui nomor kontak dan minta tolong sama aku,” tutur Ridwan. Sore hari sekitar jam 5 lewat apa yang dikatakan Bu Indri pun benar adanya, seorang wanita cantik memakai pakaian kerja putih-putih tampak memasuki halaman rumah kedua orang tua angkat Ridwan itu

  • Cinta Sepesukuan   Bab 141. Ridwan Ke Padang

    Pagi-pagi sekali Ridwan telah bangun setelah mempersiapkan segala sesuatunya yang akan dibawa ke Bandara menuju Kota Padang, tak beberapa menit setelah Ia pun sarapan dengan Gita, Aldi dan Nisa di meja makan di ruangan tengah lantai bawah. “Sementara kamu akan ke Padang siapa yang kamu suruh untuk tinggal di rumahmu itu, Ridwan?” tanya Gita. “Setelah aku pikir-pikir lagi apa tidak sebaiknya Kak Gita dan juga Bang Aldi tinggal di sana aja, sementara rumah ini bisa disewakan nantinya,” usul Ridwan. “Hemmm, nggaklah Ridwan. Rumah itu milikmu dan kamu cepat atau lambatnya pasti akan menikah juga,” ujar Gita. “Loh, nggak jadi masalah. Rumah itu terlalu besar bisa didiami beberapa kepala keluarga, lagian kalian kan bukan orang lain lagi bagi aku.” “Iya sih, tapi biar kami tinggal di sini aja. Kalau memang belum ada yang kamu minta untuk menjaga rumah itu selama kamu pergi ke Padang ada baiknya kamu mencari satpam untuk berjaga-jaga di sana,” saran Gita. “Ya Kak, aku memang mempunyai r

  • Cinta Sepesukuan   Bab 140. Keberadaan Kintani Diketahui

    3 bulan kemudian.... Minggu pagi sekitar jam 10 Ridwan beserta Gita sekeluarga pergi ke sebuah rumah mewah yang sangat besar dengan perkarangan depan dan belakang juga luas, lokasi rumah itu tidak jauh dari rumah Gita karena berada satu kompleks. Mereka berangkat dengan mengendarai mobil pajero sport milik dan kemudikan oleh Ridwan, mobil itu Ridwan ambil sekitar satu minggu yang lalu di show room usahanya sendiri. Melihat dari fisik bangunan rumah mewah yang mereka tuju ditasir biaya pembuatannya hampir 350 milyar, lalu apa tujuan Ridwan beserta Gita sekeluarga ke sana? Setelah memarkirkan mobil pajero sport di halaman rumah mewah itu, Ridwan beserta Gita sekeluarga pun turun lalu berjalan ke teras. Saat tiba di depan pintu Ridwan bukannya mengetuk atau memencet bel yang ada, melainkan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kunci lalu dengan santainya membuka pintu rumah mewah itu. “Mari Kak, Bang kita masuk,” ajak Ridwan, Gita dan Aldi mengangguk seraya tersenyum lalu

DMCA.com Protection Status