Tubuh Aghata memucat, semua orang sudah kecewa kepadanya, termasuk papanya. Aghata tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa karena semua orang sudah tidak percaya lagi padanya. Mereka lebih percaya dengan dustaan Roses.
Aghata turun dari tempat tidur, memakai bajunya yang berserakan. Lama-lama di kamar ini membuatnya frustrasi, apalagi kenangan tadi malam terus menghantuinya.
“Siapa pria yang bersamaku semalam?” gumam Aghata karena dia tidak ingat wajah pria yang sudah menggaulinya sampai sekujur tubuhnya terasa remuk.
Aghata semakin pucat di sana. “Bagaimana jika aku hamil? Ya Tuhan ... tolong kali ini saja bantu aku agar aku tidak hamil. Aku tidak mau anakku lahir tanpa status yang tidak jelas,” gumam Aghata khawatir.
Aghata melangkah keluar, dia berharap kalau semua ini masih mimpi buruk. Berulang kali ini menampar pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini, tetapi hanya sia-sia saja. Malahan pipinya semakin merah.
“Lihatlah gadis itu, sepertinya sudah gila ....”
“Iya, kasihan, ya. Mana masih muda lagi ....”
“Padahal cantik loh, kok stress?”
Kira-kira seperti itulah bisik-bisik para ibu-ibu yang melihat Aghata karena sedari tadi menampar dirinya. Jadi orang-orang mengira kalau dia sudah gila. Aghata mendengar, tapi dia abaikan.
***Aghata sudah sampai di depan rumah mereka yang cukup megah dengan taksi. Namun, yang dia lihat pagar dikunci dan beberapa koper yang isinya barang-barang Aghata sudah di luar, yang artinya papanya benar-benar sudah mengusirnya.
“Pak! Pak satpam tolong buka pintunya!” teriak Aghata dari luar sambil menggedor-gedor pagar.
Satpam membuka pagar. “Maafkan saya Nona, tapi Tuan dan Nyonya melarang saya membiarkan Nona Aghata masuk ....”
“Pak, tolong biarkan saya masuk. Saya ingin bertemu dengan papa.” Aghata memohon sambil menangis.
“Biarkan saja dia menangis di sana, Pak! Anak tidak tau malu itu tidak boleh masuk ke dalam rumah!” Pak Lee keluar dari rumah, lalu melangkah mendekat ke arah satpam dan Aghata.
“Papa ... Aghata mohon, nanti Aghata tidur di mana? Harus dengan apalagi Aghata menjelaskannya kalau Aghata dijebak.” Aghata mendekati papanya.
“Berhenti mengulangi kata itu! Saya sudah tidak percaya lagi kepadamu! Saya sangat kecewa, tidak menyangka kalau selama ini saya sudah melihara jalang yang tidak ada harga dirinya! Terhitung dari detik ini, Anda bukan lagi keluarga Hernandes! Anda sudah merusak nama baik! Dan hari ini juga, saya mengharamkan Anda masuk ke rumah ini! Pergi dari sini! Saya sangat jijik dengan Anda! Saya sudah tidak peduli lagi pada Anda!”
Pak Lee mendorong Aghata sampai tersungkur. Perkataan dari Pak Lee mampu membuat dunia Aghata hancur bagaikan debu yang ditiup angin. Rasanya hati Aghata seperti disayat oleh belati yang sangat tajam sehingga menyisakan rasa yang sangat perih. Lelehan air mata kembali lolos. Dia menatap kecewa ke arah papanya yang menjulang tinggi di depannya.
“Papa, jangan seperti itu. Kasihan Kak Aghata.”
Roses berlari ke Arah papanya, sambil menggandeng sang Papa.
“Pa, Roses tau kalau Papa kecewa. Tapi tidak baik memperlakukan Kak Aghata seperti ini.”
Gadis iblis itu memulai dramanya lagi. Aghata beralih menatap Roses.
Plak!
Kesabaran Aghata sudah habis sehingga tangannya menampar Roses sampai gadis itu menoleh ke samping.
'Aghata, sialan! Awas aja kamu!' teriak Roses di dalam hatinya. Pipinya terasa sangat panas.
“Berhenti membuat drama, Roses! Bukankah ini yang kau inginkan? Kau berhasil menghancurkanku, Roses!” teriak Aghata dengan napas yang memburu.
“Aghata!”
Plak!
“Berani-beraninya kamu menampar putri saya! Pergi dari sini sebelum kesabaran saya habis!”
Pak Lee kembali menampar Aghata. Gadis itu memegang pipinya, semakin menatap kecewa ke arah papanya. Pak Lee menarik paksa Aghata, lalu mendorong gadis itu keluar dari pagar sehingga Aghata jatuh.
“Jika suatu saat nanti kebenaran itu sudah terungkap, Aghata harap Papa tidak melupakan kejadian ini. Aghata harap Papa tidak lupa saat Papa membuangku seperti sampah! Aku harap Papa tidak menyesali semua ini! Karena yang namanya bangkai pasti akan tercium, cepat atau lambat!"
“Kebenaran kalau kau sering gonta-ganti pria?”
Aghata tidak menjawab lagi, dia langsung berdiri. Membawa semua barang-barangnya yang sudah di susun di dalam koper. Pergi dari sini lebih baik dari pada mendengarkan hinaan papanya.
Roses yang melihat semua itu sangat kegirangan.
Louis sudah sampai di hotel, tempat dia menghabiskan malam dengan Aghata. Tadi, dia pergi ke rumah sakit untuk mengambil pil kontrasepsi, dia tidak mau gadis itu mengandung benihnya, sebab dia belum mau punya anak. Menurutnya, memiliki anak akan membuat hidupnya berantakan.“Sialan! Ke mana gadis itu? Aku harus mencarinya, dia tidak boleh mengandung anakku! Bisa-bisa nanti dia memerasku dengan alasan mengandung anakku, biasanya gadis yang seperti itu lebih bahaya dari pada jalang.”Louis keluar dari hotel itu. Mengemudi kembali mobil hitamnya.“Sial! Ke mana harus kucari dia? Kota ini sangat luas,” gumam Louis sambil memukul stir mobilnya. Dia sudah putus asa mencari gadis itu, perasaan Louis baru sebentar meninggalkan gadis yang ia tiduri semalam.***Louis saat ini sudah berada di rumah Robert. Dia ingin mengetahui siapa ibu tiri dari gadis yang baru ia tiduri.“Siapa ibu tiri gadis perawan yang kau hadiahkan tadi malam?” tanya Louis pada Robert.“Istri kedua Lee Hernandes. Gadis y
Kenapa?” tanya Aghata saat Louis mencekal pergelangannya. Tanpa banyak bicara, Louis menarik Aghata dan menekan tombol lift agar kembali turun. “Pak, tolong lepaskan saya. Saya tidak punya urusan dengan Anda dan kita juga tidak saling mengenal,” ucap Aghata ketakutan. Dia takut kalau Louis berbuat macam-macam padanya. Apalagi di dalam lift hanya ada mereka berdua. Aghata mulai panik saat Louis mengikis jarak di antara mereka sehingga Aghata terpojokkan, tangan Louis berada di dinding untuk mengunci pergerakan Aghata. “Kita memang tidak saling mengenal, tapi aku dan kau pernah menghabiskan malam bersama. Apa kau lupa, Bitch,” bisik Louis membuat telinga Aghata rasanya seperti ada yang menggelitiki. “Pak, sepertinya Anda salah orang.” Aghata mendorong Louis, sedikit pun pria itu tidak bergerak. “Kau pikir aku pikun? Kau gadis yang tidur denganku dua hari yang lalu karena ibu tirimu menjualmu pada Robert. Robert menghadiahkanmu padaku karena aku memenangkan permainan, lalu kau mem
“Awas saja kamu! Gadis ini sudah dua kali merendahkanku, kalau bukan karena dia perempuan sudah kupastikan dia hanya tinggal nama saja!” geram Louis.Aghata sudah berada di dalam taksi. Dia masih sangat kesal dengan pria angkuh dan arogan yang barusan dia hadapi. Kata-katanya sangat tajam dan menusuk, tidak ramah di telinga.Louis mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.“Kenapa, Tuan?” tanya via telepon.“Cari tahu lebih detail lagi putri pertama dari Lee Hernandes. Kalau bisa ukuran dalamannya juga cari tau, dia membuatku sangat kesal karena selalu merendahkanku. Nanti malam temui aku di kasino biasa!” perintah Louis dari balik ponselnya.***“Astaga! Bunga Nona Zara.” Aghata sangat panik karena bunga pesanan dari Zara belum ia kembalikan. Mau tidak mau, dia harus membeli bunga yang sama. Pasti bunga pesanan Zara bukan bunga murahan.“Biar bagaimana pun, aku harus tanggung jawab,” lirih Aghata sambil melihat dompetnya yang mulai kritis.Di waktu yang sama. Di kediaman keluarga B
Satu minggu telah berlalu. Akhirnya hari menyakitkan dalam hidup Aghata sudah datang. Dari kejauhan, dia melihat Roses dan David bergandengan menuju Artar. Dadanya benar-benar sangat sesak menyaksikan semua itu.Pastor memulai berdakwah. Sepanjang dakwah, David terus melirik Aghata yang enggan melihatnya. Pernikahan tanpa cinta? Sangat konyol, bagaimana nanti David memperlakukan Roses istrinya? Apakah David nanti bisa belajar mencintai Roses seperti dia mencintai Aghata? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran pria tampan tersebut.‘Aghata, ini sangat berat. Kenapa kau harus mengkhianatiku? Bagaimana bisa aku mencintai adikmu ini,’ lirih David di dalam hatinya.Hingga sampailah di waktu janji pernikahan. Namun, David belum membuka suaranya. Kefokusannya dialihkan oleh kehadiran Aghata. Sampai Roses harus menyenggol lengan pria tersebut, barulah David sadar.“Aku ambil kau Aghata Xeri--"“Ma—maaf, biar saya ulangi lagi,” sambung David ketika dia salah nama lagi. wajah Roses
“Da—David?” Dengan gerakan cepat, Aghata langsung menutup pintu. Namun, sebelum pintu tertutup rapat. David lebih dulu menahannya dan langsung membuka paksa.“David! Kamu kenapa? Ngapain tengah malam datang ke sini? Maaf ... aku tidak mau mencari gara-gara lagi. Kau sudah menikah dengan Roses dan ini malam pengantin kalian!”Aghata terkejut dengan tindakan nekat David yang menemuinya malam-malam begini. Aghata takut kalau Roses mengetahui hal ini dan berakhir hidupnya penuh ancaman lagi.“Aghata, tolong katakan padaku, bagaimana aku bisa malam pertama dengan gadis yang sama sekali tidak aku cintai? Aku tidak mau! Aku tidak menginginkan, Rose. Aku hanya mau kau, Aghata,” lirih David sambil menggenggam kedua tangan Aghata.Aghata menoleh ke samping. Tidak tahan menatap manik hitam David yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.“Kau yang memutus pertunangan kita, David. Lalu kenapa kau menyesal sekarang? Sudahlah, aku tidak ingin berurusan dengan kalian lagi. Perg
Tepat pada pukul delapan, dokter baru memeriksa keadaan David. Aghata terus mondar-mandir di depan ruangan itu, menunggu dokter memberikan penjelasan. Gadis tersebut cemas, takut dan khawatir sehingga otaknya tidak bisa diajak berpikir jernih. Aghata takut kalau David kenapa-napa dan nyawa pria tersebut tidak bisa tertolong.“David, kumohon bertahanlah. Setelah ini, aku berjanji akan pergi jauh darimu agar kau tidak bisa menemuiku lagi. Jika kau sampai kenapa napa, aku benar-benar tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” risau Aghata sambil menangis. Sudah hampir tiga puluh menit, tapi dokter belum ada yang keluar dari ruangan tersebut.***Di waktu yang sama. Louis berdiri di depan jendela perusahaannya. Di celah jarinya terdapat sebatang rokok. Sesekali dia menghisap rokok tersebut.“Semenjak malam itu, kenapa aku tidak berselera lagi untuk tidur bersama jalang-jalang, ya? Aku malah semakin penasaran dengan gadis sombong itu,” gumam Louis menatap keluar jendela perusahaan.“Apa pu
Tangan kekar itu menarik Aghata ke ruangan kosong dan gelap karena di ruangan tersebut sama sekali tidak ada jendela dan ventilasi. Aghata mulai panik, mana pria itu menutup mulutnya lagi sehingga gadis tersebut tidak bisa bersuara.“Jangan berteriak. Jika tidak, aku akan memperkosamu di sini,” bisik pria bersuara berat itu penuh dengan ancaman sehingga mata Aghata membulat dan takut.Aghata bahkan sampai menahan napasnya sangking takutnya.“Gadis penurut,” bisik pria itu sambil menggigit telinga Aghata.“To—long, lepaskan saya,” mohon Aghata ketika pria yang tidak ia kenali itu sudah melepaskan tangannya dari mulut Aghata.“Aku tidak bisa melepaskanmu lagi, Nona Hernandes. Desahanmu malam itu selalu menghantui kefokusanku, jadi bagaimana, dong?” kata pria yang tidak lain adalah Louis, dia menyeringai melihat ekspresi Aghata.“Kau semakin terlihat sangat menggemaskan jika berekspresi seperti ini. Sepertinya akan terlihat menggemaskan jika melihat wajahmu yang kesakitan seperti malam i
“Ini tidak adil bagiku! Kenapa harus Aghata yang selalu mendapatkan semua ini?! Aku membencimu Aghata!” teriak seorang gadis berambut pirang di dalam kamarnya. Dia histeris, barang-barang seperti lampu tidur dan bantal sudah berserakan di lantai akibat amukannya itu. Mata gadis bernama Roses Gabriella Hernandes tersebut memerah, disertai dengan kedua tangannya mengepal. Aura kemarahan semakin terpancar dari raut wajahnya yang semakin merah. Napasnya menggebu-gebu. “Hanya ada satu cara untuk mendapatkan semua kenikmatan itu, yaitu dengan cara menyingkirkan Aghata,” gumamnya sambil menatap lurus ke depan. Rasa benci dan iri kian meraja lela di hati Roses. Apalagi setelah mendengar kabar bahwa pria bernama David Imanuel Brown pewaris tunggal dari keluarga Brown datang ke rumah untuk melakukan perjodohan, sesuai janji Adam Brown dan Lee Hernandes bahwa anak mereka harus dijodohkan. David disuruh memilih salah satu putri dari Lee Hernandes yang akan menjadi istrinya, tanpa ragu Dav
Tangan kekar itu menarik Aghata ke ruangan kosong dan gelap karena di ruangan tersebut sama sekali tidak ada jendela dan ventilasi. Aghata mulai panik, mana pria itu menutup mulutnya lagi sehingga gadis tersebut tidak bisa bersuara.“Jangan berteriak. Jika tidak, aku akan memperkosamu di sini,” bisik pria bersuara berat itu penuh dengan ancaman sehingga mata Aghata membulat dan takut.Aghata bahkan sampai menahan napasnya sangking takutnya.“Gadis penurut,” bisik pria itu sambil menggigit telinga Aghata.“To—long, lepaskan saya,” mohon Aghata ketika pria yang tidak ia kenali itu sudah melepaskan tangannya dari mulut Aghata.“Aku tidak bisa melepaskanmu lagi, Nona Hernandes. Desahanmu malam itu selalu menghantui kefokusanku, jadi bagaimana, dong?” kata pria yang tidak lain adalah Louis, dia menyeringai melihat ekspresi Aghata.“Kau semakin terlihat sangat menggemaskan jika berekspresi seperti ini. Sepertinya akan terlihat menggemaskan jika melihat wajahmu yang kesakitan seperti malam i
Tepat pada pukul delapan, dokter baru memeriksa keadaan David. Aghata terus mondar-mandir di depan ruangan itu, menunggu dokter memberikan penjelasan. Gadis tersebut cemas, takut dan khawatir sehingga otaknya tidak bisa diajak berpikir jernih. Aghata takut kalau David kenapa-napa dan nyawa pria tersebut tidak bisa tertolong.“David, kumohon bertahanlah. Setelah ini, aku berjanji akan pergi jauh darimu agar kau tidak bisa menemuiku lagi. Jika kau sampai kenapa napa, aku benar-benar tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” risau Aghata sambil menangis. Sudah hampir tiga puluh menit, tapi dokter belum ada yang keluar dari ruangan tersebut.***Di waktu yang sama. Louis berdiri di depan jendela perusahaannya. Di celah jarinya terdapat sebatang rokok. Sesekali dia menghisap rokok tersebut.“Semenjak malam itu, kenapa aku tidak berselera lagi untuk tidur bersama jalang-jalang, ya? Aku malah semakin penasaran dengan gadis sombong itu,” gumam Louis menatap keluar jendela perusahaan.“Apa pu
“Da—David?” Dengan gerakan cepat, Aghata langsung menutup pintu. Namun, sebelum pintu tertutup rapat. David lebih dulu menahannya dan langsung membuka paksa.“David! Kamu kenapa? Ngapain tengah malam datang ke sini? Maaf ... aku tidak mau mencari gara-gara lagi. Kau sudah menikah dengan Roses dan ini malam pengantin kalian!”Aghata terkejut dengan tindakan nekat David yang menemuinya malam-malam begini. Aghata takut kalau Roses mengetahui hal ini dan berakhir hidupnya penuh ancaman lagi.“Aghata, tolong katakan padaku, bagaimana aku bisa malam pertama dengan gadis yang sama sekali tidak aku cintai? Aku tidak mau! Aku tidak menginginkan, Rose. Aku hanya mau kau, Aghata,” lirih David sambil menggenggam kedua tangan Aghata.Aghata menoleh ke samping. Tidak tahan menatap manik hitam David yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.“Kau yang memutus pertunangan kita, David. Lalu kenapa kau menyesal sekarang? Sudahlah, aku tidak ingin berurusan dengan kalian lagi. Perg
Satu minggu telah berlalu. Akhirnya hari menyakitkan dalam hidup Aghata sudah datang. Dari kejauhan, dia melihat Roses dan David bergandengan menuju Artar. Dadanya benar-benar sangat sesak menyaksikan semua itu.Pastor memulai berdakwah. Sepanjang dakwah, David terus melirik Aghata yang enggan melihatnya. Pernikahan tanpa cinta? Sangat konyol, bagaimana nanti David memperlakukan Roses istrinya? Apakah David nanti bisa belajar mencintai Roses seperti dia mencintai Aghata? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran pria tampan tersebut.‘Aghata, ini sangat berat. Kenapa kau harus mengkhianatiku? Bagaimana bisa aku mencintai adikmu ini,’ lirih David di dalam hatinya.Hingga sampailah di waktu janji pernikahan. Namun, David belum membuka suaranya. Kefokusannya dialihkan oleh kehadiran Aghata. Sampai Roses harus menyenggol lengan pria tersebut, barulah David sadar.“Aku ambil kau Aghata Xeri--"“Ma—maaf, biar saya ulangi lagi,” sambung David ketika dia salah nama lagi. wajah Roses
“Awas saja kamu! Gadis ini sudah dua kali merendahkanku, kalau bukan karena dia perempuan sudah kupastikan dia hanya tinggal nama saja!” geram Louis.Aghata sudah berada di dalam taksi. Dia masih sangat kesal dengan pria angkuh dan arogan yang barusan dia hadapi. Kata-katanya sangat tajam dan menusuk, tidak ramah di telinga.Louis mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.“Kenapa, Tuan?” tanya via telepon.“Cari tahu lebih detail lagi putri pertama dari Lee Hernandes. Kalau bisa ukuran dalamannya juga cari tau, dia membuatku sangat kesal karena selalu merendahkanku. Nanti malam temui aku di kasino biasa!” perintah Louis dari balik ponselnya.***“Astaga! Bunga Nona Zara.” Aghata sangat panik karena bunga pesanan dari Zara belum ia kembalikan. Mau tidak mau, dia harus membeli bunga yang sama. Pasti bunga pesanan Zara bukan bunga murahan.“Biar bagaimana pun, aku harus tanggung jawab,” lirih Aghata sambil melihat dompetnya yang mulai kritis.Di waktu yang sama. Di kediaman keluarga B
Kenapa?” tanya Aghata saat Louis mencekal pergelangannya. Tanpa banyak bicara, Louis menarik Aghata dan menekan tombol lift agar kembali turun. “Pak, tolong lepaskan saya. Saya tidak punya urusan dengan Anda dan kita juga tidak saling mengenal,” ucap Aghata ketakutan. Dia takut kalau Louis berbuat macam-macam padanya. Apalagi di dalam lift hanya ada mereka berdua. Aghata mulai panik saat Louis mengikis jarak di antara mereka sehingga Aghata terpojokkan, tangan Louis berada di dinding untuk mengunci pergerakan Aghata. “Kita memang tidak saling mengenal, tapi aku dan kau pernah menghabiskan malam bersama. Apa kau lupa, Bitch,” bisik Louis membuat telinga Aghata rasanya seperti ada yang menggelitiki. “Pak, sepertinya Anda salah orang.” Aghata mendorong Louis, sedikit pun pria itu tidak bergerak. “Kau pikir aku pikun? Kau gadis yang tidur denganku dua hari yang lalu karena ibu tirimu menjualmu pada Robert. Robert menghadiahkanmu padaku karena aku memenangkan permainan, lalu kau mem
Louis sudah sampai di hotel, tempat dia menghabiskan malam dengan Aghata. Tadi, dia pergi ke rumah sakit untuk mengambil pil kontrasepsi, dia tidak mau gadis itu mengandung benihnya, sebab dia belum mau punya anak. Menurutnya, memiliki anak akan membuat hidupnya berantakan.“Sialan! Ke mana gadis itu? Aku harus mencarinya, dia tidak boleh mengandung anakku! Bisa-bisa nanti dia memerasku dengan alasan mengandung anakku, biasanya gadis yang seperti itu lebih bahaya dari pada jalang.”Louis keluar dari hotel itu. Mengemudi kembali mobil hitamnya.“Sial! Ke mana harus kucari dia? Kota ini sangat luas,” gumam Louis sambil memukul stir mobilnya. Dia sudah putus asa mencari gadis itu, perasaan Louis baru sebentar meninggalkan gadis yang ia tiduri semalam.***Louis saat ini sudah berada di rumah Robert. Dia ingin mengetahui siapa ibu tiri dari gadis yang baru ia tiduri.“Siapa ibu tiri gadis perawan yang kau hadiahkan tadi malam?” tanya Louis pada Robert.“Istri kedua Lee Hernandes. Gadis y
Tubuh Aghata memucat, semua orang sudah kecewa kepadanya, termasuk papanya. Aghata tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa karena semua orang sudah tidak percaya lagi padanya. Mereka lebih percaya dengan dustaan Roses. Aghata turun dari tempat tidur, memakai bajunya yang berserakan. Lama-lama di kamar ini membuatnya frustrasi, apalagi kenangan tadi malam terus menghantuinya. “Siapa pria yang bersamaku semalam?” gumam Aghata karena dia tidak ingat wajah pria yang sudah menggaulinya sampai sekujur tubuhnya terasa remuk. Aghata semakin pucat di sana. “Bagaimana jika aku hamil? Ya Tuhan ... tolong kali ini saja bantu aku agar aku tidak hamil. Aku tidak mau anakku lahir tanpa status yang tidak jelas,” gumam Aghata khawatir. Aghata melangkah keluar, dia berharap kalau semua ini masih mimpi buruk. Berulang kali ini menampar pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini, tetapi hanya sia-sia saja. Malahan pipinya semakin merah. “Lihatlah gadis itu, sepertinya sudah gila ....” “Iya, ka
Mata hari mulai menampakkan diri dari horizontal Timur. Gadis yang berbaring di ranjang itu mulai mengerjabkan matanya. Aghata melihat ke sekeliling ruangan sudah ada banyak orang di sana. Mereka semua menatap tajam ke arah Aghata.Gadis itu terkejut melihat dirinya yang polos, tubuhnya hanya ditutupi selimut putih tebal. Seketika ingatannya tentang malam panas itu terlintas sehingga matanya mulai berkaca-kaca lagi.“Pa—Papa ” Aghata duduk, tidak lupa menarik selimutnya agar bagian tubuhnya tidak terekpos. Pak Lee hanya diam saja, matanya terus menatap tajam ke arah Aghata. Sebagai ayah, dia sangat kecewa dan tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini dia bangga-banggakan kini merusak nama baiknya.Plak!Meylan menampar gadis itu dengan napas yang sangat memburu.“Kami semua tidak menyangka kalau kau rupanya seperti ini! Kau sudah mempermalukan nama baik keluarga, Aghata! Bagaimana jika wartawan mengetahui kalau kau gadis binal sering melayani nafsu pria hidung belang?!” murka Meyla