Beranda / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Bisakah Kamu Bertahan di Sini?

Share

Bisakah Kamu Bertahan di Sini?

Penulis: Sara Maureen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Badai masuk ke ruang meeting sambil membaca dokumen yang akan dibahas hari ini. Ia mendongak saat duduk di kursinya dan menyapa sebagian peserta yang sudah hadir, termasuk Padma di antaranya.

Padma kenapa? pikir Badai saat melihat perempuan itu hanya mengangguk samar dan melengos begitu saja setelahnya.

Setelah Badai dan Padma batal menikah, memang ada saat-saat di mana mereka seperti orang asing sungguhan. Yang membedakan adalah mereka merupakan dua orang asing yang sudah saling mengenal.

Bukan orang asing yang hanya ditemui sekali karena pernah berpapasan dijalan.

Namun seiring berjalannya waktu, hubungan mereka membaik. Memang tidak seperti sepasang sahabat, tapi setidaknya mereka bisa bersikap ramah meski ada jarak.

“Sudah hadir semua ya,” ucap Badai setelah kursi terakhir di ruangan itu terisi.

Mereka tengah menyiapkan produk baru untuk kategori jamu yang nantinya akan didistribusikan oleh perusahaan Padma sebagai distributor utama. Produk ini juga jadi salah satu proyek terbesar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kadang Mengalah Bukan Berarti Menyerah

    “Padma, kamu nggak perlu minta maaf.”“Jangan bilang begitu, Dai. Kita semua tahu, semua ini juga ada andil aku di dalamnya.” Padma melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Badai. “Kamu emang harus bertanggung jawab, tapi setelah kita jalani semuanya dan aku berpikir untuk waktu yang cukup lama….“Kamu juga semakin nggak bahagia karena pernikahan ini adalah pernikahan yang aku paksakan ke kamu. Anastasya juga pasti tertekan karena aku paksa dia menikah bukan atas kemauannya.”“Padma,” sergah Badai langsung. “Kamu nggak harus berpikir begitu. Ini semua salahku sejak awal—““Nggak, Badai. Kamu jangan sebuta itu sama aku sampai-sampai kamu mau menganulir kesalahanku.”Tanpa menyisakan kesempatan untuk Badai bicara, Padma segera berlalu dari hadapannya. Bada membiarkan Padma turun sendiri. Ia masih berdiri di tempatnya lama setelah Padma menutup pintu besi yang ia buka dengan susah payah.Kalau ia memaksa untuk turun bersama dengan Padma, maka mereka hanya akan berdiam diri dalam keca

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Keinginan Terlarang

    “Dia masih di dalam?”“Masih, Pak.”Badai menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. “Jangan ada yang masuk kalau saya nggak perintahkan, oke?”Kedua satpam itu langsung mengangguk dengan cepat. Mereka sudah kenal Badai sejak kecil karena sudah bekerja di kediaman Tanaka dari lama. Jadi mereka percaya, kalau Badai tidak akan menggunakan kekerasan pada Anastasya di dalam sana.Tapi setelah tahu apa yang dilakukan Anastasya, mereka jadi agak sedikit ragu mengenai hal tersebut. Mereka tahu bagaimana sayangnya Badai pada Asa, sehingga ada kemungkinan kalau Badai akan melawan prinsipnya sendiri kalau ia mau.&ld

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Traumanya Badai dan Asa

    “Papa?”“Iya, Asa?”“Mo mam etim.”“Mau makan es krim?” Badai mengulang ucapan Asa dengan jelas. Sebisa mungkin ia memastikan kalau Asa melihat gerak bibirnya supaya anaknya bisa mengikutinya.“Mm-hm.”“Oke.” Badai mengangguk setuju. “Ayo, kita siap-siap.”Asa tersenyum dan Badai segera menggantikan pakaian Asa. Sudah seminggu Badai cuti mendadak dari kantornya dan hanya menemani Asa di rumah sakit.Setelah hari di mana jiwa Badai hampir hilang karena kegilaan Anastasya, akhirnya

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Maafkan Papa Karena Kita Bukan Keluarga yang Sempurna

    “Asa.”“Ya, Pa?”Badai tersenyum mendengar bagaimana kini Asa sudah lancar mengucap ‘Papa’ dan bukan ‘Baba’ lagi seperti dulu. “Ke tempat yang biasa kita beli es krim kan?”Asa mengerjapkan matanya selama beberapa saat untuk mencoba memahami apa yang diucapkan ayahnya.Begitu mobilnya berhenti karena lampu merah, Badai mengambil ponsel dari sakunya dan mencari gambar kedai es krim yang biasa mereka datangi.“Kita ke sini? Mau?”Asa langsung mengangguk sembari tersenyum. Badai pun segera memasukkan kembali ponselnya ke

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Aku Ingin Bahagia, Tapi Aku Lebih Ingin Padma Bahagia

    “Kamu mungkin salah orang kalau mau bertanya.” Badai tertawa getir. “Dulu aku bukanlah orang yang mengharapkan kehadiran anak. Kamu jelas tahu gimana ceritanya.”Catra meringis mendengarnya. “Tapi kamu bisa beradaptasi dengan sangat baik untuk menjalani peran ayah untuk Asa.”“Karena cuma dia yang kupunya.” Badai kembali mengingat hari di mana Asa lahir. Hari di mana akhirnya ia kembali memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup dan menjalani hari-harinya.“Kalau kamu mau jawabanku paling jujur, aku sangat takut ketika tahu aku akan punya anak.” Badai mengedikkan bahunya. “Tapi setelah mencoba menerima, rasa antusias itu mulai muncul dengan ketakutan

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Perpisahan yang Tidak Diinginkan

    “Baik-baik ya kamu di sini.”“Iya.” Arsa memutar kedua bola matanya. “Astaga, kamu cuma pindah enam bulan ke Bali, Mbak.”“Siapa tahu mau menetap kan.”Arsa hanya mendecakkan lidahnya. Walaupun begitu, ia merangkul bahu kakaknya. Arsa memang jarang menunjukkan kedekatannya dengan Padma di kantor. Meskipun begitu, kali ini ia melanggar prinsipnya karena hari ini adalah hari terakhir Padma bekerja di kantor.“Kamu betah kan di sini?” tanya Padma saat mereka sudah berada di lift.Kalau menurut ayah mereka, Arsa yang memang pintar dengan cepat beradaptasi di perusahaan keluarga mereka set

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Perpisahan yang Tidak Diinginkan

    Padma memasuki kamarnya saat dulu masih tinggal bersama orangtuanya dengan langkah ragu. Hari ini ia ke rumah orangtuanya karena ingin mengambil beberapa barang yang akan ia bawa ke Bali.Memang rencana awalnya adalah ia dan Catra akan tinggal sekitar enam bulan, tapi setelah seminggu ini Padma berpikir panjang dan berdiskusi dengan Catra, sepertinya menggenapkan tinggal di sana selama satu tahun bukanlah ide buruk.Bisa diperpanjang lagi kalau seandainya ia hamil dan melahirkan di sana.Mengingat hal itu, Padma tersenyum dan menutup pintu kamarnya dengan pelan. Ia segera beranjak ke lemarinya dan mengecek barang-barangnya.Saat itulah ponsel Padma yang berada di dalam tas berbun

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Good Bye, B

    “Kalau nanti udah sampai di sana, kabarin Papa ya. Terus minggu depan Papa sama Mama mau ke sana, kamu nggak usah capek-capek beresin rumah karena Papa nggak mau kamu kecapekan. Oke?”Padma tertawa mendengar celotehan ayahnya yang cukup panjang. Ia mengangguk berkali-kali agar ayahnya yakin kalau ia akan mematuhinya.Begitulah Refaldy Hardjaja, selalu ingin melindunginya dan memanjakannya meskipun kini Padma sudah menjadi istri orang. Naluri seorang ayah yang tak bisa dihapuskan begitu saja meskipun sang anak sudah menikah.“Iya, Papa. Papa tenang aja. Catra tuh terlalu manjain aku.” Padma melepas pelukannya pada sang ayah. “Cuci piring aja sering dilarang sama dia.”

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status