Sinta mencari kartu identitas laki-laki itu tidak butuh waktu yang lama dia menemukan apa yang dia cari.
"Roni Wilantara Chan." Sinta menyebutkan nama yang tertera di kartu nama yang ditemukannya.
Sinta menunjukkan sebuah kartu nama dari perusahaan King Mansion Grup atas nama Roni Wilantara Chan kepada Luna, dia menyuruh Luna untuk segera menghubungi nomor yang tertera di kartu nama itu.
Luna mengamati kartu nama perusahaan itu, dia sepertinya sudah tidak asing mendengar nama perusahaan King Mansion Grup.
Beberapa menit kemudian dia ingat nama perusahaan itu, sebuah perusahaan yang selalu menjadi tranding pertama di majalah sebagai perusahaan terbesar edisi tahun ini yang memiliki cabang di luar negeri.
" Luna, cepat telep
Siang itu sang mentari tampak cemberut, bermuram durja. Sang mentari yang tadinya tampil gagah perkasa, pelan-pelan bersembunyi di balik awan yang mulai berubah menjadi gelap.Hujan pun turun lebat, tak terelakkan. Membasahi bumi yang tampak gersang seperti bunga yang tak terawat, dibiarkan mengering begitu saja.Di dalam restoran, Sinta dan Luna serta rekan-rekan kerjanya masih sibuk melayani pengunjung yang datang. Hujan yang deras membuat para pengunjung makin betah berlama-lamaan menikmati menu makanan mereka, rasanya mereka enggan beranjak dari tempat duduknya." Lun, sepertinya pengunjungnya makin rame mungkin hari ini kita tidak bisa datang ke rumah sakit," ucap Sinta setengah berbisik kepada Luna." Iya, Sint. Tumben ya hari ini pengunjung restoran kita terus berdatangan, tapi nanti aku coba izin sama Ayah."Sinta hanya mengangguk pelan, lalu dia berlalu dari hadapan Luna. Mereka berdua melanjutkan pekerjaan masing-masing, yang mana Luna be
Marco hanya tertunduk mendengar kata-kata Roni itu, dia beranjak dari tempat duduknya. Pemuda itu melihat keluar gedung rumah sakit dengan pandangan yang hampa.
Marco meminta maaf atas tindakan cerobohnya kepada Detektive Lucas, sang detektive pun memaklumi tindakan Marco tersebut.Mereka berempat mengatur sebuah strategi yang jitu agar rencana mereka berhasil, dengan menggabungkan hasil diskusi sebelumnya mereka pun sepakat untuk tidak menunda rencana tersebut.Sesuai dengan rencana yang telah mereka susun agar Marco bisa berbicara dengan Louisa tanpa diketahui oleh siapa pun, maka Roni dan Jons akan berus
Roni dan adik Maggie yang akan memperhatikan Ricard, sementara tugas Maggie mengajak Louisa ke suatu tempat yang mana Marco menunggu kedatangannya.Maggie setuju dengan rencana Detective Lucas dia dengan senang hati membantu Marco agar bisa bertemu lagi dengan Louisa. Tentu saja, Maggie bahagia jika kedua sahabatnya itu bisa kembali bersama seperti dulu.Maggie mengatakan syarat yang diharuskan tamu yang datang ke resepsi pernikahan, yaitu menggunakan setelan jas, dia melirik Roni yang kalah itu hanya memakai kaos.Detective Lucas yang mengerti maksud Maggie dengan cepat dia melepas jas yang dipakainya, lalu menyuruh Roni untuk memakainya." Lebih baik kita segera masuk, acaranya akan segera dimulai," ucapnya melihat jam di ponselnya." Let's go," ucap Roni yang telah memakai jas Detective Lucas yang pas di badannya.Mereka pun masuk ke gedung resepsi itu tanpa mengalami hambatan, sementara kedua detective itu akan menunggu di dalam mo
" Louisa, ini aku." Louisa terdiam mendengar suara itu, suara yang sungguh familiar di telinganya. Suara yang selalu menyapa di pagi harinya, suara yang dirindukannya. Jantungnya berdetak kencang, aliran darahnya mengalir deras menjalar di setiap nadi-nadinya. Louisa membalikkan badannya, matanya menatap sesosok tubuh kekar dengan rupa yang rupawan. " Marco ..." ucapnya lirih. " Iya Louisa, lama tidak berjumpa" Keempat mata itu saling menatap satu sama lain, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Tatapan itu seolah-olah telah menyampaikan segala ungkapan yang ada di hati mereka, Marco berjalan lebih dekat lagi dengan Louisa. Pemuda itu memeluk tubuh Louisa dalam dekapan tubuhnya yang berotot, gadis itu tak kuasa untuk menolak pelukan hangat darinya. " Aku sangat merindukanmu, Louisa." Bisiknya di daun telinga gadis itu. Marco secara pelan-pelan melonggarkan pelukannya, dia menatap Louisa da
" Louisa, batalkan pernikahan itu dan menikahlah dengan-ku?"Louisa menatap Marco dengan butiran bening yang mengenang di matanya, dia melepaskan tangan Marco yang sedari tadi terus menggenggam erat tangannya.Louisa mengatakan jika dia tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Arthur, kalimat penolakan itu seperti sebuah belati tajam yang mengiris-iris hati pemuda itu.Louisa mengerti apa yang dirasakan oleh Marco karena itu dia menjelaskan alasannya yang tidak bisa membatalkan pernikahannya dengan Arthur Barnet." Keluargaku berhutang budi dengannya."" Apa yang telah dia lakukan sehingga kamu dan keluargamu berhutang budi dengannya."Louisa memalingkan mukanya, hatinya sungguh tak sanggup melihat kesedihan yang terpancar di mata orang yang dikasihinya itu.Dia menjelaskan lebih lanjut, ketika Marco mengajaknya ikut bersamanya ke Indonesia untuk mengelola perusahaan keluarganya.Kala itu Louisa setuju ikut bersamanya, ta
Arthur pun segera pergi setelah melamar Louisa kepada orang tuanya, dia sudah tahu jawaban yang akan diterimanya nanti. Arthur seseorang yang sangat percaya diri dan penuh pertimbangan, dia yang telah banyak membantu keluarga Harshel tentu saja keluarga itu akan merasa berhutang budi kepadanya.Lagi pula, Ibu Louisa sangat senang ketika Arthur melamar putrinya. Bagi sang ibu, selain Arthur orang yang kaya raya, dia juga merupakan anak dari sahabat baiknya." Orang tua mana yang tidak menginginkan menantu seperti Arthur, dia sudah tampan, cerdas dan seorang konglomerat," ucap ibu Louisa yang membanggakan Arthur dih
Tiba-tiba langit yang tadinya cerah mulai berubah gelap, selang beberapa menit hujan turun begitu lebatnya.Suasana kapal yang sepi nan dingin, disertai hujan deras yang seolah-olah mewakili perasaan semua insan yang berduka pada hari itu sehingga hujan itu terasa enggan untuk berhenti.Pemuda itu masih berdiri di atas kapal, sendiri ditengah gelapnya malam serta derasnya air hujan yang terus membasahi tubuhnya.Keinginan pemuda itu untuk berlayar berdua dengan sang kekasih pupus sudah, hatinya menjadi gunda-gulana.Di tangannya masih menggenggam erat sebuah kotak cincin, tadinya dia berniat melamar Louisa ketika kapal telah berlayar di lautan.Dia telah mempersiapkan sebuah makan malam romantis, serta dia akan menyanyikan sebuah lagu yang akan dipersembahkan untuk meminta Louisa agar mau hidup bersamanya.Marco bertanya-tanya apa yang membuat Louisa tidak da