‘Sial!’ umpat Albert ketika permainan ini dimenangkan oleh Louis.
“Kau tidak bisa mengalahkanku, Pak Tua. Mulai dari detik ini juga, sahammu sudah tidak ada lagi di LD!”
Louis terkekeh melihat wajah kecewa Pak tua itu. Tanpa banyak bicara ia segera mengambil kunci kamar hotel yang dijanjikan oleh Robert. Lumayan juga, selama ini Louis belum pernah mencicipi gadis yang masih virgin. Pria dewasa itu pergi meninggalkan kasino tersebut. Dia tidak sabar lagi untuk pergi ke hotel.
Aghata bersandar di pintu, badannya sudah lemas disertai dengan keringat yang mulia membasahi keningnya. Gadis bergaun merah itu terus meminta tolong dengan suara yang pelan. Air matanya terus turun tiada henti, Aghata tidak menyangka kalau adiknya akan berbuat setega ini.
Aghata tidak tahan lagi, dia membuka satu persatu bajunya. Kini menyisakan dalaman saja. Tidak lama dari itu, pintu dibuka oleh seseorang membuat Aghata menoleh. Melihat postur tubuh dan wangi yang maskulin tiba-tiba membuat Aghata merinding. Pikirannya mulai melayang-layang ke hal-hal negatif. Membayangkan pria tampan itu mengendalikan tubuhnya.
Louis melangkah pelan, tidak lupa menutup pintu. Dia tersenyum, matanya berbinar melihat gadis berkulit putih susu di hadapannya. Dia sudah seperti anak monyet yang baru pertama kali melihat pisang.
Tanpa rasa malu lagi, Aghata mendekati pria itu juga. Tangannya dia lingkarkan ke leher pria yang tidak dikenalnya.
“Tuan, tolong sentuh aku. Aku berjanji setelah ini akan membayarmu berapa pun yang kau inginkan.”
Aghata menatap sendu wajah pria pemilik iris mata tajam itu. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia tidak mau. Namun, tubuhnya yang sedang dikuasai perangsang membuatnya ingin melakukan hubungan badan itu. Senyuman Louis seketika pudar, rasanya harga diri yang selama ini dia junjung kini direndahkan oleh gadis ini.
“Sialan! Kau pikir kau siapa? Bisa-bisanya kau mengatakan seperti itu di depanku. Lihat saja, aku akan membuatmu berteriak di sepanjang malam!”
Louis menarik pinggang Aghata, mengikis jarak di antara mereka. Pria itu dengan ganas mencumbu bibir ranum Aghata, Aghata memberontak. Namun, hanya sia-sia saja. Bibir Aghata sampai berdarah.
Bosan dengan itu, Louis langsung melempar Aghata dengan kasar ke ranjang. Pria tersebut merobek kemejanya sehingga kancing bajunya berserakan di lantai. Louis melakukan apa yang dia inginkan, sedangkan Aghata hanya bisa mengerang dengan suara khas. Louis mencicipi setiap inci tubuh gadis itu, meninggalkan bekas kepemilikan di sana, hingga sampai pada intinya, membuat Aghata berteriak histeris.
“Sakit sekali!” teriak Aghata saat Louis berhasil melakukan penyatuan. Sesuatu di sana rasanya ada yang koyak. Aghata meringis menahan sakit yang luar biasa baginya.
“Ini permintaanmu, jadi nikmati saja. Aku tidak akan berhenti meski kau menyuruhku untuk berhenti.”
Louis memulai permainan panas mereka. Sedikit pun tidak ada kelembutan diberikan kepada Aghata, Louis hanya mementingkan kesenangannya sendiri.
Malam ini merupakan malam paling bersejarah bagi gadis malang itu. Dia menangis dalam diam, karena menjeritpun sudah tidak ada lagi gunanya. Pria itu malah menulikan pendengarannya.
Kesadaran Aghata mulai terkumpul. Dia ingin mendorong pria itu, tetapi tidak bisa. Wanita itu menoleh ke samping dengan air mata yang terus menetes.
‘Roses, aku sangat menyayangimu, tapi kenapa kau malah menghancurkanku seperti ini? Jika kutau kau sangat mencintai David, dengan senang hati aku akan memberikannya padamu, meski hatiku juga yang akan menanggung sakitnya,’ batin Aghata. Hatinya benar-benar sangat hancur dengan pengkhianatan yang diberikan oleh adiknya.
“Tu—an, kumohon berhenti,” lirih Aghata sambil mengerang erotis.
“Tidak akan sebelum aku puas! Tubuh perawan sepertimu sayang jika hanya digauli sebentar,” jawab pria arogan itu.
“Tidak usah munafik, kau juga menikmatinya, ‘kan? Buktinya tubuhmu saja merespon pergerakanku!”
Tenaga Aghata mulai habis, dia benar-benar sudah lemas. Namun, pria itu belum juga selesai.
"Bisa-bisanya gadis setua kamu masih virgin, apa dulu tidak ada pria yang mencintaimu?" tanya Louis di tengah-tengah permainan panas mereka. Aghata hanya diam saja.
Hingga sampailah Louis ke puncak kenikmatannya membuat dia mengerang erotis merasakan kenikmatan yang tiada taranya.
"Kau nikmat sekali!" racau Louis, berbaring lemas di samping Aghata.
Mata hari mulai menampakkan diri dari horizontal Timur. Gadis yang berbaring di ranjang itu mulai mengerjabkan matanya. Aghata melihat ke sekeliling ruangan sudah ada banyak orang di sana. Mereka semua menatap tajam ke arah Aghata.Gadis itu terkejut melihat dirinya yang polos, tubuhnya hanya ditutupi selimut putih tebal. Seketika ingatannya tentang malam panas itu terlintas sehingga matanya mulai berkaca-kaca lagi.“Pa—Papa ” Aghata duduk, tidak lupa menarik selimutnya agar bagian tubuhnya tidak terekpos. Pak Lee hanya diam saja, matanya terus menatap tajam ke arah Aghata. Sebagai ayah, dia sangat kecewa dan tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini dia bangga-banggakan kini merusak nama baiknya.Plak!Meylan menampar gadis itu dengan napas yang sangat memburu.“Kami semua tidak menyangka kalau kau rupanya seperti ini! Kau sudah mempermalukan nama baik keluarga, Aghata! Bagaimana jika wartawan mengetahui kalau kau gadis binal sering melayani nafsu pria hidung belang?!” murka Meyla
Tubuh Aghata memucat, semua orang sudah kecewa kepadanya, termasuk papanya. Aghata tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa karena semua orang sudah tidak percaya lagi padanya. Mereka lebih percaya dengan dustaan Roses. Aghata turun dari tempat tidur, memakai bajunya yang berserakan. Lama-lama di kamar ini membuatnya frustrasi, apalagi kenangan tadi malam terus menghantuinya. “Siapa pria yang bersamaku semalam?” gumam Aghata karena dia tidak ingat wajah pria yang sudah menggaulinya sampai sekujur tubuhnya terasa remuk. Aghata semakin pucat di sana. “Bagaimana jika aku hamil? Ya Tuhan ... tolong kali ini saja bantu aku agar aku tidak hamil. Aku tidak mau anakku lahir tanpa status yang tidak jelas,” gumam Aghata khawatir. Aghata melangkah keluar, dia berharap kalau semua ini masih mimpi buruk. Berulang kali ini menampar pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini, tetapi hanya sia-sia saja. Malahan pipinya semakin merah. “Lihatlah gadis itu, sepertinya sudah gila ....” “Iya, ka
Louis sudah sampai di hotel, tempat dia menghabiskan malam dengan Aghata. Tadi, dia pergi ke rumah sakit untuk mengambil pil kontrasepsi, dia tidak mau gadis itu mengandung benihnya, sebab dia belum mau punya anak. Menurutnya, memiliki anak akan membuat hidupnya berantakan.“Sialan! Ke mana gadis itu? Aku harus mencarinya, dia tidak boleh mengandung anakku! Bisa-bisa nanti dia memerasku dengan alasan mengandung anakku, biasanya gadis yang seperti itu lebih bahaya dari pada jalang.”Louis keluar dari hotel itu. Mengemudi kembali mobil hitamnya.“Sial! Ke mana harus kucari dia? Kota ini sangat luas,” gumam Louis sambil memukul stir mobilnya. Dia sudah putus asa mencari gadis itu, perasaan Louis baru sebentar meninggalkan gadis yang ia tiduri semalam.***Louis saat ini sudah berada di rumah Robert. Dia ingin mengetahui siapa ibu tiri dari gadis yang baru ia tiduri.“Siapa ibu tiri gadis perawan yang kau hadiahkan tadi malam?” tanya Louis pada Robert.“Istri kedua Lee Hernandes. Gadis y
Kenapa?” tanya Aghata saat Louis mencekal pergelangannya. Tanpa banyak bicara, Louis menarik Aghata dan menekan tombol lift agar kembali turun. “Pak, tolong lepaskan saya. Saya tidak punya urusan dengan Anda dan kita juga tidak saling mengenal,” ucap Aghata ketakutan. Dia takut kalau Louis berbuat macam-macam padanya. Apalagi di dalam lift hanya ada mereka berdua. Aghata mulai panik saat Louis mengikis jarak di antara mereka sehingga Aghata terpojokkan, tangan Louis berada di dinding untuk mengunci pergerakan Aghata. “Kita memang tidak saling mengenal, tapi aku dan kau pernah menghabiskan malam bersama. Apa kau lupa, Bitch,” bisik Louis membuat telinga Aghata rasanya seperti ada yang menggelitiki. “Pak, sepertinya Anda salah orang.” Aghata mendorong Louis, sedikit pun pria itu tidak bergerak. “Kau pikir aku pikun? Kau gadis yang tidur denganku dua hari yang lalu karena ibu tirimu menjualmu pada Robert. Robert menghadiahkanmu padaku karena aku memenangkan permainan, lalu kau mem
“Awas saja kamu! Gadis ini sudah dua kali merendahkanku, kalau bukan karena dia perempuan sudah kupastikan dia hanya tinggal nama saja!” geram Louis.Aghata sudah berada di dalam taksi. Dia masih sangat kesal dengan pria angkuh dan arogan yang barusan dia hadapi. Kata-katanya sangat tajam dan menusuk, tidak ramah di telinga.Louis mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.“Kenapa, Tuan?” tanya via telepon.“Cari tahu lebih detail lagi putri pertama dari Lee Hernandes. Kalau bisa ukuran dalamannya juga cari tau, dia membuatku sangat kesal karena selalu merendahkanku. Nanti malam temui aku di kasino biasa!” perintah Louis dari balik ponselnya.***“Astaga! Bunga Nona Zara.” Aghata sangat panik karena bunga pesanan dari Zara belum ia kembalikan. Mau tidak mau, dia harus membeli bunga yang sama. Pasti bunga pesanan Zara bukan bunga murahan.“Biar bagaimana pun, aku harus tanggung jawab,” lirih Aghata sambil melihat dompetnya yang mulai kritis.Di waktu yang sama. Di kediaman keluarga B
Satu minggu telah berlalu. Akhirnya hari menyakitkan dalam hidup Aghata sudah datang. Dari kejauhan, dia melihat Roses dan David bergandengan menuju Artar. Dadanya benar-benar sangat sesak menyaksikan semua itu.Pastor memulai berdakwah. Sepanjang dakwah, David terus melirik Aghata yang enggan melihatnya. Pernikahan tanpa cinta? Sangat konyol, bagaimana nanti David memperlakukan Roses istrinya? Apakah David nanti bisa belajar mencintai Roses seperti dia mencintai Aghata? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran pria tampan tersebut.‘Aghata, ini sangat berat. Kenapa kau harus mengkhianatiku? Bagaimana bisa aku mencintai adikmu ini,’ lirih David di dalam hatinya.Hingga sampailah di waktu janji pernikahan. Namun, David belum membuka suaranya. Kefokusannya dialihkan oleh kehadiran Aghata. Sampai Roses harus menyenggol lengan pria tersebut, barulah David sadar.“Aku ambil kau Aghata Xeri--"“Ma—maaf, biar saya ulangi lagi,” sambung David ketika dia salah nama lagi. wajah Roses
“Da—David?” Dengan gerakan cepat, Aghata langsung menutup pintu. Namun, sebelum pintu tertutup rapat. David lebih dulu menahannya dan langsung membuka paksa.“David! Kamu kenapa? Ngapain tengah malam datang ke sini? Maaf ... aku tidak mau mencari gara-gara lagi. Kau sudah menikah dengan Roses dan ini malam pengantin kalian!”Aghata terkejut dengan tindakan nekat David yang menemuinya malam-malam begini. Aghata takut kalau Roses mengetahui hal ini dan berakhir hidupnya penuh ancaman lagi.“Aghata, tolong katakan padaku, bagaimana aku bisa malam pertama dengan gadis yang sama sekali tidak aku cintai? Aku tidak mau! Aku tidak menginginkan, Rose. Aku hanya mau kau, Aghata,” lirih David sambil menggenggam kedua tangan Aghata.Aghata menoleh ke samping. Tidak tahan menatap manik hitam David yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.“Kau yang memutus pertunangan kita, David. Lalu kenapa kau menyesal sekarang? Sudahlah, aku tidak ingin berurusan dengan kalian lagi. Perg
Tepat pada pukul delapan, dokter baru memeriksa keadaan David. Aghata terus mondar-mandir di depan ruangan itu, menunggu dokter memberikan penjelasan. Gadis tersebut cemas, takut dan khawatir sehingga otaknya tidak bisa diajak berpikir jernih. Aghata takut kalau David kenapa-napa dan nyawa pria tersebut tidak bisa tertolong.“David, kumohon bertahanlah. Setelah ini, aku berjanji akan pergi jauh darimu agar kau tidak bisa menemuiku lagi. Jika kau sampai kenapa napa, aku benar-benar tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” risau Aghata sambil menangis. Sudah hampir tiga puluh menit, tapi dokter belum ada yang keluar dari ruangan tersebut.***Di waktu yang sama. Louis berdiri di depan jendela perusahaannya. Di celah jarinya terdapat sebatang rokok. Sesekali dia menghisap rokok tersebut.“Semenjak malam itu, kenapa aku tidak berselera lagi untuk tidur bersama jalang-jalang, ya? Aku malah semakin penasaran dengan gadis sombong itu,” gumam Louis menatap keluar jendela perusahaan.“Apa pu
Tangan kekar itu menarik Aghata ke ruangan kosong dan gelap karena di ruangan tersebut sama sekali tidak ada jendela dan ventilasi. Aghata mulai panik, mana pria itu menutup mulutnya lagi sehingga gadis tersebut tidak bisa bersuara.“Jangan berteriak. Jika tidak, aku akan memperkosamu di sini,” bisik pria bersuara berat itu penuh dengan ancaman sehingga mata Aghata membulat dan takut.Aghata bahkan sampai menahan napasnya sangking takutnya.“Gadis penurut,” bisik pria itu sambil menggigit telinga Aghata.“To—long, lepaskan saya,” mohon Aghata ketika pria yang tidak ia kenali itu sudah melepaskan tangannya dari mulut Aghata.“Aku tidak bisa melepaskanmu lagi, Nona Hernandes. Desahanmu malam itu selalu menghantui kefokusanku, jadi bagaimana, dong?” kata pria yang tidak lain adalah Louis, dia menyeringai melihat ekspresi Aghata.“Kau semakin terlihat sangat menggemaskan jika berekspresi seperti ini. Sepertinya akan terlihat menggemaskan jika melihat wajahmu yang kesakitan seperti malam i
Tepat pada pukul delapan, dokter baru memeriksa keadaan David. Aghata terus mondar-mandir di depan ruangan itu, menunggu dokter memberikan penjelasan. Gadis tersebut cemas, takut dan khawatir sehingga otaknya tidak bisa diajak berpikir jernih. Aghata takut kalau David kenapa-napa dan nyawa pria tersebut tidak bisa tertolong.“David, kumohon bertahanlah. Setelah ini, aku berjanji akan pergi jauh darimu agar kau tidak bisa menemuiku lagi. Jika kau sampai kenapa napa, aku benar-benar tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” risau Aghata sambil menangis. Sudah hampir tiga puluh menit, tapi dokter belum ada yang keluar dari ruangan tersebut.***Di waktu yang sama. Louis berdiri di depan jendela perusahaannya. Di celah jarinya terdapat sebatang rokok. Sesekali dia menghisap rokok tersebut.“Semenjak malam itu, kenapa aku tidak berselera lagi untuk tidur bersama jalang-jalang, ya? Aku malah semakin penasaran dengan gadis sombong itu,” gumam Louis menatap keluar jendela perusahaan.“Apa pu
“Da—David?” Dengan gerakan cepat, Aghata langsung menutup pintu. Namun, sebelum pintu tertutup rapat. David lebih dulu menahannya dan langsung membuka paksa.“David! Kamu kenapa? Ngapain tengah malam datang ke sini? Maaf ... aku tidak mau mencari gara-gara lagi. Kau sudah menikah dengan Roses dan ini malam pengantin kalian!”Aghata terkejut dengan tindakan nekat David yang menemuinya malam-malam begini. Aghata takut kalau Roses mengetahui hal ini dan berakhir hidupnya penuh ancaman lagi.“Aghata, tolong katakan padaku, bagaimana aku bisa malam pertama dengan gadis yang sama sekali tidak aku cintai? Aku tidak mau! Aku tidak menginginkan, Rose. Aku hanya mau kau, Aghata,” lirih David sambil menggenggam kedua tangan Aghata.Aghata menoleh ke samping. Tidak tahan menatap manik hitam David yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.“Kau yang memutus pertunangan kita, David. Lalu kenapa kau menyesal sekarang? Sudahlah, aku tidak ingin berurusan dengan kalian lagi. Perg
Satu minggu telah berlalu. Akhirnya hari menyakitkan dalam hidup Aghata sudah datang. Dari kejauhan, dia melihat Roses dan David bergandengan menuju Artar. Dadanya benar-benar sangat sesak menyaksikan semua itu.Pastor memulai berdakwah. Sepanjang dakwah, David terus melirik Aghata yang enggan melihatnya. Pernikahan tanpa cinta? Sangat konyol, bagaimana nanti David memperlakukan Roses istrinya? Apakah David nanti bisa belajar mencintai Roses seperti dia mencintai Aghata? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran pria tampan tersebut.‘Aghata, ini sangat berat. Kenapa kau harus mengkhianatiku? Bagaimana bisa aku mencintai adikmu ini,’ lirih David di dalam hatinya.Hingga sampailah di waktu janji pernikahan. Namun, David belum membuka suaranya. Kefokusannya dialihkan oleh kehadiran Aghata. Sampai Roses harus menyenggol lengan pria tersebut, barulah David sadar.“Aku ambil kau Aghata Xeri--"“Ma—maaf, biar saya ulangi lagi,” sambung David ketika dia salah nama lagi. wajah Roses
“Awas saja kamu! Gadis ini sudah dua kali merendahkanku, kalau bukan karena dia perempuan sudah kupastikan dia hanya tinggal nama saja!” geram Louis.Aghata sudah berada di dalam taksi. Dia masih sangat kesal dengan pria angkuh dan arogan yang barusan dia hadapi. Kata-katanya sangat tajam dan menusuk, tidak ramah di telinga.Louis mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.“Kenapa, Tuan?” tanya via telepon.“Cari tahu lebih detail lagi putri pertama dari Lee Hernandes. Kalau bisa ukuran dalamannya juga cari tau, dia membuatku sangat kesal karena selalu merendahkanku. Nanti malam temui aku di kasino biasa!” perintah Louis dari balik ponselnya.***“Astaga! Bunga Nona Zara.” Aghata sangat panik karena bunga pesanan dari Zara belum ia kembalikan. Mau tidak mau, dia harus membeli bunga yang sama. Pasti bunga pesanan Zara bukan bunga murahan.“Biar bagaimana pun, aku harus tanggung jawab,” lirih Aghata sambil melihat dompetnya yang mulai kritis.Di waktu yang sama. Di kediaman keluarga B
Kenapa?” tanya Aghata saat Louis mencekal pergelangannya. Tanpa banyak bicara, Louis menarik Aghata dan menekan tombol lift agar kembali turun. “Pak, tolong lepaskan saya. Saya tidak punya urusan dengan Anda dan kita juga tidak saling mengenal,” ucap Aghata ketakutan. Dia takut kalau Louis berbuat macam-macam padanya. Apalagi di dalam lift hanya ada mereka berdua. Aghata mulai panik saat Louis mengikis jarak di antara mereka sehingga Aghata terpojokkan, tangan Louis berada di dinding untuk mengunci pergerakan Aghata. “Kita memang tidak saling mengenal, tapi aku dan kau pernah menghabiskan malam bersama. Apa kau lupa, Bitch,” bisik Louis membuat telinga Aghata rasanya seperti ada yang menggelitiki. “Pak, sepertinya Anda salah orang.” Aghata mendorong Louis, sedikit pun pria itu tidak bergerak. “Kau pikir aku pikun? Kau gadis yang tidur denganku dua hari yang lalu karena ibu tirimu menjualmu pada Robert. Robert menghadiahkanmu padaku karena aku memenangkan permainan, lalu kau mem
Louis sudah sampai di hotel, tempat dia menghabiskan malam dengan Aghata. Tadi, dia pergi ke rumah sakit untuk mengambil pil kontrasepsi, dia tidak mau gadis itu mengandung benihnya, sebab dia belum mau punya anak. Menurutnya, memiliki anak akan membuat hidupnya berantakan.“Sialan! Ke mana gadis itu? Aku harus mencarinya, dia tidak boleh mengandung anakku! Bisa-bisa nanti dia memerasku dengan alasan mengandung anakku, biasanya gadis yang seperti itu lebih bahaya dari pada jalang.”Louis keluar dari hotel itu. Mengemudi kembali mobil hitamnya.“Sial! Ke mana harus kucari dia? Kota ini sangat luas,” gumam Louis sambil memukul stir mobilnya. Dia sudah putus asa mencari gadis itu, perasaan Louis baru sebentar meninggalkan gadis yang ia tiduri semalam.***Louis saat ini sudah berada di rumah Robert. Dia ingin mengetahui siapa ibu tiri dari gadis yang baru ia tiduri.“Siapa ibu tiri gadis perawan yang kau hadiahkan tadi malam?” tanya Louis pada Robert.“Istri kedua Lee Hernandes. Gadis y
Tubuh Aghata memucat, semua orang sudah kecewa kepadanya, termasuk papanya. Aghata tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa karena semua orang sudah tidak percaya lagi padanya. Mereka lebih percaya dengan dustaan Roses. Aghata turun dari tempat tidur, memakai bajunya yang berserakan. Lama-lama di kamar ini membuatnya frustrasi, apalagi kenangan tadi malam terus menghantuinya. “Siapa pria yang bersamaku semalam?” gumam Aghata karena dia tidak ingat wajah pria yang sudah menggaulinya sampai sekujur tubuhnya terasa remuk. Aghata semakin pucat di sana. “Bagaimana jika aku hamil? Ya Tuhan ... tolong kali ini saja bantu aku agar aku tidak hamil. Aku tidak mau anakku lahir tanpa status yang tidak jelas,” gumam Aghata khawatir. Aghata melangkah keluar, dia berharap kalau semua ini masih mimpi buruk. Berulang kali ini menampar pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini, tetapi hanya sia-sia saja. Malahan pipinya semakin merah. “Lihatlah gadis itu, sepertinya sudah gila ....” “Iya, ka
Mata hari mulai menampakkan diri dari horizontal Timur. Gadis yang berbaring di ranjang itu mulai mengerjabkan matanya. Aghata melihat ke sekeliling ruangan sudah ada banyak orang di sana. Mereka semua menatap tajam ke arah Aghata.Gadis itu terkejut melihat dirinya yang polos, tubuhnya hanya ditutupi selimut putih tebal. Seketika ingatannya tentang malam panas itu terlintas sehingga matanya mulai berkaca-kaca lagi.“Pa—Papa ” Aghata duduk, tidak lupa menarik selimutnya agar bagian tubuhnya tidak terekpos. Pak Lee hanya diam saja, matanya terus menatap tajam ke arah Aghata. Sebagai ayah, dia sangat kecewa dan tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini dia bangga-banggakan kini merusak nama baiknya.Plak!Meylan menampar gadis itu dengan napas yang sangat memburu.“Kami semua tidak menyangka kalau kau rupanya seperti ini! Kau sudah mempermalukan nama baik keluarga, Aghata! Bagaimana jika wartawan mengetahui kalau kau gadis binal sering melayani nafsu pria hidung belang?!” murka Meyla