Tuan Alexander memasuki ruangan, ia duduk tepat dihadapan tuan Harjono yang tangannya terikat, ia memandangi wajah tua itu tak ada yang berubah hanya keriput di wajahnya yang menandakan bahwa mereka memang sudah menjadi tua.
"Kau untuk apa kesini apa kau bersekongkol dengan putramu untuk mencelakaiku?" Tanya tuan Harjono.
"Bertaubatlah Harjono inilah yang membuat kau tidak bisa mengembangkan perusahaanmu, selalu berpikir negatif dan iri kepada temanmu," Jawab Tuan Alexander karena memang ia tidak bersekongkol melawannya.
Tuan Alexander mengingatkan mereka sudah lama menjadi teman perjuangan dalam bisnis, walau tuan Alexander sempat bangkrut bisnisnya tapi, bisnis itu bisa dilanjutkan sampai sekarang oleh Sabian putranya, seharusnya dalam waktu yang tidak singkat ini tuan Harjono bisa belajar bagaimana bisa menaikkan kualitas produk atau cara pemasaran yang bagus agar produk disukai masyarakat luas.
"
Tuan Alexander menghela nafasnya, sejenak ia menatap putra keduanya yang duduk diam memperhatikan obrolan kedua orang tua yang sudah lama saling kenal itu, Beliau lalu menatap ke arah Tuan Harjono yang merupakan teman lamanya."Kau tahu Harjono, perilaku anak itu mencontoh orang tuanya, keberhasilan mereka merupakan hasil didikan dari orang tuanya, jadi jangan salahkan keturunanmu yang tidak berhasil karena semua itu adalah hasil dari apa yang kau tanam sewaktu muda," Jawab tuan Alexander sambil tersenyum."Hahaha, Alexander apa kau mengejekku, kau berkata seolah aku ini orang yang buruk dalam mendidik anak-anakku?' Tanya tuan Harjono sembari tertawa.Tuan Alexander menggelengkan kepalanya, sama sekali di dalam pikirannya untuk meledek tuan Harjono yang anak-anaknya tidak memiliki prestasi atau pencapaian di usia yang sudah tidak muda lagi, mereka hanya menjadi boneka orang tuanya semata, beliau hanya ingin Tuan Harjono
Sabian tersenyum kecut melihat orang tua yang ada di hadapannya ini seakan tidak percaya dengan kehidupan yang dia alami waktu itu, setidaknya semua itu untuk pengalaman yang akan dia ajarkan untuk anak cucunya kelak."Tuan Harjono kami berdua bertahan hidup dengan menjadi pelayan di restoran kala itu kami tidak punya uang sepeserpun kami mengamen di jalanan, hingga mendapatkan uang untuk makan," Jawab Sabian sambil mengenang masa lalunya yang suram."Kau dengar Harjono kemewahan dan kekuasaan yang di dapat kedua putraku adalah hasil kerja keras mereka sendiri, aku hanya punya ilmu yang bisa di transfer ke mereka," ucap Tuan Alexander.Tuan Harjono masih tidak percaya, bagaimana bisa seperti itu, dia selalu berpikir ketenaran, kekuasaan, kemewahan yang di dapat di usia muda itu adalah karena bantuan dari para orang tua yang sudah mempunyai banyak uang, mereka para tuan muda dimanjakan dengan harta orang tua sehingga apap
Sabian melihat ke arah putranya memperlihatkan tatapan mematikan agar Bima tidak sembaranagn bicara kepada orang tua, dia harus sopan kepada orang yang lebih tua walaupnn tidak menyukai sikapnya yang keji."Bima apa yang kamu lakukan di sini, bukankah tadi ayah bilang kamu tunggu ayah di ruang presdir?" Tanya Sabian kepada putra sulungnya."Aku rindu ayah, lagian kenapa lama sekali berada di ruangan ini hanya karena ada kakek tua gila ini?" Bima membalikkan pertanyaan.Sabian menghela nafas, mempunyai anak yang kelewat cerdas seperti ini membuatnya kalang kabut dan kadang harus menahan segala emosi yang membelengggu di dalam jiwa, ia mendekati Bima dan menggendongnya."Namanya kakek Harjono, beri hormat kepadanya," Sabian memerintahkan Bima untuk memberikan salam hormat pada tuan Harjono."Selamat siang kakek Harjono, perkenalkan nama saya Bima Alexander aku anaknya ayah Sabian,
Sabian menatap tajam tuan Harjono yang tertunduk lemas dan wajahnya menjadi pucat pasi itu, mungkin semua emosinya sedang tertumpuk di hatinya, melihat semua teman-temannya mempunyai putra yang sangat berbakti atau bahagia di masa tuanya. membuatnya iri dengki dan menyusun strategi untuk membuat seolah mereka mempunyai siasat buruk di balik kesuksesan mereka, hingga tuan Harjono memprovokasi sebagian pengusaha untuk membenci orang-orang yang sedang naik ekonominya."Bahkan kau tidak merasa kasihan pada orang tua sepertiku ini Sabian, apakah aku akan membusuk di penjara dengan putraku?" Tanya tuan Harjono dengan wajah yang pucat pasi."Aku sungguh kasihan sekali padamu tuan Harjono tetapi, jika aku tidak memberimu efek jera kau akan terus melakukan kejahatan," Jawab Sabian tegas."Harjono maafkan putraku, dia hanya ingin memberikan efek jera kepadamu agar di kemudian hari kau tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lag
Sabian terlihat panik melihat ada dasar segar mengucur dari balik baju Kirana, wajahnya terlihat ketakutan dan pucat pasi, ia khawatir terjadi apa-apa dengan Kirana istri tercintanya."Sayang, tenanglah sedikit, aku tidak apa-apa, jangan berteriak seperti itu apa kau mau karyawanmu mendengar teriakanmu itu?" tanya Kirana dengan lembut."Tidak apa-apa bagaimana, lihatlah darah ini?" Sabian menunjuk darah yang mengalis cukup banyak dari balik baju Kirana.Kirana menjelaskan bahwa darah itu adalah siklus bulanannya jadi Sabian tidak perlu panik, yang dibutuhkan Kirana saat ini adalah pembalut dan baju baru, karena bajunya sudah terkena noda darah jadi tidak mungkin untuk di pakai keluar ruangan.Mendengar Kirana mengatakan bahwa itu adalah darah Haid, Sabian cukup lega tetapi mendadak raut wajahnya menjadi suram, sudah jarang sekali bisa menyentuh sang istri sekali bisa berduaan malah datang bulan itu mengakibatkan d
Sabian mendengus kesal karena tidak bisa mengungkapkan dengan jelas apa maksud hatinya, Mike semakin kebingungan karena mengetahui sang bos tidak dalam suasana hati yang baik, Hanna pun ikut mencerna apa yang di maksud oleh atasannya itu."Mike, mungkin yang di maksud presdir adalah dia sedang ingin melakukan hal itu tapi nyonya sedang datang bulan, apa yang kau biasa lakukan?" Bisik Hanna.Mike mengerti dan mengangkat jempolnya ke arah Hanna, "Cobalah mengalihkan pikiran presdir ke hal positif lainnya, karena ini sedang berada di kantor jadi anda bisa cek jadwal anda atau mengecek laporan keuangan perusahaan yang saya berikan ini,".Sabian mencoba mengehla nafas dan memusatkan pikirannya, ia meminta Mike kembali bekerja setelah mengucapkan terima kasih padanya. Sabian belum bisa meredakan hastar terpendamnya hal ini berdampak pada emsi yang tidak labil, hari ini sudah berapa karyawan terkena imbasnya, ia selalu marah se
Kirana mengatakan bahwa tempat di mana yang membuat mereka nyaman melakukan kegiatan bersama, Sabian semakin pusing dengan teka-teki yang di berikan oleh istri tercinta, bahkan ia tidak tahu harus mengendarahi mobil menuju mana."Kita kembali ke rumah Sabian, aku akan memanjakanmu di tempat pribadi milik kita berdua," jawab Kirana."Ke rumah? bagian rumah mana yang bisa membuatku bisa melupakan hasrat terpendamku ini kirana?" tanya Sabian yang kebingungan.Tempat pribadi yang sering mereka gunakan untuk menghabiskan watu bersama, mengobrol sepanjanng malam sampai lupa waktu, tempat yang sangat pribadi untuk melakukan hubungan suami istri, "Kira sudah sampai Sabian, ayo kemarilah aku akan membantumu membuka baju dan mandi,"Sabian mengumpat di hatinya karena kesal merasa di permainkan oleh Kirana, dia sedang datang bulan membawanya ke kamar pribadi dan melayaninya membuka serta memabntunya mandi
Kirana masih menikmati dekapan hangat dari sang suami, kenyamanan yang diberikan oleh Sabian membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi selain menikmati semua kebaikan yang di berikan oleh Sabain kepadanya."Kenapa aku tidak boleh membuatkan makanan untukmu Sabian, jika kau pelur aku terus seperti ini rasanya aku juga ingin waktu berhenti berputar sebentar agar aku bisa menikmati waktu bersamamu lebih lama," ucap Kirana yang hatinay berbunga-bunga."Jangan khwatir kirana apapun yang kau inginkan akan aku berikan untukmu selama aku mampu, kau sudah melayaniku sejak tadi, tidak usah memasak lagi, biarkan pada pelayan yang memasak untukku." Sabian memegang erat tangan Kirana.Kirana menurut apa yang di ucapkan oleh suaminya, ia menelpon bagian dapur agar mengirimkan makanan ke kamar untuk Sabian, sambil menunggu makanan datang mereka bercengkrama di bawah jendela sambil menikmati pemandangan bulan