Joana sangat ketakutan tetapi karena dia sudah pernah bekerja di dunia entertaiment maka dia cukup bisa menyembunyikan ketakutannay dan berakting di depan Sabian.
"Siapa yang ketakutan Sabian, untuk apa aku harus takut, memangnya apa yang harus aku takutkan, aku hari ini senang sekali bisa bertemu denganmu," Joana melingkatkan tangan ke tangan Sabian.
"Lepaskan tangan ayahku, wanita murahan!" teriak Bima dengan beraninya.
Joana kaget ada Bima yang sudah berada di dekat mereka, sungguh bocah nakal yang mengganggu rencananya, bagaimana bisa seoranga nak kecil mengatakan sesuatu yang sungguh berani seperti itu, tapi Joana malah menggunakan kesempatan ini untuk menjelekkan Kirana.
"Lihatlah anak nakal itu Sabian, apa dia dididik oleh ibunya untuk bersikap kurang ajar dengan orang yang lebih dewasa darinya?" Joana bersikap manja.
"Memang kau wanita murahan kan, anakku tidak salah dan
Joana tidak mau mengakui bahwa itu adalah dirinya beruntung ia menyiapkan baju yang tidak sama untuk berganti pakaian, ini untuk bisa mengecoh saat dia terekam cctv. "Ibu kepala sekolah tolong lihat lagi rekaman cct itu, saya amemakai baju warna hijaus edangkan yang ada di rekaman cctv memakai baju garis-garis, itu jelas sekali bukan saya!" seru Joana yang tidak mau mengaku. "Jangan berkelit lagi nyonya Joana, saya yakin itu anda," ucap ibu kepala sekolah. Joana membantah bahwa wanita yang ada di video cctv adalah dia, karena baju yang di gunakan dan barang yang terekam tidak bisa membuktikan bahwa itu adalah dirinya, ia mengatakan akan melaporkan kepala sekolah karena menuduh tanpa bukti dan pencemarna nama baik. "Aku bisa menuntut kalian semua karena tuduhan tanpa bukti dan mencemarkan nama baikku, hanya postur tubuh yang kebetulan sama, belum tentu itu aku," ucap Joana yang masih berkelit.
Bima kaget ketika mamanya sudah berada di dekatnya, ia juag tidak menyadari bahwa mobil sudah berhenti beberapa saat, ia menajdi linglung akhirnya ia menghirup udara dan membuangnya perlahan agar menjadi fokus kembali."Mama aku hanay tidak habi spikir dengan perilaku mamanya Johan, dan anak itu sama sekali tidak mau dipulangkan ke rumah keluarga sang mama memangnya ada apa dengan anak itu, aku jadi khawatir ma," tanya Bima kepada Kirana."Tidak perlu takut, ayahmu tidak mengembalikan Johan ke keluarganya hari ini tapi menginap ke hotel sesuai dengan permintaannya dan juga ada penjaga yang menjaganya, kau juga bisa mengantarnya ke bandara besok pagi," ucap Kirana.Bima menjadi lega mendapatkan jawaban dari sang mama, untuk kenapa Johan tidak mau di pulangkan ke rumah keluarga dari sang mama Kirana hanya memberi pengertian tidak baik mencampuri urusan orang lain, karena setiap orang berhak mempunyai privasinay masing-masi
Sabian tersenyum kepada Bima, sudah pernah ia katakan suatu saat jika Bima sudah cukup umur Sabian akan mengajarinya untuk menjadi pria dengan karakter kuat dan tak terkalahkan tentu saja dengan otak yang cerdas bukan hanya dengan kekuatan otot yang kuat."Kau akan menjadi seorang pria dengan kekuatan yang tak terrandingi melebihi ayah sayangku," ucap Sabian dengan nada yang penuh harapan."Terima kasih ayah kau yang terhebat," jawab Bima.Pesanan lumpia yang akan dibawa ke perusahaan sudah selesai dipacking, mereka langsung menuju perusahaan membawakan makanan untuk Mike dan Hanna yang ada di kantor, mengurus pekerjaan sebentar lalau pamit pulang dan menyerahkan pekerjaan kepada Mike kembali."Hati-hati dalam perjalanan bos," ucap Mike."Terima kasih Mike, berikan kabar jika terjadi apa-apa," ucap Sabian sambil melambaikan tangannya.Sabian dan keluarga kecilnya meninggal
Bima melirik mamanya, ia penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Sandra, apakah benar dulu Kirana pernah berpikir untuk menggugurkan Biam saat berada dalam kandungan?"Bukan seperti itu sayang, pamanmu hanya asal bicara saja, mana mungkin mama tega membuang darah daging sendiri?" kata Kirana."Ups maafkan paman sayang, maksud paman adalah mamamu beruntung melahirkan anak cerdas sepertimu," ucap Sandra sedikit canggung.Sabian memeluk putranya tidak ada yang tidak menginginkan seorang putra, apalagi putra yang dilahirkan Kirana adalah seorang anak yang cerdik banyak akal dan juga bisa mengelabuhi orang dewasa, dia membisikkan sesuatu tepat ditelinga Bima."Sayangku, kau anak hebat ayah, kehadiranmu memberikan warna yang indah dalam keluarga ini, tetaplah menjadi anak kebangagan ayah," ucap Sabian kepadanya."Bima sayang banget sama ayah, ayo ayah gendong aku ke kamar, aku sudah ngantuk," ucap Bima merengek kepada Sabian.Sabian menuruti perm
Sabian tidak menggubris ponsel yang berdering di nakas samping ranjangnya, ia terlihat sudah letih dan tertidur pulas sampai pagi, suara jam beker yang ada di kamar itu terdengar keras pasutri itu bangun dan memulai hari yang baru."Selamat pagi kesayangan aku," Kirana mengecup pipi Sabian."Pagi istriku tercinta," jawab Sabian seraya memeluk Kirana.Kirana melanjutkan aktivitasnya mandi dan menuju kamar Bima untuk membangunkan anak itu, lalu ia pergi ke dapur untuk mengontrol masakan yang di olah oleh para pelayan yang bertugas hari ini, karena banyak pantangan yang harus di makan oleh mertua gaar tetap sehat, maka dia berinisiatif untuk mengontrol segala masakan yang ada."Selamat pagi nyonya muda, apakah anda datang untuk mengontrol makanan pagi ini? Kami memasak sayur bayam untuk tuan muda kecil dengan lauk ayam goreng dan sambal tomat saja," ucap seorang pelayan dengan ramah."Baik terima kasih, tolong buat susu untuk tuan muda kecil," ucap Ki
Tuan besar Alexander tertawa sejenak dan menjelaskan bahwa barang yang ada di truk bak terbuka itu adalah hasil donasi dari rekan-rekan yang berpartisipasi untuk amal hari ini, sebelumnya kedua teman kakeknya memposting di grup apakah ada yang ingin melakukan donasi karena mereka hari ini akan berkunjung ke panti asuhan yang dulu sering di kunjungi oleh nyonya Rose Alexander."Jadi ini semua donasi dari teman kakek dan nenek, lalu mereka kenapa tidak ikut?" tanya Bima lagi."Mereka mempercayakan semua ini kepada kita semua, nanti kita dokumentasikan dan kirim ke grup agar mereka dapat melihat, Bima berdirilah di depan sana kakek mau foto kamu," jawab tuan Alexander yang mengeluarkan ponselnya.Bima menuruti kakeknya ia berpose dengan rapi dan sang kakek memotretnya dengan bagus dan menirimkan ke grup pengusaha memberian keterangan bahwa cucunya juga ikut ke panti asuhan, sejak dini harus di ajarkan untuk beramal, atau be
Ibu kepala panti asuahn menjelaskan jika anak yang lahir dari orang dalam kondisi sakit jiwa yang berkeliaran di jalanan akan lebih aman dan terurus kesehatan maupun pertumbuhannay di panti asuhan."Bayi-bayi ini akan mendapatkan kasih sayang dan perawatan dari kami secara tulus sayang daripada harus terlantar dijalanan," jawab ibu kepala panti asuhan."Kasihan mereka ini, semoga aku tumbuh menjadi orang kaya agar bisa terus membantu anak-anak yang kesusahan ini," ucap Bima dengan sungguh-sungguh.Semua yang mendengar mengaminkan ucapan Bima, semoga Bima tumbuh menjadi seorang yang berbadi baik, banyak uang serta di berikan kesehatan yang berliimpah agar apa yang diimpikannya terwujud menjadi seorang yang dermawan gemar beramal di masa mendatang."Bima anak yang cerdas, di lahirkan dari keluarga yang baik pula ibu yakin impianmu menjadi seorang jutawan yang gemar menolong orang kurang mampu akan terw
Sabian menceritakan bahwa jalan yang mereka lalui saat ini dahulunya adalah sawah, kebun, dan banyak tumbuhan liar yang menghijau di sepanjang jalan. Seiring berjalannya waktu manusia semakin pintar dan pertumbuhan penduduk semakin banyak, jadilah gedung bertingkat serta perumahan seperti sekarang ini."Tidak ada rumah di sepanjang jalan ini sayangku, hanya ada sawah yang luas dan juga kebun," jawab Sabian."Ah seandainya aku hidup di jaman itu," ucap Bima.Sabian mengelus rambut anaknya, di jaman dulu tidak ada smartpone, bahkan orang yang bisa pergi ke mall itu adalah orang-orang tertentu bisa melihat layar tancap saja sudah merupakan hiburan termewah di saat itu."Apa kau yakin Bima akan betah hidup di jalan masa ayah dan pamanmu kecil?" tanya Sabian lagi."Ya tentu saja aku ingin melihat sawah yang hijau membentang luas, juga pepohonan yang tumbuh subur," jawab Bima dengan se