Bima begitu kesal dengan jawaban ayahnya, ia turun dari kursi membuka tirai kamar Sabian yang membuat ruangan menjadi terang benderang karena ada cahaya matahi masuk ke dalam kamar.
"Bima tolong tutup tirainya ini membuat mata ayah silau," Sabian reflek menutup matanya."Tidak ayah ini sudah siang ayah harus bekerja, jika ayah bermalas-malasan seperti ini bagaimana kebutuhanku tercukupi," Bima masih berdiri di depan jendela kaca sambil memegangi tirai.Mendegar suara ribut Kirana membuka matanya perlahan, ia melihat Bima yang berdiri di jendela lalu melambaikan tangannya untuk mendekat ke arahnya."Kemarilah sayangnya mama, apa kamu ribut lagi dengan ayahmu hari ini?" Kirana memeluk Bima yang setengah merajuk."Kalian sungguh keterlaluan mengabaikan aku di pagi hari," ucap Bima dalam pelukan mamanya.Sabian ikut merangkul anak dan istrinya mengucapkan maaf kepada Bima, saking enaknya tidur sampai tidak menyadari bahwaSabian masih menatap dua orang perwakilan perusahan Subroto grup yang tidak sopan berkata karena menunggu keterlambatan Sabian. Dua orang itu bergidik ketakutan melihat wajah tampan namun bengis milik Sabian."Ampuni kealaah kami tuan Sabian, kami tidak bermaksud menyinggung anda," seorang pria duduk di seberang Sabian bergetar tubuhnya karena ketakutan."Ehem mari kita mulai rapat kita hari ini," Mike berdehem daripada mood presdirnya berubah lagi lebih baik segera memulai rapat pembagian keuntungan antar perusahan yang di ajak bekerja sama.Rapat berjalan dengan lancar, beberapa perusahaan yang hadir menyetujui pembagian hasil kerja sama kali ini karena di rasa menguntungkan, berbeda dengan perwakilan perusahan Sunroto lagi'lagi mereka tidak puas dengan apa yang di dapat, padahal semuanya sudah setuju, perwakilan itu mengklaim bahwa perusahan Subroto menyediakan air kecantikan dengan kualitas bagus kenapa harus mendapa
Tuan Subroto melangkah masuk ke ruanagn presdir yang di sana sudah ada Sabian dan Mike yang berdiri menjelaskan laporan kas perusahaan kepada Sabian, mendengar ada yang hadir di perusahaannya Sabian mempersilahkan masuk keduanya, mereka di sambut hangat oleh Sabian dan menyuruh Hanna untuk membuatkan minuman kepada keduanya."Silahkan duduk tuan dan nyonya Subroto kita santai saja ya, Hanna tolong informasikan kepada ob untuk membuatkan minuman karena aku ada tamu," Sabian memberikan perintah kepada Hanna."Baik presdir saya akan ke pantry sekarang juga," ucap Hanna seraya pergi ke pantry.Tuan dan nyonya subroto menyapa Sabian sebelumnya ia meminta maaf perihal kedua karyawannya yang berperilaku tak sopan kepadanya, ini semua di luar nalar dan jangkauan tuan Subroro, ia mengaku sungguh malu kepada Sabian karena sudah banyak melukai hatinya, perushaan subroto tidak pantas mendapatkan banyak keuntungan hasil kerja sama da
Mike mengaku hanya bercanda kepada tuan mudanya tidak usah di masukkan hati numpung masih waktu makan siang ia mengajaknya untuk makan bersama begitu juga Hanna."Bos jangan terlalu di bawa serius ayo kita makan siang bersama agar tidak oleng," ajak Mike yang masih tertawa karena kelucuan yang di lihat."Kau yang bayar ya Mike," Sabian setengah bercanda karena sedang kehilangan mood makan siang.Mike mengangguk setuju atas apa yang ungkapkan bos besarnya, sesekali nraktir bos besar tidak ada salahnya karena berkat dia ia tak kepusingan soal uang saatnya membalas kebaikannya walau dengan hal kecil."Tidak masalah bos sekali-kali aku yang traktir," ucap Mike dengan semangat.Bos dan kedua anak buah kesayangannya itu keluar ruang presdir menuju salah satu restoran yang biasa di kunjungi pleh bos mereka, restoran yang menyajikan berbagai menu ayam kesukaan Sabian, baru selesai memesa
Bima terus merajuk menyalahkan ayahnya yang pulang telat bahkan menuding ayahnya sedang asyik bermesraan dengan tante-tante muda yang suka menggoda pria kaya untuk menjadi sugar daddy."Ayah jangan buat aku kecewa aku tahu kamu sedang berduaan dengan perempuan yang suka mendekati pria kaya raya untuk mendapatkan uang," ucap Bima yang sekata-kata."Ayah tutup telpon dan tunggu ayah pulang di rumah dengan tenang oke sayang ayah," ucap Sabian sambil menutup teleponnya.Sabian menggelengkan kepalanya mengelus dada membayangkan apakah dulu sewaktu kecil Sabian juga seperto Bima, kalau ada waktu sebaiknya ia harus mengobrol dengan sang ayah, pesanan Sabian sudah siap di bawa pulang ia membayar sesuai jumlah yang di pesan lalu pulang ke rumah."Bima kamu tidak boleh berucap sembarangan terhadap ayahmu, ucapan itu adalag doa apa kamu mengerti Bima?" ucap Kirana menasehati anaknya."Mama
Karena pikirannya yang sedang kacau Sabian tidak bisa memusatkan pikirannay akhirnya ia hanya berdiri sebentar dan langsung ciut kembali, ia merebahkan badan di kasur dengan penyesalan yang sangat terasa padanya."Kau kenapa lagi Sabian, sepertinya pikiranmu sangat kacau sekarang," Kirana memeluknya memberinya kenyamanan untuk mengutarakan isi hati, tentu saja dengan pelukan Kirana hantinya terasa nyaman."Aku lelaki yang tidak berguan di dunia ini, bahkan anakku saja di rawat oleh orang lain selama empat tahun lamanya," ucap Sabian dengan penuh penyesalan.Sudah beberapa kali suami sah Kirana itu mengatakan hal serupa, ia tak ingin suaminya menyesal dan menyalahkan dirinya terus menerus ia justru memberikan kenyamanan agar Sabian tidak terus menyalahkan dirinya sendiri, Kirana memeluk lagi semakin erat mengataka bahwa suaminya adalah suami paling hebat dan lelaki bertanggung jawab di dunia ini."Sab
Sabian bingung ingin menjelaskan mulai darimana tentang tubuhnya yang memiliki alergi terhadap wanita, ia berjanji akan membawa ke tempat Jay agar dia yang menjelaskan secara detail penyebab pastinya."Kirana bagaimana jika kita berkunjung ke tempat Jay, dia akan menjelaskan secara detail tentang alergi wanitaku ini, itu jika kamu tidak keberatan," ucap Sabian sambil melirik istrinya."Sabian apa kamu kebingungan menjelaskannya? Baiklah ayo kita atur jadwal bertemu Dokter sekaligus sahabatmu itu," Kirana tersenyum melihat Sabian yang gelagapan.Mereka masih mengobrol layaknya orang yang sedang pacaran, bedanya mereka sekarang pacaran halal, asyik bercerita terdengar suara ketukan dari pintu kamar mereka kompak untuk meminta sesorang yang akan bertamu ke kamarnya untuk masuk saja."Masuklah pintu tidak di kunci," seru pasutri tersebut secara bersamaan."Ayah, mama, ini Bima bawaka
Sabian sungguh sangat kesal dengan apa yang di katakan oleh Dokter Jay, dia sungguh tidak waras sama sekali, boleh saja dia sedang bersenang-senang dengan salah satu wanita koleksinya tetapi tidak berotak mesum terus-terusan seperti sekarang ini karena hari sudah siang waktunya untuk fokus bekerja."Jay jika kau terus bicara ngelantur aku akan menyuruh pengawalku untuk mempermalukanmu, misalnya menyeretmu keluar kamar tanpa busana saat bermesraan dengan wanita simpananmu itu," ucap Sabian sambil duduk di kursi kerjanya setengah mengancam Jay."Sahabatku yang baik hati aku mohon jangan lakukan itu padaku, reputasiku akan tercemar jika kamu nekat melakukan itu, jadi apa tujuanmu sebenarya mengajakku bertemu?" ucap Jay yang sudah tahu karakter Sabian tidak pernah basa-basi dengan ucapannya.Jay menggoda Sabian yang dia pikir sudah melupakan sahabat Dokternya itu karena sudah menemukan cinta sejatinya, apalagi ada putra yang
Kirana melirik ke arah Sabian yang juga menatap mata Kirana, sepertinya ada kegundahan yang ada di hatinya untuk menceritakan cerita masa lalu yang begitu buruk."Kalau begitu agar Sabian leboh leluasa until menceritakan masa lalu, biar aku ajak Bima bermain berkeliling villa," Jay memberi waktu agar suami istri itu berbicara."Paman ayo kita berkeliling Vila, aku memang bosan duduk di sini terus," Bima mengajak Jay dengan senang hati.Kirana mengucapkan banyak terima kasih kepada Jay karena sudah menjelaskan banyak tentang penyakit Sabian, kini Sabian harus menceritakan masa lalu seperti apa yang mengakibatkan suami Kirana itu mengidap Gynophobia sampai ia bertemu Kirana."Sayang ceritalah pelan-pelan, jika tidak ingin sekarang bisa lain waktu," ucap Kirana sambil memegang pipi Sabian dengan kedua tangannya."Tidak aku harus jujur padamu tentang apa yang pernah aku lalui," Sabia
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun