Tuan Alexander menatap Kirana seolah memberikan kode untuk meminta persetujuan menceritakan awal pertemuan Sabian dan Kirana yang memang sulit unutk diceritakan dari awal.
"Aku tidak tahu pastinya mumpung ada menantuku di sini biar dia saja yang menceritakannya," jawab tuan Alexander.
"Kalau begitu dengarkan baik-baik aku bercerita aku tidak keberatan menceritakan awal pertemuan kami yang tidak di sengaja ini," ucap Kirana sambil tersenyum cantik.
Pasangan suami istri teman lama tuan Alexander mencengarkan cerita Kirana dari awal sampai akhir mereka terbawa suasana dengan apa yang di dengarnya, kadang mereka geram sehingag keluar kata-kata hinaan dan juga kadang mereka sedih mendengar penderitaan Kirana.
"Kau sungguh gadis yang malang Kirana, beruntung kau sudah mendapatkan apa yang menjadi milikmu kembali," ucap teman tuan Alexander.
"Lebih beruntung lagi aku memiliki keluarga d
Bima memandang beberapa lembar uang di tangan teman kakeknya yang kata beliau adalah hadiah untuknya, tangannya tidak sedikitpun ingin menyentuh hadiah itu, ia menggelengkan kepala dan tidak mau menerima uang itu dengan kaliamat penolakan yang angkuh."Aku tidak akan menerima uang itu, karena aku tidak kekurangan uang!""Hahah kau sungguh luar biasa tidak mau menerima uang ini, kami percaya kau tidak kekurangan uang sayang, tapi bisakah kau menerima ini sebagai hadiah?" tanya teman sang kakek.Sekali tidak mau Bima tetap pada pendiriannya pokoknya dia tetap kekeh kalau dia tidak kekurangan uang sehingga tidak mau menerima hadiah itu, bocah sekecil itu bisa mengatakan lebih baik untuk orang yang membutuhkan saja."Kakek bagaimana jika kau memberikan uang itu ke panti asuhan atau ke anak yang kurang mampu agar lebih berguna," ucap Bima yang membuat kaget kakeknya."Kau apakah sungg
Bima mengatakan kalau di film-film yang biasa ditonton para pelayan di rumahnya, seseorang yang selesai pergi berkencan akan meninggalkan tanda seperti bau parfum yang tidak seperti baisanya bekas lipstik ataupun tanda-tanda yang lainnya."Aku akan mengusir semua pelayan yang selalu bergosip di rumah ini," ucap Sabian denagn geram."Ayah kau tidak boleh mengusir mereka begitu saja tanpa mereka rumah ini akan kotor dan terbengkalai," jawab Bima dengan santainya.Entah siapa yang mengajari anak ini sehingag begitu pandai dalam berkata-kata, membuat Sabian selalu merasa terhibur ketika ada di dekatnya, Bima sungguh pandai membuat orang yang ada di sekitarnya merasa bahagia."Oke ayah tidak akan mengusri mereka sesuai instruksimu, kalau begitu ayo makan malam bersama, tapi ayah harus mandi dulu karena badan lengket," ucap Sabian."Bima tunggu di ruang makan bersama kakek,kalau lama B
Tuan Alexander mencoba mengingat ada dimana buku catatan itu, beliau hampir saja melupakan sebuah buku catatan yang biasa dibawa oleh mendiang istrinya, iya Rose memang sering membawa buku catatan karena ia seorang yang gampang lupa, buku catatan itu bahkan banyak sekali."Ayah jika tidak ada ya sudah kita bisa bertanya pada teman-teman mama yang sering ikut berdonasi untuk amal," ucap Sabian."Buku itu ada Sabian, kalau kau tidak percaya bisa mengikutiku ke ruang kerjaku dan mencari buku catatan mamamu," pinta tuan Alexander.Sepertinya tuan Alexander marah dengan ucapan Sabian mana mungkin beliau melupakan hal sekecil apapun tentang istrinya, Kirana, Sabian serta Bima mengikuti tuan Alexander ke ruang kerjanya disana mereka mencari rak berisi buku catatan tentang dana amal yang di tinggalkan oleh mendiang nyonya Rose."Buku catatan apa ini ya, kenapa ada foto ayah?" tanya Bima yang menemukan sebuah buku usang yang ada fotonya."Sepertinya itu buk
Sabian menginginkan sesuatu hal yang berbeda dalam hidupnay malam ini, entah kenapa ia tak tahan ingin melakukan malam penuh kenangan di ruang kerja sanga yah bersama sang istri tercinta."Sayang apa yang akan kamu lakukan di sini, lebih baik kita lakukan di kamar kita sendiri agar lebih aman kan?" tanya Kirana mencoba mengulur waktu."Aku ingin melakukannya di sini sayang, tidak apa-apa kakek tua itu pasti akan lama berada di kamar Bima," ucap Sabian terus menempel pada tubuh istrinya.Kirana tak mampu membujuk Sabian yang seperti orang kesetanan saat menginginkan hal yang sangat menyenangkan malam ini, satu persatu baju yang mereka kenakan tanggal dan berserakan di lantai, Sabian dengan semangat menyalurkan hasratnya pada sang istri."Sayang cepatlah sedikit, aku takut ayah akan datang lagi ke ruangan ini karena ini memang ruang pribadinya," ucap Kirana yang was-was."Tidak per
Joana menyamar sebagai petugas kebersihan sekolah rencananya adalah ingin mengerjai Bima anak dari sang mantan kekasih yang membuatnya terbakar cemburu, hatinya masih ingin merajut kasih dengan Sabian karena sekarang perusahaannya semakin besar anak yang di lahirkan dari perempuan lain harus di singkirkan karena bisa menjadi penghalang baginya."Sayang, kenapa perasaanku tak enak begini ya, seperti akan ada peristiwa yang akan terjadi," Kirana sangat khawatir."Berdoa saja tidak akan terjadi hal seperti yang kau khawatirkan," ucap Sabian."Aku berharap Allah selalu melindungi keluargaku termasuk anakku yang sedang berada di sekolah," ucap Kirana.Kirana terus berdoa firasat seorang ibu memang selalu kuat baik itu untuk suami maupun sang buah hati, sampailah mereka di hotel milik Kirana, Sabian berpesan agar sang istri fokus bekerja dan tidak berpiir hal yang negatif serahkah semua kepada Allah yang m
Prang, Kirana mendapat firasat yang tak menyenangkan gelas yang di pegangnay terjatuh kelantai seketika tubuhnya bergetar dan lemas, sekretarisnya membopongnya ke kursi dan mengambilkannya minum."Ibu tidak apa-apa, minumlah ini dahulu," ucap sekretaris Kirana."Tak apa, kamu tolong hubungi suamiku untuk segera mengawasi anaknya yang ada di sekolah," pinta Kirana.Sekretaris Kirana segera menghubungi Sabian yang ternyata sudah berada di sekolah Bima lebih dulu. Di kantin sekolah Bima berteriak karena ada seorang yang akan memukulnya sontak penjaga kantin dan seorang petugas keamanan yang lewat menyambanginya."Ada apa Bima?" tanya petugas keamanan."Wanita ini ingin memukulku, dia seorang yang menyamar bukan petugas kebersihan sungguhan," ucap Bima dengan lantang.Joana berkelit dia tidak mau di periksa petugas keamanan, bahkan ketika diminta untuk membuka ma
Joana sangat ketakutan tetapi karena dia sudah pernah bekerja di dunia entertaiment maka dia cukup bisa menyembunyikan ketakutannay dan berakting di depan Sabian."Siapa yang ketakutan Sabian, untuk apa aku harus takut, memangnya apa yang harus aku takutkan, aku hari ini senang sekali bisa bertemu denganmu," Joana melingkatkan tangan ke tangan Sabian."Lepaskan tangan ayahku, wanita murahan!" teriak Bima dengan beraninya.Joana kaget ada Bima yang sudah berada di dekat mereka, sungguh bocah nakal yang mengganggu rencananya, bagaimana bisa seoranga nak kecil mengatakan sesuatu yang sungguh berani seperti itu, tapi Joana malah menggunakan kesempatan ini untuk menjelekkan Kirana."Lihatlah anak nakal itu Sabian, apa dia dididik oleh ibunya untuk bersikap kurang ajar dengan orang yang lebih dewasa darinya?" Joana bersikap manja."Memang kau wanita murahan kan, anakku tidak salah dan
Joana tidak mau mengakui bahwa itu adalah dirinya beruntung ia menyiapkan baju yang tidak sama untuk berganti pakaian, ini untuk bisa mengecoh saat dia terekam cctv. "Ibu kepala sekolah tolong lihat lagi rekaman cct itu, saya amemakai baju warna hijaus edangkan yang ada di rekaman cctv memakai baju garis-garis, itu jelas sekali bukan saya!" seru Joana yang tidak mau mengaku. "Jangan berkelit lagi nyonya Joana, saya yakin itu anda," ucap ibu kepala sekolah. Joana membantah bahwa wanita yang ada di video cctv adalah dia, karena baju yang di gunakan dan barang yang terekam tidak bisa membuktikan bahwa itu adalah dirinya, ia mengatakan akan melaporkan kepala sekolah karena menuduh tanpa bukti dan pencemarna nama baik. "Aku bisa menuntut kalian semua karena tuduhan tanpa bukti dan mencemarkan nama baikku, hanya postur tubuh yang kebetulan sama, belum tentu itu aku," ucap Joana yang masih berkelit.