Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Gadis Yang Selalu Tertinggal

Share

Gadis Yang Selalu Tertinggal

last update Last Updated: 2023-11-30 21:10:09

Benak Ayana berdenyut nyeri.

Pipinya terasa panas mendapat tamparan dari sang ibu. Tanpa sadar, matanya mulai berkaca-kaca. Ia menatap ke arah ibunya dengan tak percaya.

Suasana menjadi hening.

Napas Ayana menjadi berat tiap kali memandang ibunya.

"Ibu tahu?" tanyanya dengan suara gemetar. "Aku tidak pernah merasa aku memiliki Ibu. Bahkan aku tidak mengenal siapa ibuku. Dia sudah pergi sebelas tahun yang lalu," tutur Ayana.

Setelah mengatakannya, gadis itu langsung beranjak pergi dari sana, meninggalkan Wati yang tertegun di tempatnya.

Ia tersentak dengan ucapan putrinya sendiri dan mendadak bernapas terasa sulit baginya.

***

***

"Apakah dia benar ibu Ayana?" Adimas bertanya saat Mark mengantarnya menuju mobil.

Ayana dan Wati tidak mengikuti mereka sehingga Adimas mendapatkan ruang untuk membahas keduanya.

Mark mengangguk. Awalnya, ia ingin bersikap jantan dengan menerima kondisi ibu mertuanya, tetapi kini ia merasa canggung dan kikuk.

Keraguan ayahnya cukup beralasan. Diliha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Seorang Pengasuh    Wati dan Chika

    Perangai Wati seketika berubah saat berhadapan dengan Chika. Ia menoleh sekeliling dan mendapati area sekitarnya sepi tanpa orang berlalu-lalang. Mendadak, satu kecurigaan muncul dalam benak Wati. “Aku tidak tahu jika kamu satu kampus dengan Ayana dan suaminya,” tutur wanita itu. Saat pertama bertemu, Chika hanya mengenalkan dirinya sebagai salah satu kenalan Ayana, tetapi gadis itu membuat permintaan yang anehyang aneh. Hingga kini Wati terkejut menemukan Chika satu kampus dengan Ayana. Di sisi lain, Chika terlihat acuh tak acuh. Sudah jelas mereka satu universitas. Jika tidak, tak mungkin Chika mengeluarkan usaha yang begitu besar untuk menyingkirkan Ayana. “Tidak perlu dipikirkan,” tukas Chika, “Cukup jalankan sesuai rencana!” tegas gadis itu. Meski usia keduanya terpaut jauh, Chika tak segan membentak atau memerintah Wati seolah wanita itu lebih rendah darinya. “Ka—karena itu juga aku ingin menemui Anda, Nona,” tutur Wati dengan segan. Alis Chika langsung menukik tajam me

    Last Updated : 2023-12-01
  • Cinta Seorang Pengasuh    Masa Lalu Wati

    Peringatan Chika terus menghantui Wati. Berulang kali Wati menimbang-nimbang hingga kepalanya terasa begitu pening dan berat. Ia tak ingin memisahkan putrinya dan menghancurkan hidup Ayana, tetapi di sisi lain dia pun tak ingin putranya terancam. Wati tak menyangka ia akan dihadapkan pada pilihan sulit seperti sekarang. Wanita itu sedang memikirkan bagaimana cara mengambil jalan tengah saat tahu-tahu pintu kamarnya terbuka. Bahu Wati berjengit kaget dan refleks menoleh ke arah pintu. Ayana sudah berdiri di sana. “Kamu tidak berangkat kuliah?” tanya Wati dengan alis mengernyit. “Ibu bersiap-siaplah. Kita akan pergi,” ucap Ayana. Pandangannya selalu terlihat dingin dan berjarak saat berhadapan dengan sang ibu. Seakan mereka adalah orang asing. Wati tak bisa menyalahkan putrinya. Dengan Ayana seorang diri merawat sang ayah, ia tak akan heran jika gadis itu menimbun kebencian kepadanya. “Mau ke mana?” tanya Wati. Ayana yang sudah bersiap meninggalkan kamar Wati kini menghentikan

    Last Updated : 2023-12-01
  • Cinta Seorang Pengasuh    Penjual Minuman Di Kelab Malam

    Meski pernah ditinggalkan, dibuang, direndahkan, dan ditampar sang ibu, Ayana tak benar-benar membenci Wati. Sebelas tahun wanita itu meninggalkan Ayana, tetapi dua belas tahun juga wanita itu merawat Ayana. Oleh sebab itu, Ayana tak benar-benar bertindak durhaka kepada sang ibu. Ayana bahkan mencoba membuat ibunya ingat dengan mengajaknya ke makam sang ayah, tetapi Wati justru menunjukkan sikap tidak terduga. Kini, Ayana tidak bisa menemukannya di mana pun. “Masih tidak bisa dihubungi?” Mark bertanya. Wajah tampannya kini terlihat cemas dan gusar. Ayana menggelengkan kepala. Ia tampak gelisah dan mencoba menghubungi untuk kepuluhan kalinya. “Bagaimana, Mark? Bagaimana jika Ibu menghilang lagi?” tanya Ayana. Khawatir Wati salah paham dengan keputusannya mengajaknya ke makam. Mark menggelengkan kepala dan merangkul bahu sang istri, mencoba menenangkan gadis itu. “Jangan panik,” tuturnya, “Kita pasti akan menemukannya.” Saat itu, Bik Dini melintas seraya membawa pakaian yang su

    Last Updated : 2023-12-02
  • Cinta Seorang Pengasuh    Seorang Pahlawan

    Mark mungkin jarang berbicara hingga dikenal sebagai pria pendiam di fakultasnya. Namun, dengan latar belakang keluarga yang sudah diketahui, Mark selalu menjadi sosok yang disegani di kampusnya, ditambah pria itu selalu meraih nilai-nilai bagus pada tiap mata kuliah. Oleh sebab itu, seisi kelas menghormati dan segan terhadapnya. Jika sebelumnya mereka tidak mendengarkan bahkan mencoba mempermainkan Ayana, kini mereka tak dapat membantah perintah Mark dan satu per satu dari mereka mulai menaruh foto itu di meja Mark. Setelah semua terkumpul, Mark berjalan mendekati Cakra dan Andreas yang masih mematung di tempat duduk mereka. Belum pernah mereka melihat Mark sekeren ini sebelumnya. “Cakra, bisa kau tukar tempat duduk dengan Ayana?” tanya pria itu, meminta izin. Mendengar itu, Cakra mengangguk tanpa berkedip dan langsung meraih tasnya. Akan tetapi, Ayana cepat-cepat menggelengkan kepala dan menjauh dari rangkulan Mark. Air mata yang semula berkumpul di pelupuk mata gadis itu kini

    Last Updated : 2023-12-02
  • Cinta Seorang Pengasuh    Jalan Keluar

    Mark merasa ditipu. Ia seperti ditikam dari belakang saat menerima kenyataan itu. Sejak awal, dia yang mengizinkan Wati untuk tinggal di sana dengan harapan hubungan mereka bisa membaik. Di luar dugaan, keadaan justru semakin memburuk. Begitu tiba di depan perusahaan ayahnya, Mark bergegas masuk dengan langkah panjang dan cepat. Ia begitu terburu-buru hingga tak menyadari Ayana yang melihatnya. “Mark—” Ayana memanggil dan berniat menghampiri, tetapi ia mengurungkan niatnya saat melihat wajah serius Mark. Pria itu tak menoleh ke kanan dan kiri, terus menatap lurus hingga menghilang di balik pintu lift yang tertutup. Tampaknya, hal yang benar-benar buruk baru saja terjadi. “Ada apa, Mark?” Adimas bertanya begitu sang putra memasuki ruang kerjanya. Belum pernah Adimas melihat putranya secemas ini. Air mukanya terlihat panik dan gelisah. “Uangnya tidak ada, Pa,” ucap pria itu, “Ibu Ayana … dia membawa semua uang itu dan menghilang.” Hening. Kini giliran Adimas yang membungkam.

    Last Updated : 2023-12-03
  • Cinta Seorang Pengasuh    Tanpa Jejak

    Mark membeku di tempatnya. Air mata sudah membasahi pipi pria itu, tetapi Mark tak terisak sedikit pun. Ia terhenyak. Bahkan untuk menelan saliva pun rasanya begitu sulit dan berat. Jantungnya seperti disayat besi panas saat menyadari ia baru saja kehilangan Ayana. Kehilangan hal paling berharga yang Mark miliki. Satu tembok pertahanan dalam dirinya seakan hancur berantakan, bersamaan dengan tangannya yang bergerak turun dengan lunglai. Kertas itu jatuh bersamaan dengan lembaran kertas merah yang kini berceceran di sekitarnya. Tanpa berkata-kata, pria itu mengusap air mata di wajahnya, kemudian bergegas keluar kamar. Ia menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. “Ada apa, Tuan Muda?” Bik Dini bertanya dengan tertegun saat melihat mata Mark memerah. Namun, Mark tidak menjawabnya dan terus melenggang pergi. Tak sampai satu menit, Bik Dini sudah mendengar raungan mobil sport pria itu yang meluncur secepat kilat. Tangan dan rahang Mark terlihat kokoh saat ia melajukan mobil itu

    Last Updated : 2023-12-03
  • Cinta Seorang Pengasuh    Hancur

    Terhitung sudah berlalu tiga hari semenjak Ayana menghilang. Selama tiga hari itu pula Mark hidup dengan berantakan. Bagaikan tidak memiliki rumah, ia terus berkendara ke sana kemari dan tidak pernah kembali. Ia sudah mengutus orang untuk mencari Ayana, tetapi Mark merasa tak bisa tenang jika belum melihatnya secara langsung hingga pria itu ikut terjun untuk mencari. Akan tetapi, nihil. Tak peduli seberapa jauh ia berkendara, berapa puluh jam ia berada di jalanan, ia tak kunjung menemukan Ayana. Gadis itu benar-benar lenyap. Jauh ke tempat yang tidak Mark ketahui. Hingga setelah berlalu tiga hari, Mark berhenti mencari. "Evelyn, apakah kau memakai sepatuku—" Ucapan Celine yang baru memasuki kediamannya langsung terhenti saat ia melihat sosok yang tidak asing. Matanya langsung membelalak dengan berbinar dan ia sudah siap untuk menyapa abangnya itu, tetapi dia terhenti saat melihat keadaan Mark. Kakak laki-lakinya yang selalu ketat dalam menjaga kerapian itu kini terlihat beran

    Last Updated : 2023-12-04
  • Cinta Seorang Pengasuh    Chika Ikut Bergerak

    Setelah meluapkan kejujurannya, Mark menyambar ponselnya di meja, kemudian beranjak pergi meninggalkan sang ayah. Dia sempat berpapasan dengan keempat anggota keluarganya yang lain dan mereka pun tercekat mendapati mata Mark memerah. “Abang ….” Karina bersuara pelan. Akan tetapi, Mark tidak menjawab dan terus berjalan cepat menuruni tangga. Ia hendak langsung memasuki mobilnya yang terparkir di garasi. Namun, langkah pria itu terhenti saat berhadapan dengan wanita yang baru saja tiba. Keduanya berhenti dan sama-sama terkejut. “Chika ….” Mark bergumam pelan. Awalnya, Mark enggan bicara dengan gadis itu. Ia enggan berbicara dengan siapa pun sekarang. Namun, gadis itu sudah jauh-jauh datang ke kediamannya. Hingga kurang dari sepuluh menit, keduanya sudah duduk di taman perumahan itu. Keduanya duduk bersisian dengan jarak yang cukup jauh. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya, membuat suasana menjadi semakin hening. “Sudah lebih dari lima hari kamu tidak datang di kampus. D

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • Cinta Seorang Pengasuh    Bersamamu Selamanya

    Empat bulan kemudian …. “Kamu yakin bisa pergi, Ayana?” Mark bertanya dengan cemas. Ia menatap pada istrinya yang duduk di depan meja rias. Ayana menjawab dengan anggukan. “Ini adalah wisuda kita, mana mungkin aku tidak datang?” tanya Ayana, kemudian lanjut merias dirinya. Mark menghela napas panjang dan berjalan mendekati sang istri. Dia menaruh tangannya di atas bahu Ayana. “Tapi, kandungan kamu sudah besar. Dokter bilang perkiraan lahirnya sebentar lagi, bukan?” tanya Mark, tidak dapat menyembunyikan kecemasannya. Mendengar itu, Ayana beranjak bangkit dari kursinya dan terlihat jelas perutnya yang sudah membungkit sempurna. Tampak siap untuk melahirkan. “Masih ada sisa waktu empat hari sampai hari perkiraan lahir,” ucap gadis itu, “Aku sudah menunggu-nunggu untuk wisuda ini. Biarkan aku ikut, ya? Ya?” tanyanya. Seharusnya mustahil bagi perempuan dewasa yang sudah hamil untuk terlihat seperti anak kucing, tetapi Ayana benar-benar menatap Mark dengan penuh harap hingga p

  • Cinta Seorang Pengasuh    Di Bawah Hujan, Bersama Pria Yang Sama

    Andreas tidak mengizinkan Cakra pergi bersama Mark dan Ayana. Pria itu menuntut penjelasan dari Cakra yang tidak pernah menceritakan apa pun kepadanya. Sebagai trio, Andreas selalu merasa dirinya terbelakang. Bahkan saat Mark mengakui Ayana sebagai istrinya, Cakra telah mencurigai hal itu terlebih dahulu. Akhirnya, hanya ada Ayana dan Mark di dalam mobil pria itu. Selama perjalanan pulang, Ayana tidak berhenti tersenyum. “Apa yang lucu?” Mark bertanya, tidak tahan melihat istrinya yang sejak tadi senyam-senyum seorang diri. Ayana menggeleng, tetapi senyumnya bertambah lebar. “Tidak apa-apa, hanya saja kisah mereka membuatku terharu,” ucap gadis itu, “Aku tidak menyangka Cakra bisa mengucapkan kata-kata romantis seperti itu.” Ayana memuji, kemudian tersenyum lebih lebar. Selama ini, Ayana mengenal Cakra sebagai satu-satunya pria yang normal di antara tiga sahabat itu. Andreas terkenal sering memainkan perasaan wanita, sementara Mark lebih banyak diam. Ditambah, fakta bahwa koneks

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pria Sejati

    “... apa?” Cakra bertanya. Pria itu berkedip satu kali dan menatap tak percaya ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum saat pandangannya jatuh ke bawah, terlihat malu sekaligus pahit. “Aku sudah memikirkannya. Aku benar-benar akan melanjutkan kuliah di luar negeri,” ucap Chika, “Aku tahu ini mungkin tidak penting untukmu, tapi aku merasa harus memberitahunya.” Setelah beberapa kali meminta, ayahnya akhirnya mengizinkan Chika untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ia dan Cakra tidak pernah dekat sebelumnya. Mereka hanya sering bicara saat Chika mulai mencari Sandi. Namun, entah mengapa, saat pertama Chika mendapat izin, satu-satunya yang terlintas dalam benak perempuan itu adalah memberitahu Cakra. Kini, ia merasa malu sekaligus menyesal. Chika tahu ia pasti terlihat aneh, tahu-tahu memberi kabar seperti itu seolah dirinya penting. Di luar dugaan, wajah Cakra terlihat tawar dan sedikit kecewa. “Mengapa? Bukankah Ayana sudah memaafkanmu berkat Sandi kemarin?” tanya pria itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    Keluarga Yang Utuh

    “Bapak lihat Mark?” Ayana bertanya kepada satpam yang berjaga di kediaman mereka. Sesuai kesepakatan, pagi itu mereka akan pergi ke pemakaman ayah Ayana. Namun, saat Ayana bangun pagi ini, ia justru tidak dapat menemukan suaminya itu di mana pun. “Tuan Mark pergi dengan mobilnya pagi-pagi sekali, Nyonya,” jawab satpam itu. Alis Ayana mengernyit dalam. Tak biasanya Mark pergi tanpa meninggalkan kabar apa pun. Gadis itu kembali berjalan ke dalam rumah sembari mengecek ponselnya, tetapi tidak ada pesan apa pun dari Mark. Ke mana perginya pria itu? “Ada apa, Kak?” Suara Sandi terdengar. Pria itu baru saja turun dari lantai dua. Tadi malam, Ayana memaksa Sandi untuk menginap sesuai rencana mereka. Kini, justru Mark yang tidak tahu keberadaannya. Ayana menggelengkan kepala. “Bukan apa-apa,” jawabnya, “Kita harus sarapan sebelum pergi,” ajak gadis itu. Keduanya berjalan menuju dapur dan Sandi kembali menyadari keanehan saat mereka hanya menyantap sarapan berdua. “Di mana kakak ipa

  • Cinta Seorang Pengasuh    Sandi Menyadari Kejanggalan

    Wajah Ayana menjadi kecut. Dengan gugup, Ayana melirik ke arah Mark, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan Sandi. Pemuda itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia memandang Ayana dan suaminya bergantian, masih tidak menyangka jika kakak perempuannya itu benar-benar sudah bersuami. “Ayana banyak bercerita tentangmu,” ucap Mark, menunjukkan senyum ramah, “Bagaimana kalau kita berbincang di rumah?” Sebelum pergi, Ayana kembali menghampiri Chika dan Cakra yang menghampiri mereka. Ia tersenyum ke arah perempuan itu. “Terima kasih,” ucapnya, “Aku bisa bertemu kembali dengan Adikku berkat bantuanmu,” lanjut Ayana. Chika sedikit tertegun. Ia tak menyangka jika Ayana akan berterima kasih secara langsung. Ia sendiri selalu merasa gengsi untuk mengatakannya. Akhirnya, Chika mengangguk. “Kuharap itu balasan yang sepadan untuk kesalahanku,” ucapnya. Mark mengajak Chika dan Cakra untuk turut bersama mereka ke kediamannya, tetapi keduanya menolak. Hingga Sandi menemukan keaneh

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pertemuan Yang Dinantikan

    Sejak insiden itu, hubungan Chika dan Ayana menjadi kian renggang. Keduanya masih duduk bersisian, tetapi amat jarang bertukar sapa. Kini, tepat setelah mata kuliah selesai, tiba-tiba wanita itu menghampiri Ayana yang tengah bersama Mark. Melihat kedatangan Chika sukses membuat Mark menjadi waspada. Pria itu dengan sigap pasang badan di hadapan Ayana. “Apa yang ingin kau lakukan?” Mark bertanya, menatap lurus ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum getir, sadar jika ia benar-benar telah bersikap buruk hingga dicap sebagai orang yang mampu membahayakan Ayana. Bahkan setelah lewat beberapa hari, kewaspadaan Mark terhadap dirinya sama sekali tidak berkurang. Chika menggelengkan kepala. “Aku ingin bicara dengan Ayana,” ucapnya, terdengar segan. Mark dan Ayana seketika bertukar tatapan dengan heran. Pria itu terlihat enggan untuk mengizinkan, tetapi Ayana memberi isyarat hingga akhirnya Mark sedikit menyingkir, membiarkan Ayana berhadapan langsung dengan wanita berambut pendek itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    SANDI

    Tak jauh dari pusat kota, terlihat sebuah proyek yang tengah dibangun. Para pria yang mengenakan rompi keselamatan kerja berlalu-lalang, terus tekun bekerja di bawah terik matahari. Pasir, debu, dan semen beterbangan di udara, tetapi semua orang seakan terbiasa dengan itu. “Sandi! Bawakan lima sak semen ke sini!” titah seorang pria paruh baya yang menjadi mandor di proyek tersebut. Sandi, yang semula tampak sibuk menata besi-besi itu lantas berdiri tegak.“Baik, Pak!” jawabnya.Dia pekerja paling muda di sana. Kulit pemuda itu kecokelatan karena terus terpapar sinar matahari. Keringat yang mengalir di pelipisnya tampak kotor oleh pasir dan debu, tetapi ia tidak menghiraukannya. Sandi menyusun lima sak semen dan mengangkat semuanya langsung di punggung, kemudian berjalan menuju tempat yang diminta. Ia hampir sampai saat tanpa sengaja kakinya menginjak batu. Batu itu tergulir dan membuat Sandi kehilangan keseimbangan hingga jatuh bersama lima sak semen di punggungnya. BUK Suara it

  • Cinta Seorang Pengasuh    Langkah Selanjutnya

    “Sepertinya dia kecewa kepada Ibu dan memutuskan untuk pergi. Sejak itu, Ibu tidak pernah berhasil menemukan Sandi,” tutur Wati, mengakhiri ceritanya. Air mata sudah mengering di pipinya, tetapi matanya masih memerah bekas menangis dan napasnya sesenggukan. Beberapa saat lalu, Ayana berhasil mendesak Wati untuk menceritakan awal mula hilangnya Sandi. Meski terasa berat, Wati berhasil menceritakannya dan kini ketiganya membungkam. “Ini foto terakhir yang Ibu ambil sewaktu dia kelulusan,” tutur Wati, menyerahkan sebuah foto ke arah Ayana. Gadis itu menerimanya dan napasnya tercekat melihat Sandi. Saat mereka berpisah dahulu, adiknya itu masih kecil, bahkan jauh lebih pendek daripada Ayana. Namun, sosok Sandi di foto itu telah bertumbuh pesat. Kini dia tinggi, terlihat tampan dan sangat mirip dengan ayahnya. Wajah Ayana diliputi kecemasan membayangkan adiknya mengadu nasib di dunia luar. Seorang diri. “Bagaimana dengan informasi yang diberikan Chika? Apakah dia berbohong?” Mark be

  • Cinta Seorang Pengasuh    Menanggung Dosa

    Chika menyeret langkahnya keluar kelas. Pada akhirnya, ia berhasil bertahan selama kelas hari itu. Bahkan, Ayana duduk tepat di sisinya. Gadis itu tidak menunjukkan aura permusuhan, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekarang, air mata Chika sudah sepenuhnya mengering, tetapi ingatan itu masih membekas dalam ingatannya. Sepanjang berjalan, pandangan Chika terus tertuju ke arah bawah. Ia berusaha mengabaikan komentar dan pembicaraan yang terang-terangan membahas dirinya.Hingga langkah perempuan itu berhenti saat melihat sepasang sepatu yang berdiri tepat di hadapannya. Perlahan, Chika mendongak. Ia sudah cemas akan menerima bullyan lagi, tetapi alisnya mengernyit saat ia justru menemukan wajah Cakra. Pria itu menatap lurus ke arahnya. Dia membuka bibirnya dan siap untuk mengatakan sesuatu, tetapi Chika lebih dahulu menyela. “Aku tahu,” ucapnya, “Aku tahu apa yang akan kamu ucapkan. Kamu akan memberiku peringatan akan pembalasan Mark dan memintaku untuk tidak menyaki

DMCA.com Protection Status