Beranda / Pernikahan / Cinta Sejati Suamiku / 15. Bercak Darah di Kemeja Kerja

Share

15. Bercak Darah di Kemeja Kerja

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Author

Bu Nadia sudah berada di ruang cuci rumah putranya yang baru saja jadi duda. Ada banyak pakaian yang belum dicuci. Tiga ember besar pakaian almarhum Hanin; menantunya, Gusti, Hilmi, dan juga beberapa potong baju Zia. Ah, bagaimana nasib gadis itu setelah di penjara? Batin Bu Nadia miris.

Ia sebenarnya tidak percaya begitu saja bahwa Zia-lah yang menyebabkan Hanin terpeleset di rumah. Karena sepanjang ia mengenal Zia, gadis itu selalu kerja dengan sangat baik. Memasak, menjaga Hilmi, dan juga mengurus rumah. Namun, Gusti bersikeras mengatakan Zia adalah pelakunya, sehingga ia sebagai ibu, mau tidak mau akhirnya percaya dengan Gusti.

"Kenapa, Ma?" tanya Gusti yang baru saja keluar kamar dan langsung ke belakang menghampiri Bu Nadia.

"Ini loh, pakaian kamu banyak sekali. Masa Mama yang nyuci, dibawa ke laundry-an aja, Gusti. Harusnya kemarin itu, Zia jangan langsung disuruh keluar dari rumah ini. Ck, lihat baju-baju ini banyak sekali," omel Bu Nadia sambil menggelengkan kep
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sejati Suamiku   16. Gusti Disidang

    "Gusti, kamu dipanggil mama!" Suara Pak Mus membuat dua lelaki dewasa menoleh serentak ke arah pagar. Kening Desta mengerut saat memperhatikan wajah papanya yang seperti menahan marah. Rahang pria dewasa itu mengeras dan menatap dua putranya dengan begitu lekat."Saya juga dipanggil gak, Pa?" tanya Desta yang ikut berdiri juga. "Nggak, ini khusus urusan duda nyeleneh kayak mas kamu ini! Udah, cepat, Gusti, keburu rumah kamu dibakar mama!""Waduh, rumah siapa yang kebakaran?" sela Rani alias Zia yang datang sambil memegang sapu. "Sebentar, saya ambil ember! ""Rani, apa yang mau kamu lakukan?" tanya Desta sambil menahan tawa. "Ambil ember bantuin memadamkan api beneran kan? Kalau api asmara saya gak tahu cara memadamkannya, hi hi hi.... " Rani melirik Gusti dengan sengaja. Ia memainkan bibir sambil menggigit manja di depan Gusti yang mencebik. "Gusti, cepat!" Pekik Pak Mus tak sabar. Gusti berbalik, lalu berjalan ke arah pagar. "Kuy, Pak Desta, kita bantuin padamkan api!" "Ya amp

  • Cinta Sejati Suamiku   17. Daya Pikat Rani

    "Rani, katakan yang jujur, Mas Gusti tidur sama kamu?" tanya Desta tak sabar. Namun, jangan panggil ia Zia, kalau tidak bisa berkelit. "Apa menurut Pak Desta, Mas Gusti mau tidur sama saya? Kalau begitu, kenapa saya harus dikirim ke penjara? Mas Gusti gak akan menyentuh saya, Pak. Lagian Bapak tadi gak dengar kalau Mas Gusti bilang, dia tidur sama wanita malam. Duh, saya bingung sama keluarga suami saya. Udah, ah, saya mau ke rumah Pak Desta saja." Desta belum lagi sempat menjawab sanggahan Rani, wanita itu sudah tidak ada di hadapannya dan kini tengah berjalan begitu cepat menuju rumahnya. Desta yang tidak mau ikut campur secara langsung pada urusan Gusti, hanya bisa tersenyum simpul. Ada banyak yang harus ia selesaikan setelah kakak iparnya meninggal, termasuk melindungi Zia dari Gusti yang semena-mena. Kembali ke dalam rumah. Baju kemeja dengan bercak darah tadi, kini sudah ada di tangan Gusti. Ia memandangi terus noda itu dengan mata yang sayu. Kenapa ia bisa sampai terjerumus

  • Cinta Sejati Suamiku   18. Operasi Pengangkatan Tompel

    ["Halo, Desta, apa kamu ada waktu siang ini? Temani aku ke kantor polisi."]["Mau apa, Mas? Mau menjarain siapa lagi? Rani?"]["Ish, bukan, aku mau konfirmasi ke kantor polisi, karena dari informan yang aku suruh, mengatakan bahwa Zia sudah dibebaskan dengan jaminan oleh seseorang, tepat di hari yang sama saat ia keluar dari rumah ini."]["Untuk apa konfirmasi? Orang Zia udah dibebaskan, kenapa Mas perlu konfirmasi? Penyelidikan tetap berlangsung walau Zia ga di rumah Mas lagi. Nanti juga di datang saat dimintai keterangan. Lagian, setahu saya Mas gak peduli dengan Zia. Sudah, biarkan saja dia pergi."]["Aku sih gak peduli dengan Zia, Des. Yang bikin aku penasaran itu, siapa lelaki yang membebaskan Zia. Bayar jaminan uangnya gak seratus dua ratus. Bisa puluhan juta kalau berurusan sama polisi. Berarti bukan orang sembarangan."]["Ya, terus? Mas bukannya gak peduli sama istri muda Mas itu. Udahlah, mungkin, diam-diam ada hot daddy yang senang sama Zia atau ada berondong yang bucin deng

  • Cinta Sejati Suamiku   19. Pria Setengah Duda

    POV Zia alias Rani"Apa-apaan, Mas Gusti? Aneh sekali tiba-tiba minta ditemani makan. Sama Mbak Hanin saja gak begitu amat. Mungkin saat mereka berdua iya, aku percaya. Lah, ini, dengan orang lain yang baru dikenal, sudah sok ngatur mintanya banyak. Masa gara-gara tidur bersama jadi sok ngatur. Ya ampun, mesum sekali ternyata suami jadi-jadianku itu!" Sekilas aku melirik pintu kamar. Berharap ia tidak mendobrak masuk dan kembali menyerangku. Walau tidak apa-apaan sebenarnya karena aku masih istrinya, tetapi tetap saja, Mas Gusti menganggapku pembantu Pak Desta. Orang lain yang tidur bersama. Tok! Tok! "Duh! Apa lagi ini orang?" aku menelan ludah sambil meraba dada yang berdebar karena pintu diketuk tiba-tiba olehnya. Lekas aku turun dari tempat tidur dan berjalan untuk membukakan pintu. "Ada apa, Pak?" tanyaku tanpa senyuman. "Mm... kamu gak ngapain gitu di luar?" "Hah? Ngapain apa?" aku menganga tidak mengerti maksud ucapannya yang absurd. "Koprol, kayang, yoga, pilates? Apa?!"

  • Cinta Sejati Suamiku   20. Tertangkap Basah

    "Zia, lihat saya!" Tentu saja aku menggeleng. Aku tidak berani mengangkat wajah karena tompel waterproof yang pasti terlihat oleh Mas Gusti nantinya. "Ayo!" Mas Gusti menarikku jauh dari makam Mbak Hanin. Kaki ini terserat-seret, hingga tersandung. "Aduh!" Aku memekik karena batu besar beradu dengan mata kakiku. Mas Gusti berhenti menarik tanganku, lalu menatapku dengan sorot tajam. Aku meringis sambil menutupi tompel dengan buku yasin. "Pelan-pelan, Mas, kaki saya sakit," kataku. Mas Gusti semakin terbelalak. "Suara kamu mirip pembantu Desta." Sekarang ganti aku yang melotot. Baru satu minggu bersuara sebagai Rani, aku sampai lupa suara Zia seperti apa. Benar-benar bodoh! Belum lagi baju yang aku pakai adalah baju yang pastinya dikenali oleh Mas Gusti. Pasti hal ini yang membuatnya terkejut dengan memanggilku Zia. "Siapa? Pak Desta? Memangnya Pak Desta punya pembantu? Saya gak tahu. Udah, Mas, lepasin tangan saya. Saya mau pulang. Saya ke sini cuma ziarah aja. Bukan mau mengga

  • Cinta Sejati Suamiku   21. Dinikahkan

    "Mohon maaf, Pak Gusti. Ini memang bukan urusan saya sebagai pribadi, tapi saya harus konfirmasi hal ini karena saya aparat lingkungan. Saya turut prihatin atas meninggalnya Bu Hanin. Baru kemarin juga kita tahlilan tiga hari almarhumah. Hari ini saya dan bendahara RT melihat adegan tidak pantas yang dilakukan Pak Gusti dan pembantu Pak Desta. Saya barusan mengirimkan pesan pada Pak Desta untuk segera ke sini dan menyelesaikan masalah ini. Dua orang dewasa berciuman di rumah yang sepi, tanpa ikatan sah. Ditambah prianya baru saja menduda. Ini akan menimbulkan fitnah bagi Pak Gusti dan Mbak Rani." Aku menelan ludah mendengar teguran dari Pak RT tempat kami tinggal. Tidak berani kepala ini terangkat sedikit saja, karena rasa malu yang teramat sangat. "Pak, itu kakinya Mbak Rani terluka dan saya mau mengantar ke kamarnya. Terus kaki saya tersandung karpet, lalu.... ""Terjadi hal yang tidak pantas. Begini, Pak Gusti. Bagaimana kalau Pak Gusti menikahi Mbak Rani?""Apa?!" Pekikku dan Ma

  • Cinta Sejati Suamiku   22. Malam Pernikahan Siri

    POV Gusti. Aku bolak-balik berjalan di kamar. Sebentar lagi, sehabis salat Isya, akan dilangsungkan pernikahan siriku dengan Rani. Sebenarnya aku juga tidak ingin seperti ini, karena hatiku masih berat dengan Hanin, tapi kecelakaan demi kecelakaan mesum, terus saja kulewati bersama Rani, hingga akhirnya hari ini, mau tidak mau, aku harus menikahinya. Kuraba cincin yang kusimpan di saku celana bahan. Cincin ini lebih kecil dari milik Hanin yang biasa aku belikan. Mungkin ukurannya sama dengan jari manis Zia. Ah, wanita itu entah berada di mana sekarang? Biarlah, urusan ini ku bereskan satu-satu, baru aku mengurus Zia. Kring! Aku menoleh saat ponsel berdering di atas ranjang. Aku menggigit bibir saat tahu kontak siapa yang muncul di sana. Pasti mama akan memarahiku habis-habisan perkara malam ini. Desta biang rumpi yang sama sekali tidak bisa disogok transferan. Pasti Desta yang telah memberitahu mamanya. Mama"Halo, assalamu'alaikum, ya, Ma.""Wa'alaykumussalam. Dah, langsung saj

  • Cinta Sejati Suamiku   23. Mencari Keberadaan Rani

    "Tega sekali kamu, Gusti. Kuburan Hanin belum juga kering, tapi kamu malah mau menikah lagi. Apa yang ada di kepala kamu sebenarnya? Apakah ini aslinya menantu kesayangan kami? Suami yang selalu dibanggakan Hanin. Sampai-sampai ia menikahkan kamu dengan karyawannya sendiri. Bisa kamu bayangkan berapa besarnya cinta almarhumah untuk kamu, Gusti, tapi kamu malah begitu cepat berpaling. Sungguh tega kamu, tega!" Pekik Bu Isti; ibu dari almarhumah istriku. Jari telunjuknya ia tunjuk ke dada ini hingga sedikit terasa sakit. Aku salah, sakit ini memang tidaklah seberapa dibanding kekecewaan keluarga Hanin. "Tahan dulu, Bu, Pak, ayo, kita selesaikan ini di dalam rumah Gusti. Lihat warga semua sudah keluar dan menonton kita. Ayo, kita selesaikan di dalam. Lagian, Gusti belum jadi menikah karena wanitanya pergi." Pak RT menengahi. Kami semua dipaksa masuk oleh beliau ke dalam rumahku. Ada beberapa aparat lingkungan selain Pak RT. Ada juga ibu-ibu tetangga yang tadi hadir saat akan melihatku

Bab terbaru

  • Cinta Sejati Suamiku   56. Malam Pengantin

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali," bisik Galih; menghentikan gerakan tangannya. Melepas keintiman ciuman itu sesaat untuk menatap lekat sangat Istri yang wajahnya sudah bersemu merah. Ditambah riasan bibir yang sudah amat berantakan karena ulahnya. Mata Dia pun berkaca-kaca. Berada dalam kamar pengantin sangat bagus bersama dengan lelaki yang selalu ia cintai sepanjang hidupnya, tentu saja tidak berani ia mimpikan, tetapi kali ini, kenyataan manis sedang ia hadapan bersama sang pujaan hati. "Terima kasih sudah berusaha sejauh ini untuk kebahagiaan saya dan anak-anak," balas Zia sambil menunduk. Tetes air matanya jatuh tepat di punggung tanganku Gusti. Pria ia mengangkat dagu Zia dengan lembut. Menghapus air mata di pipi istrinya dengan bibirnya. Bergantian, kanan dan kiri. Suasana baru itu hanya sesaat, karena kemudian Gusti sudah menghujani Zia dengan ciuman. Ciuman kali ini berbeda dari ciuman yang pernah mereka lakukan sebelumnya, bahkan dalam gairah yang meluap-luap. C

  • Cinta Sejati Suamiku   55. Malam Panjang Desta

    Pov Desta"Mbak kapan sampai? Mana Mas Gusti? Hilmi gak ikut?" tanyaku pada wanita yang sedang duduk di ruang tengah rumahku.Hari ini memang Mas Gusti berencana datang ke Jogja untuk urusan pekerjaan. Ada proyek yang harus ia pantau untuk beberapa hari di sekitar Jogya. Tentu saja aku tidak keberatan jika Mas Gusti menginap di rumahku, apalagi aku sudah lama tidak berbincang dengannya. Namun aku tidak tahu kalau Mas Gusti ke rumah bersama Mbak Hanin. Pria itu sama sekali tidak memberitahu perihal Mbak Hanin yang turut serta."Satu jam yang lalu. Aku bawa makanan tuh! Kata Mas Gusti, kamu jarang masak, makanya dari rumah udah aku masakin, tinggal dipanaskan saja," jawab Mbak Hanin sambil tersenyum manis. Senyuman yang selalu membuat hati ini berdebar. Aku tahu tidak boleh ada debar di jantung ini terhadap Mbak Hanin, tetapi aku tidak bisa menahannya. Dari pada jantungku tidak berdebar, malah lebih repot lagi."Terima kasih, Mbak, saya mau mandi dulu baru makan ya." Tanpa menunggu bala

  • Cinta Sejati Suamiku   54. Hari Pernikahan

    Semua berkas sudah diurus oleh keduanya. Tanggal pun sudah didapatkan untuk melaksanakan hari bahagia antara Zia dan Gusti. Persiapan pun mulai dikerjakan dengan benar-benar mengerahkan bantuan dari sanak-saudara. Wedding organizer ter-the best juga sudah dipesan Gusti. Ia memang sudah berjanji akan memberikan pernikahan terbaik untuk Zia. Sebagai penebus dosa masa lalu yang sangat berat.Zia yang awalnya menolak karena menurutnya semua terlalu mewah, sedangkan kehidupan pernikahan itu panjang. Ia ingin Gusti sedikit berhemat, tetapi Gusti menolak. Undangan sedang di design dan akan dicetak sebanyak lima ratus lembar. Belum lagi undangan virtual bagi saudara yang jauh dan kiranya tidak bisa dikunjungi untuk diberikan undangan.Mungkin akan ada sekitar seribu undangan yang akan hadir nanti."Zia, sini sebentar!" Panggil Gusti saat Zia tengah berada di ruang makan. Menata makan sore untuk keluarganya. Bik Desi pulang lebih awal karena tidak enak badan, sehingga tidak bisa membantunya s

  • Cinta Sejati Suamiku   53. Bucin Akut

    Zia yang tidak diperbolehkan keluar dari kamar, akhirnya memutuskan mandi untuk menyegarkan tubuh dan kepalanya. Baju daster lama favorit ia pakai walau sudah sobek bagian ketiak. Ia merasa tidak perlu khawatir akan pakaian itu karena tidak mungkin juga ia mau mengangkat tangan sampai kelihatan ketiaknya. Suara riuh-ramai di luar kamar menandakan anak-anak sudah pulang dari sekolah. Mungkin mereka sudah langsung bercengkerama dengan Desta, sedangkan ia masih dipingit di kamar.Menurutnya Gusti terlalu lebay dengan melarangnya bertemu Desta tanpa ditemani dirinya. Padahal jika ingin jujur, ia pun rindu pada Desta. Bukan rindu layaknya pasangan lawan jenis, tetapi rindu sebagai saudara. Zia pun akhirnya tertidur setelah lama menunggu di atas kasur. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah pulang dan langsung masuk ke dalam kamar. Ia berbaring terlentang dengan kedua tangan berada di atas kepala, hingga terlihatlah lubang pada baju dasternya, tepat di bagian ketiak. Gusti terkekeh.

  • Cinta Sejati Suamiku   52. Kedatangan Desta

    "Alhamdulillah, Mama senang lihat kamu dan Gusti sudah akur," kata Bu Nadia sambil mengusap rambut Zia. "Maafkan Gusti atas kesalahannya yang dulu. Mama saat mengetahui Hanin dan Desta... " Bu Nadia tak sanggup meneruskan ucapannya. "Sudah, Ma, jangan diingat lagi ya. Mbak Hanin juga sudah tiada. Kasihan jika kita terus saja mengingat hal buruk tentang Mbak Hanin, padahal almarhumah melakukan itu karena rasa cintanya yang luar biasa pada Pak Gusti. Saya mengerti sekali posisi Mbak Hanin yang merasa serba salah." Tanpa terasa, air bening sudah menggenang di pelupuk matanya. Bagi seorang Zia, Hanin adalah layaknya kakak, ibu, yang tidak akan pernah tergantikan posisinya. Ia menyayangi Mbak Hanin seperti saudara sendiri. Jadi apapun yang dikatakan orang tentang wanita itu, Zia sudah tutup mata. Hanin adalah pribadi yang baik, hanya saja ia menghalalkan segala cara untuk menyenangkan hati suaminya. "Mungkin ini takdir. Mama berkali-kali bilang begitu sama Gusti. Dua belas tahun merek

  • Cinta Sejati Suamiku   51. Pengantin Lama, Rasa Baru (21+)

    "Saya belum mengantuk. Bagaimana kalau kita diskusi tentang pernikahan saja?" tanya Gusti saat mereka sudah berbaring di ranjang. Zia menoleh dengan tatapan bingung. Pernikahan apa lagi? Kenapa ia tidak pernah bisa memahami apa maksudnya Gusti? "Pernikahan siapa, Pak?" tanya Zia. Wanita itu menoleh ke samping dengan datar. "Pernikahan kita.""Maksudnya?" Zia semakin tidak paham. "Saya ingin kita menikah kembali secara resmi. Biar punya buku nikah dan anak-anak juga memiliki akte lahir." Zia terdiam. Perasaanya campur aduk antara senang dan juga bimbang. Ia belum yakin sepenuhnya bahwa Gusti sudah berubah. Bisa saja lelaki di sampingnya ini sedang merencanakan sesuatu. "Kenapa, gak mau ya?" tanya Gusti yang kini sudah berbaring miring menatap Zia. "Lurus aja tidurannya bisa gak, Pak?" Zia mendorong Gusti hingga lelaki itu tidur kembali dengan posisi lurus menatap langit-langit kamar. Pria itu tertawa, tetapi ia menurut. Posisinya kembali seperti semula. "Zia, saya serius. Saya ma

  • Cinta Sejati Suamiku   50. Kedatangan Mertua

    Pukul setengah tujuh pagi, anak-anak berangkat sekolah dengan diantar oleh Gusti. Semuanya sarapan dengan penuh suka cita karena pagi ini, pagi pertama bagi Zia menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Ada roti bakar, sosis, dan juga baso bakar. Ada juga nasi goreng ikan teri, jus buah, dan juga susu untuk Gina. Gina lebih suka susu jika pagi hari, dibandingkan dengan segelas jus. Tentu saja ia tidak mengerjakannya sendirian, ada Bik Desi yang membantunya memasak. Wanita setengah baya itu sangat baik dan juga lemah lembut saat bertutur kata. Pantas saja Gusti mempercayakan kunci rumah pada wanita itu."Biar saya yang cuci piring, Bu. Kata bapak, Ibu hanya boleh di dapur saat bikin sarapan saja. Untuk makan siang dan pekerjaan rumah lainnya biar saya yang kerjakan. Ibu tenang saja, saya gak merasa kerepotan karena sudah terbiasa sejak muda." Bik Desi menahan tangan Zia, saat wanita itu sudah memegang sponge cuci piring. "Gak papa, Bik, saya bingung kalau gak ngapa-ngapain ma

  • Cinta Sejati Suamiku   49. Sebuah Rahasia

    "Ada rahasia apa, Pak? dan kenapa harus diceritakan pada saya?" Zia masih menatap suaminya dengan penuh tanda tanya. "Sebelumnya saya mau minta maaf sama kamu, karena sudah menuduh kamu penyebab Hanin terpeleset dan akhirnya menjnggal." Gusti kembali menarik napas. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata jika sudah berhubungan dengan Hanin. "Padahal, bukan salah kamu. Hilmi yang bermain kain pel sehingga Hanin terpeleset. Hilmi juga saat itu tidak sengaja karena ia berniat membantu kamu katanya. Saya dapat ceritanya dari Hilmi dua tahun setelah kamu pergi, saat kami berziarah ke makam Hanin. Maafkan saya, Zia. Kamu terlalu sayang dengan Hilmi sehingga menutupi kejadian yang sebenarnya padahal kamu juga dibuat susah oleh saya." Air mata Gusti akhirnya tumpah. Pria dewasa itu meraih tangan Zia untuk ia genggam erat. Zia menarik tangannya dengan kuat, tetapi tidak bisa. Gusti menggenggamnya benar-benar erat. Zia pun ikut berkaca-kaca. Akhirnya, Tuhan membuka sendiri tabir kenyat

  • Cinta Sejati Suamiku   48. Kenyataan yang Diungkap Gusti

    Bertahun-tahun sejak Hanin meninggal, baru kali ini lagi ranjangnya ada orang lain selain dirinya. Suara napas Zia yang turun naik dengan teratur membuat Gusti tersenyum. Bisa-bisanya Zia pulas padahal di sampingnya ada buaya. Gusti yang awalnya berbaring miring memunggungi Zia, kini sudah berbalik menatap istrinya tanpa berkedip. Dengan bertumpu pada siku, Gusti meletakkan kepalanya di telapak tangan. Menatap Zia dengan berjuta perasaan di hatinya. Kembali Gusti menghela napas sambil memperhatikan wajah Zia yang sebenarnya manis, tetapi kulitnya saja yang gelap. Bukan karena dasar kulitnya gelap, tetapi karena terbakar sinar matahari. Puas melihat Zia, Gusti merapikan selimut istrinya yang sempat melorot hingga perut. Setelah dirasa nyaman dan pas, Gusti pun ikut berbaring telentang; bersiap untuk menikmati malam bersama dengan istrinya. Pukul setengah lima pagi, Zia terbangun. Suara senandung sholawat dari pegeras suara di masjid, membuat Zia membuka matanya perlahan. Rasanya ini

DMCA.com Protection Status