Tuan Subroto melangkah masuk ke ruanagn presdir yang di sana sudah ada Sabian dan Mike yang berdiri menjelaskan laporan kas perusahaan kepada Sabian, mendengar ada yang hadir di perusahaannya Sabian mempersilahkan masuk keduanya, mereka di sambut hangat oleh Sabian dan menyuruh Hanna untuk membuatkan minuman kepada keduanya.
"Silahkan duduk tuan dan nyonya Subroto kita santai saja ya, Hanna tolong informasikan kepada ob untuk membuatkan minuman karena aku ada tamu," Sabian memberikan perintah kepada Hanna.
"Baik presdir saya akan ke pantry sekarang juga," ucap Hanna seraya pergi ke pantry.
Tuan dan nyonya subroto menyapa Sabian sebelumnya ia meminta maaf perihal kedua karyawannya yang berperilaku tak sopan kepadanya, ini semua di luar nalar dan jangkauan tuan Subroro, ia mengaku sungguh malu kepada Sabian karena sudah banyak melukai hatinya, perushaan subroto tidak pantas mendapatkan banyak keuntungan hasil kerja sama da
Mike mengaku hanya bercanda kepada tuan mudanya tidak usah di masukkan hati numpung masih waktu makan siang ia mengajaknya untuk makan bersama begitu juga Hanna."Bos jangan terlalu di bawa serius ayo kita makan siang bersama agar tidak oleng," ajak Mike yang masih tertawa karena kelucuan yang di lihat."Kau yang bayar ya Mike," Sabian setengah bercanda karena sedang kehilangan mood makan siang.Mike mengangguk setuju atas apa yang ungkapkan bos besarnya, sesekali nraktir bos besar tidak ada salahnya karena berkat dia ia tak kepusingan soal uang saatnya membalas kebaikannya walau dengan hal kecil."Tidak masalah bos sekali-kali aku yang traktir," ucap Mike dengan semangat.Bos dan kedua anak buah kesayangannya itu keluar ruang presdir menuju salah satu restoran yang biasa di kunjungi pleh bos mereka, restoran yang menyajikan berbagai menu ayam kesukaan Sabian, baru selesai memesa
Bima terus merajuk menyalahkan ayahnya yang pulang telat bahkan menuding ayahnya sedang asyik bermesraan dengan tante-tante muda yang suka menggoda pria kaya untuk menjadi sugar daddy."Ayah jangan buat aku kecewa aku tahu kamu sedang berduaan dengan perempuan yang suka mendekati pria kaya raya untuk mendapatkan uang," ucap Bima yang sekata-kata."Ayah tutup telpon dan tunggu ayah pulang di rumah dengan tenang oke sayang ayah," ucap Sabian sambil menutup teleponnya.Sabian menggelengkan kepalanya mengelus dada membayangkan apakah dulu sewaktu kecil Sabian juga seperto Bima, kalau ada waktu sebaiknya ia harus mengobrol dengan sang ayah, pesanan Sabian sudah siap di bawa pulang ia membayar sesuai jumlah yang di pesan lalu pulang ke rumah."Bima kamu tidak boleh berucap sembarangan terhadap ayahmu, ucapan itu adalag doa apa kamu mengerti Bima?" ucap Kirana menasehati anaknya."Mama
Karena pikirannya yang sedang kacau Sabian tidak bisa memusatkan pikirannay akhirnya ia hanya berdiri sebentar dan langsung ciut kembali, ia merebahkan badan di kasur dengan penyesalan yang sangat terasa padanya."Kau kenapa lagi Sabian, sepertinya pikiranmu sangat kacau sekarang," Kirana memeluknya memberinya kenyamanan untuk mengutarakan isi hati, tentu saja dengan pelukan Kirana hantinya terasa nyaman."Aku lelaki yang tidak berguan di dunia ini, bahkan anakku saja di rawat oleh orang lain selama empat tahun lamanya," ucap Sabian dengan penuh penyesalan.Sudah beberapa kali suami sah Kirana itu mengatakan hal serupa, ia tak ingin suaminya menyesal dan menyalahkan dirinya terus menerus ia justru memberikan kenyamanan agar Sabian tidak terus menyalahkan dirinya sendiri, Kirana memeluk lagi semakin erat mengataka bahwa suaminya adalah suami paling hebat dan lelaki bertanggung jawab di dunia ini."Sab
Sabian bingung ingin menjelaskan mulai darimana tentang tubuhnya yang memiliki alergi terhadap wanita, ia berjanji akan membawa ke tempat Jay agar dia yang menjelaskan secara detail penyebab pastinya."Kirana bagaimana jika kita berkunjung ke tempat Jay, dia akan menjelaskan secara detail tentang alergi wanitaku ini, itu jika kamu tidak keberatan," ucap Sabian sambil melirik istrinya."Sabian apa kamu kebingungan menjelaskannya? Baiklah ayo kita atur jadwal bertemu Dokter sekaligus sahabatmu itu," Kirana tersenyum melihat Sabian yang gelagapan.Mereka masih mengobrol layaknya orang yang sedang pacaran, bedanya mereka sekarang pacaran halal, asyik bercerita terdengar suara ketukan dari pintu kamar mereka kompak untuk meminta sesorang yang akan bertamu ke kamarnya untuk masuk saja."Masuklah pintu tidak di kunci," seru pasutri tersebut secara bersamaan."Ayah, mama, ini Bima bawaka
Sabian sungguh sangat kesal dengan apa yang di katakan oleh Dokter Jay, dia sungguh tidak waras sama sekali, boleh saja dia sedang bersenang-senang dengan salah satu wanita koleksinya tetapi tidak berotak mesum terus-terusan seperti sekarang ini karena hari sudah siang waktunya untuk fokus bekerja."Jay jika kau terus bicara ngelantur aku akan menyuruh pengawalku untuk mempermalukanmu, misalnya menyeretmu keluar kamar tanpa busana saat bermesraan dengan wanita simpananmu itu," ucap Sabian sambil duduk di kursi kerjanya setengah mengancam Jay."Sahabatku yang baik hati aku mohon jangan lakukan itu padaku, reputasiku akan tercemar jika kamu nekat melakukan itu, jadi apa tujuanmu sebenarya mengajakku bertemu?" ucap Jay yang sudah tahu karakter Sabian tidak pernah basa-basi dengan ucapannya.Jay menggoda Sabian yang dia pikir sudah melupakan sahabat Dokternya itu karena sudah menemukan cinta sejatinya, apalagi ada putra yang
Kirana melirik ke arah Sabian yang juga menatap mata Kirana, sepertinya ada kegundahan yang ada di hatinya untuk menceritakan cerita masa lalu yang begitu buruk."Kalau begitu agar Sabian leboh leluasa until menceritakan masa lalu, biar aku ajak Bima bermain berkeliling villa," Jay memberi waktu agar suami istri itu berbicara."Paman ayo kita berkeliling Vila, aku memang bosan duduk di sini terus," Bima mengajak Jay dengan senang hati.Kirana mengucapkan banyak terima kasih kepada Jay karena sudah menjelaskan banyak tentang penyakit Sabian, kini Sabian harus menceritakan masa lalu seperti apa yang mengakibatkan suami Kirana itu mengidap Gynophobia sampai ia bertemu Kirana."Sayang ceritalah pelan-pelan, jika tidak ingin sekarang bisa lain waktu," ucap Kirana sambil memegang pipi Sabian dengan kedua tangannya."Tidak aku harus jujur padamu tentang apa yang pernah aku lalui," Sabia
Sabian melingkarkan jari manisnya ke jari manis Kirana dia tersenyum menatap wajah cantik istrinya, ia berjanji akan selalu setia pada satu wanita yang telah melahirkan anak dari benih cintanya, Kirana Wijaya dan Bima Alexander yang dia cintai sepanjang usia."Kirana aku berjanji padamu, akan selalu setia pada pernikahan kita dan Bima, juga anak-anak yang akan lahir setelah Bima," Sabian mengucap janjinya pada Kirana istri yang di cintainya."Aku percaya padamu, jangan kau lupakan janjimu ini saat ada wanita yang mencoba merayumu untuk meninggalkan kami semua," Kirana memeluk Sabian,Sabian sangat lega malam ini bisa bercertia masa lalu yang sudah ia simpan rapat di reluk lubuk hatinya, akhirnya hatinya terasa kosong saat menceritakan pada Kirana ia sudah tidak lagi mempunyai beban di hidupnya, Kirana sangat mengubah hidupnya wanita yang sangat bisa mengerti Sabian."Ehemm, apakah sudah selesai berme
Jay bergidik ngeri jika apa yang di ucapkan Sabian benar terjadi, ia tak mungkin bisa hidup dengan sempurna tanpa adanya kehadiran sang buah hati."Kamu jangan menakutiku, itu tidak akan pernah terjadi," Jay masih saja gemeteran."Sabian kamu apa sedang mengancam Jay sehingga dia ketakutan seperti itu?" Kirana menjewer telinga Sabian.Sabian berteriak kesakitan, Bima dan Jay berteriak kegirangan secara bersamaan. Jay sangat puas dengan apa yang dilakukan Kirana, Sabian memang pantas mendapatkan hukuman ringan dari sang istri karena telah membuatnya sangat gelisah memandang masa depan."Aku hanya mengingatkan Jay untuk segera menikah sayang, aku tidak mengancamnya," Sabian memegang telinganya yang sakit."Dia membuatku mengkhawatirkan masa depanku Kirana, dia bilang apa kamu tidak takut jika benih dalam tubuhmu habis dan kau tidak punya keturunan karena banyak bermain dengan wanit