Beranda / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Pertengkaran Ayah dan Anak

Share

Pertengkaran Ayah dan Anak

Penulis: This is Stralin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 23:05:19

“Cium?” Mark bertanya. “Cium Papa?”

Adimas mengangguk membenarkan. Senyumnya mengulas senyum tipis.

“Iya, cium Papa. Di sini.” Dia menunjuk pipinya yang mulus. Tampak siap menerima kecupan dari bocah itu.

Namun, Mark justru menggeleng dan menunjukkan raut aneh seolah enggan melakukannya.

“Tidak mau, Mark tidak mau cium Papa. Mark cuma mau cium Mama,” tutur bocah itu.

Tak heran jika raut wajahnya terlihat aneh. Tampaknya, Mark sudah bisa membedakan jenis kelamin dan merasa aneh mencium sang ayah.

Adimas kecewa. Dia memandang Mark dengan tidak percaya.

“Ya, sudah. Tidak akan Papa bantu.”

Dia bersiap berdiri, dan Mark langsung menahan jasnya.

“Papa! Mark mau pipis!” ucapnya, semakin terdesak.

“Ya makanya cium Papa dulu,” tutur Adimas.

Bukannya mengulurkan tangan pada bocah itu, Adimas justru menyodorkan pipinya. Meminta bayaran di awal.

Tetap, Mark menggelengkan kepala dan mulai menginjak lantai kamar mandi dengan tak sabar.

“Ayo cepat, Pa! Mark mau pipis!”

“Cium Papa dulu.”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Seorang Pengasuh    Orang Tua Jade

    Entah sudah berapa jam Bella mengelilingi vendor pernikahan yang direkomendasikan. Beberapa hari lalu, Jade sudah memberikan daftar konsep yang bisa mereka pilih. Kini, Bella harus memeriksa hal-hal lainnya. Agnes ditinggal di apartemen bersama seorang pengasuh terpercaya, sementara Bella terjebak di antara urusan pernikahan yang pastinya tidak sederhana. Kini, Bella sudah seperti olahraga jantung karena terus dikejutkan dengan harga yang disebutkan oleh Wedding Organizer mereka. “Jadi, kamu pilih yang mana?” Jade bertanya setelah mereka mengecek langsung serangkaian konsep yang ditawarkan. Bella tersenyum canggung kepada pemandu mereka, kemudian memberi isyarat kepada Jade. Akhirnya, mereka berjalan menjauh untuk mendapatkan privasi. “Bukankah kita hanya mengadakan perayaan kecil?” tanya Bella, setengah berbisik karena takut terdengar. Jade mengangguk, kemudian kembali menegakkan punggung.“Kita hanya memesan untuk seratus orang,” ucap pria itu. Bibir Bella lantas terbuka den

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Cinta Seorang Pengasuh    Pernikahan dan Kemesraan Hangat

    “Kau yakin tidak perlu mengajak mereka, Mas?” Karina bertanya dengan cemas. Siang itu, mereka tengah bersiap untuk pergi ke perayaan pernikahan Jade dan tiba-tiba Adimas memutuskan untuk tidak membawa Celine dan Evelyn. Karina, yang semula bersemangat untuk ikut, seketika menjadi ragu. Pasalnya, jarak ke gedung resepsi pun cukup jauh sehingga Karina tidak yakin untuk meninggalkan mereka selama itu. Namun, Adimas mengangguk tanda bahwa keputusannya sudah bulat. “Kamu sudah menyetok ASI yang cukup, ‘kan?” tanya pria itu. Karina mengangguk membenarkan. “Iya sih, tapi—” Sang suami menggelengkan kepala dan menaruh tangannya pada bahu wanita itu. “Mereka akan baik-baik saja,” ucap Adimas, berusaha meyakinkan, “Justru, kasihan jika kita harus mengajak mereka.” Perkataan Adimas tidak salah. Akhirnya, dengan terpaksa, Karina mengangguk setuju. “Kalau begitu, aku akan bersiap-siap sebentar,” ucapnya. Wanita itu baru hendak pergi saat tangannya tahu-tahu dicekal oleh sang suami. “Wak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Cinta Seorang Pengasuh    Keluarga Adimas

    Dua puluh tahun kemudian …. “Mama! Bang Mark lagi-lagi menggangguku di kampus!” ucap Celine dengan raut wajah kesal. Gadis yang kini berusia dua puluh tahun itu mendatangi meja makan dengan wajah kesal. Dia kemudian duduk di sisi saudara kembarnya, Evelyn. “Kenapa lagi, Celine?” tanya Karina. Meski kini usianya sudah memasuki kepala empat, rambut wanita itu masih hitam seluruhnya. Terlihat sedikit penuaan pada wajahnya, tetapi tak menghilangkan bekas-bekas kecantikannya. Bahkan, kini Karina terlihat sangat keibuan dengan wajah lembut dan senantiasa tenang itu. “Pasti Bang Mark mengganggu laki-laki yang mencoba mendekati Celine,” jawab Evelyn. Saudara kembar sekaligus kakak dari Celine. Usia mereka hanya berbeda beberapa menit. Keduanya kembar, tetapi gaya rambut, pembawaan, dan sikap yang berbeda membuat mereka mudah untuk dibedakan. Evelyn terlihat lebih kalem, sementara Celine memiliki emosi yang meledak-ledak. “Iya, Ma!” sergah Celine, kemudian duduk di kursi dengan sebal. “P

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Cinta Seorang Pengasuh    Suatu Kecelakaan

    “Ma, yang benar saja! Masa Abang Mark yang akan mengurus kita?” keluh Celine kepada sang ibu. Ia dan Evelyn tengah berkumpul di kamar sang ibu dan menyaksikan Karina memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Hal itu membuat Celine semakin ketar-ketir. “Bukan Abang, nanti Bik Lastri dan Bibi lainnya yang akan mengurus kalian,” ucap Karina seraya tersenyum lembut. Sebenarnya, wanita itu pun siap tidak siap untuk perjalanan ini. Ke mana Adimas bilang? Melbourne? Karina belum pernah menginjakkan kaki di sana. “Tapi, tetap saja, Ma!” Celine bersikeras. Membayangkan pria seperti Mark yang akan mengatur mereka sudah membuat Celine merasa jengkel. “Kenapa Celine tidak suka kalau abang yang mengatur?” Karina bertanya.“Pasti karena nanti Abang Mark mengomentari penampilannya.” Evelyn menambahkan seraya terkekeh pelan. Celine semakin mencebik sebal. Hal itu tidak salah. Mark memang sangat protektif kepada adik-adiknya. Dia tidak heran jika tahu-tahu Mark akan datang menjemput mereka di kampu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Cinta Seorang Pengasuh    Tertangkap Basah di Mobil

    “Apakah sesuatu terjadi?” Adimas berjalan keluar dari kamar mandi seraya bertanya. Rambut pria berusia empat puluhan itu terlihat masih basah. Berkat olahraga rutin dan pola hidup yang terjaga, tubuh Adimas masih terlihat sangat bugar dan atletis meski usianya sudah kepala empat. Sekilas, ia bisa mendengar Karina menghubungi Austin dan anak-anak di rumah. Kini, bukannya senang, raut wajah Karina justru terlihat cemas. “Di sana sudah malam, tapi Mark belum pulang,” tutur wanita itu. Adimas melirik singkat pada jam weker di atas nakas. “Jam dua belas. Berarti di sana masih jam delapan.” Adimas memberitahu. “Dia pasti akan segera pulang.” Biasanya pun Mark pulang pukul sepuluh. Namun, tiap kali pulang terlambat, pria itu pasti memberitahunya.Karina ataupun Adimas tak pernah mengekang pria itu. Namun, Mark selalu memberitahu seandainya dia akan pulang di atas pukul sepuluh. Kini, entah mengapa perasaan Karina menjadi tidak enak. Masih bertelanjang dada dan hanya dengan handuk pu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Cinta Seorang Pengasuh    Bertanggung Jawab

    “Maaf sebelumnya, Pak,” ucap Adimas dengan sopan, “Bisakah seseorang menceritakan kejadiannya secara rinci? Dari awal sampai akhir,” tuturnya. Sejak tadi, semua orang berbicara sahut-sahutan, tetapi tak ada yang menjelaskan secara lengkap dan rinci hingga Adimas tak bisa menyimpulkan. Namun, yang berdiri justru Mark.“Aku tidak melakukan apa pun, Pa,” ucapnya, berusaha membela diri. “Diam, Mark!” Adimas memperingatkan dan menoleh tajam ke arah sang putra. “Bukan itu yang mau Papa dengar,” katanya. Suasana menjadi hening. Tak ada satu pun dari mereka yang mengira Adimas akan membentak putranya sendiri. Bahkan Mark terlihat terkejut hingga dia kembali duduk dengan wajah pasi. Akhirnya, kepala desa yang membuka suara. Menceritakan bagaimana semalam hujan teramat deras dan saat pagi, mereka sudah menemukan mobil Mark ada di sisi jalan. Rupanya, di dalam terdapat Mark dan Ayana, dalam keadaan setengah telanjang. Ia langsung mengenalinya sebagai mahasiswa dari kampus yang mendatangi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Cinta Seorang Pengasuh    Dari Satu Juta Sampai Satu Milyar

    Ayana tidak bisa fokus. Perasaannya tawar dan ia tak bisa berpikir jernih. Perhatiannya terus tertuju pada pesan terakhir yang ia dapat kemarin sore. “Aya, ayah kamu kejang lagi terus pingsan. Kamu bisa pulang ke rumah dulu?” Itu pesan dari bibinya dan Ayana langsung memutuskan untuk pulang ke kota kemarin. Namun, hal yang buruk justru terjadi dan semakin menunda kepulangannya.Karena itu, pada saat semua orang ribut-ribut, Ayana tak bisa berkata apa-apa. Pikirannya terus melambung tinggi pada kondisi sang ayah.Kini, setelah Ayana diizinkan pergi, dia langsung bergegas menuju halte bus. Jalannya sedikit tertatih karena rasa tidak nyaman di area kewanitaannya.“Aku masih di jalan, Bi. Tolong jaga Ayah sampai aku datang.” Kirim. Ayana hampir tiba di halte saat melihat sebuah bus yang dia tuju. Tanpa pikir panjang, Ayana mulai mengejarnya sekuat tenaga. “Pak, tunggu, Pak!!” Dia memanggil.Akan tetapi, bus itu melenggang pergi begitu saja seolah tak mendengar Ayana. Ayana tak menye

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Cinta Seorang Pengasuh    Pria Kejam dan Berengsek

    "Apa yang kau lihat?" Karina bertanya saat menemukan sang suami tengah memandangi beberapa lembar kertas dengan serius. Mereka tak kembali ke Melbourne. Pada akhirnya, Adimas mengirim utusan dari perusahaan untuk mewakilinya. Beruntung, koleganya di sana bisa memaklumi hal tersebut.Untuk saat ini, Adimas harus fokus pada Mark dan masalah yang dibuat putranya. "Ini data diri gadis itu," ucap Adimas. Menunjukkan dengan lebih jelas kepada Karina yang berdiri di belakang kursinya. Setelah mereka kembali, Adimas langsung meminta pihak kampus untuk memberikan informasi mengenai gadis itu.Karina memperhatikan sekilas. Namanya Ayana Hafsah Izzati. Usianya satu tahun di bawah Mark dan mendapatkan beasiswa di kampus yang sama dengan Mark. Ayahnya serabutan, sementara ibunya adalah penjual baju di pasar. "Apakah kau merasa terganggu dengan latar belakangnya?" Adimas bertanya. Mengingat keluarga Ayana yang jelas bumi langit perbedaannya dengan keluarga mereka. Karina menggelengkan kepala.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Cinta Seorang Pengasuh    Bersamamu Selamanya

    Empat bulan kemudian …. “Kamu yakin bisa pergi, Ayana?” Mark bertanya dengan cemas. Ia menatap pada istrinya yang duduk di depan meja rias. Ayana menjawab dengan anggukan. “Ini adalah wisuda kita, mana mungkin aku tidak datang?” tanya Ayana, kemudian lanjut merias dirinya. Mark menghela napas panjang dan berjalan mendekati sang istri. Dia menaruh tangannya di atas bahu Ayana. “Tapi, kandungan kamu sudah besar. Dokter bilang perkiraan lahirnya sebentar lagi, bukan?” tanya Mark, tidak dapat menyembunyikan kecemasannya. Mendengar itu, Ayana beranjak bangkit dari kursinya dan terlihat jelas perutnya yang sudah membungkit sempurna. Tampak siap untuk melahirkan. “Masih ada sisa waktu empat hari sampai hari perkiraan lahir,” ucap gadis itu, “Aku sudah menunggu-nunggu untuk wisuda ini. Biarkan aku ikut, ya? Ya?” tanyanya. Seharusnya mustahil bagi perempuan dewasa yang sudah hamil untuk terlihat seperti anak kucing, tetapi Ayana benar-benar menatap Mark dengan penuh harap hingga p

  • Cinta Seorang Pengasuh    Di Bawah Hujan, Bersama Pria Yang Sama

    Andreas tidak mengizinkan Cakra pergi bersama Mark dan Ayana. Pria itu menuntut penjelasan dari Cakra yang tidak pernah menceritakan apa pun kepadanya. Sebagai trio, Andreas selalu merasa dirinya terbelakang. Bahkan saat Mark mengakui Ayana sebagai istrinya, Cakra telah mencurigai hal itu terlebih dahulu. Akhirnya, hanya ada Ayana dan Mark di dalam mobil pria itu. Selama perjalanan pulang, Ayana tidak berhenti tersenyum. “Apa yang lucu?” Mark bertanya, tidak tahan melihat istrinya yang sejak tadi senyam-senyum seorang diri. Ayana menggeleng, tetapi senyumnya bertambah lebar. “Tidak apa-apa, hanya saja kisah mereka membuatku terharu,” ucap gadis itu, “Aku tidak menyangka Cakra bisa mengucapkan kata-kata romantis seperti itu.” Ayana memuji, kemudian tersenyum lebih lebar. Selama ini, Ayana mengenal Cakra sebagai satu-satunya pria yang normal di antara tiga sahabat itu. Andreas terkenal sering memainkan perasaan wanita, sementara Mark lebih banyak diam. Ditambah, fakta bahwa koneks

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pria Sejati

    “... apa?” Cakra bertanya. Pria itu berkedip satu kali dan menatap tak percaya ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum saat pandangannya jatuh ke bawah, terlihat malu sekaligus pahit. “Aku sudah memikirkannya. Aku benar-benar akan melanjutkan kuliah di luar negeri,” ucap Chika, “Aku tahu ini mungkin tidak penting untukmu, tapi aku merasa harus memberitahunya.” Setelah beberapa kali meminta, ayahnya akhirnya mengizinkan Chika untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ia dan Cakra tidak pernah dekat sebelumnya. Mereka hanya sering bicara saat Chika mulai mencari Sandi. Namun, entah mengapa, saat pertama Chika mendapat izin, satu-satunya yang terlintas dalam benak perempuan itu adalah memberitahu Cakra. Kini, ia merasa malu sekaligus menyesal. Chika tahu ia pasti terlihat aneh, tahu-tahu memberi kabar seperti itu seolah dirinya penting. Di luar dugaan, wajah Cakra terlihat tawar dan sedikit kecewa. “Mengapa? Bukankah Ayana sudah memaafkanmu berkat Sandi kemarin?” tanya pria itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    Keluarga Yang Utuh

    “Bapak lihat Mark?” Ayana bertanya kepada satpam yang berjaga di kediaman mereka. Sesuai kesepakatan, pagi itu mereka akan pergi ke pemakaman ayah Ayana. Namun, saat Ayana bangun pagi ini, ia justru tidak dapat menemukan suaminya itu di mana pun. “Tuan Mark pergi dengan mobilnya pagi-pagi sekali, Nyonya,” jawab satpam itu. Alis Ayana mengernyit dalam. Tak biasanya Mark pergi tanpa meninggalkan kabar apa pun. Gadis itu kembali berjalan ke dalam rumah sembari mengecek ponselnya, tetapi tidak ada pesan apa pun dari Mark. Ke mana perginya pria itu? “Ada apa, Kak?” Suara Sandi terdengar. Pria itu baru saja turun dari lantai dua. Tadi malam, Ayana memaksa Sandi untuk menginap sesuai rencana mereka. Kini, justru Mark yang tidak tahu keberadaannya. Ayana menggelengkan kepala. “Bukan apa-apa,” jawabnya, “Kita harus sarapan sebelum pergi,” ajak gadis itu. Keduanya berjalan menuju dapur dan Sandi kembali menyadari keanehan saat mereka hanya menyantap sarapan berdua. “Di mana kakak ipa

  • Cinta Seorang Pengasuh    Sandi Menyadari Kejanggalan

    Wajah Ayana menjadi kecut. Dengan gugup, Ayana melirik ke arah Mark, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan Sandi. Pemuda itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia memandang Ayana dan suaminya bergantian, masih tidak menyangka jika kakak perempuannya itu benar-benar sudah bersuami. “Ayana banyak bercerita tentangmu,” ucap Mark, menunjukkan senyum ramah, “Bagaimana kalau kita berbincang di rumah?” Sebelum pergi, Ayana kembali menghampiri Chika dan Cakra yang menghampiri mereka. Ia tersenyum ke arah perempuan itu. “Terima kasih,” ucapnya, “Aku bisa bertemu kembali dengan Adikku berkat bantuanmu,” lanjut Ayana. Chika sedikit tertegun. Ia tak menyangka jika Ayana akan berterima kasih secara langsung. Ia sendiri selalu merasa gengsi untuk mengatakannya. Akhirnya, Chika mengangguk. “Kuharap itu balasan yang sepadan untuk kesalahanku,” ucapnya. Mark mengajak Chika dan Cakra untuk turut bersama mereka ke kediamannya, tetapi keduanya menolak. Hingga Sandi menemukan keaneh

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pertemuan Yang Dinantikan

    Sejak insiden itu, hubungan Chika dan Ayana menjadi kian renggang. Keduanya masih duduk bersisian, tetapi amat jarang bertukar sapa. Kini, tepat setelah mata kuliah selesai, tiba-tiba wanita itu menghampiri Ayana yang tengah bersama Mark. Melihat kedatangan Chika sukses membuat Mark menjadi waspada. Pria itu dengan sigap pasang badan di hadapan Ayana. “Apa yang ingin kau lakukan?” Mark bertanya, menatap lurus ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum getir, sadar jika ia benar-benar telah bersikap buruk hingga dicap sebagai orang yang mampu membahayakan Ayana. Bahkan setelah lewat beberapa hari, kewaspadaan Mark terhadap dirinya sama sekali tidak berkurang. Chika menggelengkan kepala. “Aku ingin bicara dengan Ayana,” ucapnya, terdengar segan. Mark dan Ayana seketika bertukar tatapan dengan heran. Pria itu terlihat enggan untuk mengizinkan, tetapi Ayana memberi isyarat hingga akhirnya Mark sedikit menyingkir, membiarkan Ayana berhadapan langsung dengan wanita berambut pendek itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    SANDI

    Tak jauh dari pusat kota, terlihat sebuah proyek yang tengah dibangun. Para pria yang mengenakan rompi keselamatan kerja berlalu-lalang, terus tekun bekerja di bawah terik matahari. Pasir, debu, dan semen beterbangan di udara, tetapi semua orang seakan terbiasa dengan itu. “Sandi! Bawakan lima sak semen ke sini!” titah seorang pria paruh baya yang menjadi mandor di proyek tersebut. Sandi, yang semula tampak sibuk menata besi-besi itu lantas berdiri tegak.“Baik, Pak!” jawabnya.Dia pekerja paling muda di sana. Kulit pemuda itu kecokelatan karena terus terpapar sinar matahari. Keringat yang mengalir di pelipisnya tampak kotor oleh pasir dan debu, tetapi ia tidak menghiraukannya. Sandi menyusun lima sak semen dan mengangkat semuanya langsung di punggung, kemudian berjalan menuju tempat yang diminta. Ia hampir sampai saat tanpa sengaja kakinya menginjak batu. Batu itu tergulir dan membuat Sandi kehilangan keseimbangan hingga jatuh bersama lima sak semen di punggungnya. BUK Suara it

  • Cinta Seorang Pengasuh    Langkah Selanjutnya

    “Sepertinya dia kecewa kepada Ibu dan memutuskan untuk pergi. Sejak itu, Ibu tidak pernah berhasil menemukan Sandi,” tutur Wati, mengakhiri ceritanya. Air mata sudah mengering di pipinya, tetapi matanya masih memerah bekas menangis dan napasnya sesenggukan. Beberapa saat lalu, Ayana berhasil mendesak Wati untuk menceritakan awal mula hilangnya Sandi. Meski terasa berat, Wati berhasil menceritakannya dan kini ketiganya membungkam. “Ini foto terakhir yang Ibu ambil sewaktu dia kelulusan,” tutur Wati, menyerahkan sebuah foto ke arah Ayana. Gadis itu menerimanya dan napasnya tercekat melihat Sandi. Saat mereka berpisah dahulu, adiknya itu masih kecil, bahkan jauh lebih pendek daripada Ayana. Namun, sosok Sandi di foto itu telah bertumbuh pesat. Kini dia tinggi, terlihat tampan dan sangat mirip dengan ayahnya. Wajah Ayana diliputi kecemasan membayangkan adiknya mengadu nasib di dunia luar. Seorang diri. “Bagaimana dengan informasi yang diberikan Chika? Apakah dia berbohong?” Mark be

  • Cinta Seorang Pengasuh    Menanggung Dosa

    Chika menyeret langkahnya keluar kelas. Pada akhirnya, ia berhasil bertahan selama kelas hari itu. Bahkan, Ayana duduk tepat di sisinya. Gadis itu tidak menunjukkan aura permusuhan, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekarang, air mata Chika sudah sepenuhnya mengering, tetapi ingatan itu masih membekas dalam ingatannya. Sepanjang berjalan, pandangan Chika terus tertuju ke arah bawah. Ia berusaha mengabaikan komentar dan pembicaraan yang terang-terangan membahas dirinya.Hingga langkah perempuan itu berhenti saat melihat sepasang sepatu yang berdiri tepat di hadapannya. Perlahan, Chika mendongak. Ia sudah cemas akan menerima bullyan lagi, tetapi alisnya mengernyit saat ia justru menemukan wajah Cakra. Pria itu menatap lurus ke arahnya. Dia membuka bibirnya dan siap untuk mengatakan sesuatu, tetapi Chika lebih dahulu menyela. “Aku tahu,” ucapnya, “Aku tahu apa yang akan kamu ucapkan. Kamu akan memberiku peringatan akan pembalasan Mark dan memintaku untuk tidak menyaki

DMCA.com Protection Status