Joana tidak mau mengakui bahwa itu adalah dirinya beruntung ia menyiapkan baju yang tidak sama untuk berganti pakaian, ini untuk bisa mengecoh saat dia terekam cctv.
"Ibu kepala sekolah tolong lihat lagi rekaman cct itu, saya amemakai baju warna hijaus edangkan yang ada di rekaman cctv memakai baju garis-garis, itu jelas sekali bukan saya!" seru Joana yang tidak mau mengaku.
"Jangan berkelit lagi nyonya Joana, saya yakin itu anda," ucap ibu kepala sekolah.
Joana membantah bahwa wanita yang ada di video cctv adalah dia, karena baju yang di gunakan dan barang yang terekam tidak bisa membuktikan bahwa itu adalah dirinya, ia mengatakan akan melaporkan kepala sekolah karena menuduh tanpa bukti dan pencemarna nama baik.
"Aku bisa menuntut kalian semua karena tuduhan tanpa bukti dan mencemarkan nama baikku, hanya postur tubuh yang kebetulan sama, belum tentu itu aku," ucap Joana yang masih berkelit.
Bima kaget ketika mamanya sudah berada di dekatnya, ia juag tidak menyadari bahwa mobil sudah berhenti beberapa saat, ia menajdi linglung akhirnya ia menghirup udara dan membuangnya perlahan agar menjadi fokus kembali."Mama aku hanay tidak habi spikir dengan perilaku mamanya Johan, dan anak itu sama sekali tidak mau dipulangkan ke rumah keluarga sang mama memangnya ada apa dengan anak itu, aku jadi khawatir ma," tanya Bima kepada Kirana."Tidak perlu takut, ayahmu tidak mengembalikan Johan ke keluarganya hari ini tapi menginap ke hotel sesuai dengan permintaannya dan juga ada penjaga yang menjaganya, kau juga bisa mengantarnya ke bandara besok pagi," ucap Kirana.Bima menjadi lega mendapatkan jawaban dari sang mama, untuk kenapa Johan tidak mau di pulangkan ke rumah keluarga dari sang mama Kirana hanya memberi pengertian tidak baik mencampuri urusan orang lain, karena setiap orang berhak mempunyai privasinay masing-masi
Sabian tersenyum kepada Bima, sudah pernah ia katakan suatu saat jika Bima sudah cukup umur Sabian akan mengajarinya untuk menjadi pria dengan karakter kuat dan tak terkalahkan tentu saja dengan otak yang cerdas bukan hanya dengan kekuatan otot yang kuat."Kau akan menjadi seorang pria dengan kekuatan yang tak terrandingi melebihi ayah sayangku," ucap Sabian dengan nada yang penuh harapan."Terima kasih ayah kau yang terhebat," jawab Bima.Pesanan lumpia yang akan dibawa ke perusahaan sudah selesai dipacking, mereka langsung menuju perusahaan membawakan makanan untuk Mike dan Hanna yang ada di kantor, mengurus pekerjaan sebentar lalau pamit pulang dan menyerahkan pekerjaan kepada Mike kembali."Hati-hati dalam perjalanan bos," ucap Mike."Terima kasih Mike, berikan kabar jika terjadi apa-apa," ucap Sabian sambil melambaikan tangannya.Sabian dan keluarga kecilnya meninggal
Bima melirik mamanya, ia penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Sandra, apakah benar dulu Kirana pernah berpikir untuk menggugurkan Biam saat berada dalam kandungan?"Bukan seperti itu sayang, pamanmu hanya asal bicara saja, mana mungkin mama tega membuang darah daging sendiri?" kata Kirana."Ups maafkan paman sayang, maksud paman adalah mamamu beruntung melahirkan anak cerdas sepertimu," ucap Sandra sedikit canggung.Sabian memeluk putranya tidak ada yang tidak menginginkan seorang putra, apalagi putra yang dilahirkan Kirana adalah seorang anak yang cerdik banyak akal dan juga bisa mengelabuhi orang dewasa, dia membisikkan sesuatu tepat ditelinga Bima."Sayangku, kau anak hebat ayah, kehadiranmu memberikan warna yang indah dalam keluarga ini, tetaplah menjadi anak kebangagan ayah," ucap Sabian kepadanya."Bima sayang banget sama ayah, ayo ayah gendong aku ke kamar, aku sudah ngantuk," ucap Bima merengek kepada Sabian.Sabian menuruti perm
Sabian tidak menggubris ponsel yang berdering di nakas samping ranjangnya, ia terlihat sudah letih dan tertidur pulas sampai pagi, suara jam beker yang ada di kamar itu terdengar keras pasutri itu bangun dan memulai hari yang baru."Selamat pagi kesayangan aku," Kirana mengecup pipi Sabian."Pagi istriku tercinta," jawab Sabian seraya memeluk Kirana.Kirana melanjutkan aktivitasnya mandi dan menuju kamar Bima untuk membangunkan anak itu, lalu ia pergi ke dapur untuk mengontrol masakan yang di olah oleh para pelayan yang bertugas hari ini, karena banyak pantangan yang harus di makan oleh mertua gaar tetap sehat, maka dia berinisiatif untuk mengontrol segala masakan yang ada."Selamat pagi nyonya muda, apakah anda datang untuk mengontrol makanan pagi ini? Kami memasak sayur bayam untuk tuan muda kecil dengan lauk ayam goreng dan sambal tomat saja," ucap seorang pelayan dengan ramah."Baik terima kasih, tolong buat susu untuk tuan muda kecil," ucap Ki
Tuan besar Alexander tertawa sejenak dan menjelaskan bahwa barang yang ada di truk bak terbuka itu adalah hasil donasi dari rekan-rekan yang berpartisipasi untuk amal hari ini, sebelumnya kedua teman kakeknya memposting di grup apakah ada yang ingin melakukan donasi karena mereka hari ini akan berkunjung ke panti asuhan yang dulu sering di kunjungi oleh nyonya Rose Alexander."Jadi ini semua donasi dari teman kakek dan nenek, lalu mereka kenapa tidak ikut?" tanya Bima lagi."Mereka mempercayakan semua ini kepada kita semua, nanti kita dokumentasikan dan kirim ke grup agar mereka dapat melihat, Bima berdirilah di depan sana kakek mau foto kamu," jawab tuan Alexander yang mengeluarkan ponselnya.Bima menuruti kakeknya ia berpose dengan rapi dan sang kakek memotretnya dengan bagus dan menirimkan ke grup pengusaha memberian keterangan bahwa cucunya juga ikut ke panti asuhan, sejak dini harus di ajarkan untuk beramal, atau be
Ibu kepala panti asuahn menjelaskan jika anak yang lahir dari orang dalam kondisi sakit jiwa yang berkeliaran di jalanan akan lebih aman dan terurus kesehatan maupun pertumbuhannay di panti asuhan."Bayi-bayi ini akan mendapatkan kasih sayang dan perawatan dari kami secara tulus sayang daripada harus terlantar dijalanan," jawab ibu kepala panti asuhan."Kasihan mereka ini, semoga aku tumbuh menjadi orang kaya agar bisa terus membantu anak-anak yang kesusahan ini," ucap Bima dengan sungguh-sungguh.Semua yang mendengar mengaminkan ucapan Bima, semoga Bima tumbuh menjadi seorang yang berbadi baik, banyak uang serta di berikan kesehatan yang berliimpah agar apa yang diimpikannya terwujud menjadi seorang yang dermawan gemar beramal di masa mendatang."Bima anak yang cerdas, di lahirkan dari keluarga yang baik pula ibu yakin impianmu menjadi seorang jutawan yang gemar menolong orang kurang mampu akan terw
Sabian menceritakan bahwa jalan yang mereka lalui saat ini dahulunya adalah sawah, kebun, dan banyak tumbuhan liar yang menghijau di sepanjang jalan. Seiring berjalannya waktu manusia semakin pintar dan pertumbuhan penduduk semakin banyak, jadilah gedung bertingkat serta perumahan seperti sekarang ini."Tidak ada rumah di sepanjang jalan ini sayangku, hanya ada sawah yang luas dan juga kebun," jawab Sabian."Ah seandainya aku hidup di jaman itu," ucap Bima.Sabian mengelus rambut anaknya, di jaman dulu tidak ada smartpone, bahkan orang yang bisa pergi ke mall itu adalah orang-orang tertentu bisa melihat layar tancap saja sudah merupakan hiburan termewah di saat itu."Apa kau yakin Bima akan betah hidup di jalan masa ayah dan pamanmu kecil?" tanya Sabian lagi."Ya tentu saja aku ingin melihat sawah yang hijau membentang luas, juga pepohonan yang tumbuh subur," jawab Bima dengan se
Bima merajuk karena ayah dan mamanya lama sekali membuka pintu, Sabian lagi-lagi harus menenangkan sang anak yang merajuk karena ia sudah hafal ada yang di inginkan dari anak itu jika sedang merajuk."Sayangku cepat katakan apa yang kau inginkan tapi sebelum itu kita harus makan malam dulu ya," bujuk Sabian."Baiklah ayo kita menuju meja makan ayah, aku juga sudah lapar," ucap Bima dengan wajah yang riang gembira.Kirana menatao wajah suaminya, entah keturunan dari mana Bima selalu merajuk dan menggunakan berbagai alasan agar keinginannya terwujud, Sabian menghembuskan nafasnya pelan, mereka kemudian bergandengan tangan menuju meja makan yang sudah banyak orangnya."Selamat malam kakak, dan calon kakak ipar," sapa Sabian seraya duduk di kursi."Selamat malam juga adikku tersayang," jawab Sandra.Mereka mengobrol sebentar setelah selesai makan, dua hari lagi pesta pernikahan Sandra dan Lusi diadakan, tentu saja keluarga Alexander menyiapkan d
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun