Share

Tita si Inspek

Penulis: Chaca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Asolatu khoiruminanauw.... Aku terkesiap kaget mendengar suara adzan subuh. Ternyata mimpi lagi pas pertama jalan dengan Kenzo. 

Segera aku ambil handuk dan masuk kamar mandi. Aku kerja shif pagi kali ini. 

"Ta, buruan. Mau berjamaah, gak?" teriak ayah. 

"Sebentar,"

Terpaksa mandi bebek, demi ikut berjamaah dengan keluarga. Senangnya punya Ayah dan ibu yang baik. 

[Ta, aku jemput agak telat setengah tujuh gak pa apa kan?] chat wa dari Kenzo. 

[Iya, Ken]

[Yasudah, jangan lupa sarapan dulu]

[Kamu juga]

[Iya]

Kenzo Alfarizi, laki-laki yang dijodohkan denganku. Masih kupantau apa usaha dia selama ini, kuliah malah out. Uangnya banyak, sering transfer aku tapi tak pernah aku pakai. Aku takut itu uang tak halal, na'udzubillah. 

Kudengar suara klakson mobil di depan. Pasti Kenzo, dan benar saja. Fortuner barunya nongkrong depan rumahku. 

Setelah pamit sama ayah dan ibu, aku pun langsung meluncur ke tempat kerjaku. 

"Padahal tanpa kamu kerja, aku bisa memenuhi kebutuhanmu, Ta."

Tanpa menengok karena dia fokus nyetir dia bicara. 

"Terima kasih, aku bisa bekerja," jawabku tak lupa tersenyum. Aku lebih bangga memakai uang hasil keringatku sendiri. Meski uang gajianku lebih kecil dari uang yang tiap bulan dia transfer. Aku tak mau jadi benalu buat dia ataupun keluarga. 

"Ta, kapan kamu siap menikah?"

Oh my God, pertanyaannya membuatku tersedak. 

"Nanti ya, Ken. kita saling mengenal dulu. Aku takut kamu menyesal menikah denganku."

"Kenapa begitu, orang tuaku pasti tak salah pilih."

Memang, aku juga berpikir demikian. Tapi, makin kesini tingkahnya semakin aneh. Hampir tak pernah kudengar dia tidur, pasti saja rame dengan teman-temannya. 

"Iya si, Ken. Tapi yang jalani kan kita, jadi kita saling mengenal aja dulu."

"Berapa lama?"

"Satu tahun, maybe."

"Oke, Ta."

Suasana pabrik sudah mulai rame, aku segera ke tempat fingerprint lalu masuk ruangan. 

"Pagi, Tita," sapa Rio anak teknisi. 

"Pagi,"

"Cerah amat tuh muka,"

Aku melirik ke arahnya, "Gaje, lu"

"Cantik-cantik judes." Cibirnya padaku.

Posisiku lumayan aman di pabrik, seorang inspek di departemen linking. eitss, tunggu. Aku begitu gampang masuk pabrik ini dengan jabatan yang lumayan. Kenzo yang rekomendasikan, wih, sepenting itu seorang Kenzo di mata HRD. Siapa sebenarnya seorang Kenzo? 

"Oiy, jangan ngelamun"

Aku dikagetkan Rio, lagi. Tuh anak ngintilin aku terus. Andai Kenzo tahu bisa bermasalah dia. 

"Sono kerja!"

Sedikit kutinggikan nada bicaraku. Aku kurang suka terus dikuntit Rio. 

jarum jam masih setia berputar, tak terasa waktu merangkak begitu cepat. Hari sudah setengahnya berlalu. 

30 menit lagi bel istirahat bunyi. Aku masih asik keliling mengontrol hasil kerja operator di ruanganku. 

"Tita, sudah ada hasilkah untuk idepe 76?" tanya Mr Lee menghampiriku. 

"Sudah mister, saya sudah kirim ke bagian sample," jawabku. 

"God Job," pujinya mengacungkan ibu jari ke arahku. Untung saja aku gerak cepat membuat hasil linking ke bagian sampel. 

Kalau tidak, bakal ngamuk mister Lee. 

Kulihat Rio mengerling nakal ke arahku, astaga dia keterlaluan. Kuacuhkan saja dia. Akhirnya bel istirahat berbunyi juga, aku segera rapiin semua. 

[Ta, sudah rehat? ]

[Ni mau keluar ruangan]

[Aku di depan pabrik, ni. keluar gih] Tumben amat Kenzo. Ada apa ya? 

Aku segera keluar untuk menemui Kenzo. 

Dia melambaikan tangan di dalam mobilnya, 

"Tumben, ada apa, Ken?"

"Kebetulan lewat, Ta, nih aku bawain makan."

Kenzo memberikan satu kotak nasi plus ayam goreng. 

"Makan di dalam saja, sini,"tawarnya membukakan pintu mobil. 

"Oke," 

Akupun segera masuk ke dalam mobil. 

"kamu dah makan?"

"Sudah, kamu makan lah"

Aku mengangguk iya. Mengingat aku dikejar waktu, segera kusantap makanan yang dihidangkan Kenzo. 

"Duhur berjamaah, yuk?" ajakku.

Kenzo planga plongo. "Eu, eu .... "

"Yasudah, aku duhur dulu."

"Iya, maaf gak bisa temenin,"

Aku tersenyum mengangguk, bukan minta ditemenin wahai Kenzo, aku mau kita solat berjamaah. Ah, mungkin malu pikirku. 

Aku memasuki tempat wudhu cewek, sebelum mulai solat di mushola pabrik. 

"Mau berjamaah denganku?"

tawar Rio menghadangku.

Bukankah pahala sholat berjamaah jauh lebih besar dari sholat sendiri. Tapi Rio? tak apa, yang kucari pahala bukan pujian. 

"Hayuk"

"Oke"

Akhirnya Rio mengimamiku sholat duhur. 

***

Bekerja delapan jam di pabrik tekstil ini membuatku sedikit ceria, di sana aku temui berbagai macam karakter orang. bisa kujadikan pengalaman cerita-cerita mereka. 

Pernah kutemui seorang ibu muda yang

bekerja karena dipaksa keadaan. Baru melahirkan, ditinggal suaminya. padahal seumuran denganku. Kasihan sekali nasibnya, meninggalkan bayinya demi bertahan hidup. Semoga tidak kualami dalam hidup. 

"Mba Tita, ukuran bahunya yang tepat berapa idepe lima sembilan?" tanya operator line 7 itu. 

"Enam inci, coba tensyennya pas in ke Rio"

"Baik, mba,"

Operator yang kuketahui bernama Rina itu mencari cari Rio. 

"Noh, di line lima," tunjukku. 

"Oh iya mba"

Jam-jam terakhir aku harus membuat laporan hasil dari setiap idepe yang dikerjakan lima line peganganku.

Sedikit mumet karena suka tertukar nama. 

"Panggil gue, Ta? "

Astaga Rio, malah nyamperin ke mejaku. Membuat konsentrasiku buyar saja. 

"Rina yang butuh elu, bukan gue."

"Oh"

Kembali berkutat dengan lembaran-lembaran kertas putih, yang harus aku tulis dengan teliti. 

"Mba, tensyennya gak bisa berubah. mentok di 5,5 inci"

Rina kembali mengahadapku. Astaghfirullah, ini pasti kerjaan Rio. Aku beranjak, mengikutinya sampai mesin 14 get. 

Kuputar-putar tensyen mesin naik turun, kuatur sesuai pola idepe tersebut. 

"Coba jahit," perintahku. Rina mencoba satu pcs bahu. Tak menunggu lama, dia kerjakan hanya dalam hitungan menit. Rio mendelik, aku tahu apa yang ada dipikirannya. Dia sedang bermain-main dengan Inspek cerdas Tita Shanum. 

Kuukur jahitan bahu Rina, dan ternyata masih kurang 1 inci. Rio tersenyum mengejek, aku tak menyerah. Kurebut kunci yang sedang dipegang Rio. Kupakai untuk mengunci tensyen mesin biar pas. 

"Coba lagi," kataku memberi perintah lagi pada Rina. Dia manut, aku membuka kembali jahitan bahu yang kurang pas tadi. 

Lima menit kemudian, aku mengukur kembali jahitan baru Rina. Dan, berhasil. Rio tepuk tangan sambil berucap "Hebat,"

"Jangan bercanda sama saya," tegasku.

"Sorry, Nona"

Aku meninggalkan tempat itu, pekerjaanku masih belum beres. Masih harus kutulis angka-angka di kertas itu. Juga pedoman pola yang kubuat harus sesuai sampel. Semoga hariku menyenangkan setelah ini. 

Kuambil kalkulator, menghitung total jumlah hasil dari tiap line. 

"Ta, laporannya tinggal dulu. Ikut saya!" Tiba-tiba mister Lee menyuruhku ikut dengannya. Detak jantungku tak beraturan, ada apa gerangan. Kami ternyata menuju ruangan sampel. 

"Ini hasil kamu?" tanya mister Lee

"Iya,"

"Kasih lihat sama pengawas, Lisa, hasil dia lebih buruk dari punyamu. Bagaimana dia kerjakan pola hah?" 

Aku mengambil sampel yang kubuat itu, dan menghampiri pengawas line tiga, Lisa. 

"Kamu buat sampel pake pola yang mana?" tanyaku. 

"Yang dikasih mba lah," jawabnya sedikit bernada tinggi. 

"Mana ada hah, hasil lingking mu jauh beda sama punya Tita." Mr Lee menyerahkan hasil lingkingku ke hadapan Lisa, juga hasil Lisa. Tapi sayang, bel pulang berbunyi. Aku menghela nafas. Setidaknya aku bisa istirahat dari ruwetnya hari ini. 

Bab terkait

  • Cinta Sang Preman   Kenzo Murka

    "Gimana kerjamu hari ini?" tanya Kenzo yang menjemputku. "Tadi sempet bersitegang, cuma keburu bel. Pasti besok rame," jawabku. "Loh, kamu ribut sama siapa? bilang, dia ngapain kamu? "Aku kaget melihat reaksi Kenzo, dia kenapaya. "Gak, Ken. Orang lain yang kena, bukan aku.""Oh, kalo ada yang jahatin kamu, bilang ya,""Mana ada, Ken. ah""Kali saja"Lama kami terdiam di mobil, cuma sesekali saling pandang. "Ken," panggilku. "Iya""Kamu gak cape antar jemput aku?"Ngiiiik ... Kenzo mengerem mobil secara tiba-tiba. "Kamu bosen?" Astaga kenapa dia malah melempar pertanyaan seperti itu. "Bu--""Turun sana!" Bentaknya sedikit kasar. Sungguh, adrenalinku terpacu sekali. Ada apa dengan Kenzo. "Ken, aku tak bermaksud. Tolong dengerin dulu." Kutautkan kedua telapak tangan memohon padanya. "Turun!" sekali lagi dia membentakku. Akupun mengikuti perintahnya dengan berat hati. Kenapa Kenzo jadi sekasar itu? Bagaimana kalau dia mengadu pada ayah, ya Tuhan ada apa ini. Siapa sebenarnya

  • Cinta Sang Preman   Rio Kecelakaan

    Fix, hari ini Rio tidak masuk kerja. Kemana dia? Pikiranku kacau jika mengingat kejadian kemarin. semakin yakin kalau Rio ada hubungannya dengan Kenzo. "Ta, Rio kecelakaan,"Fandi mengabarkan, seperti petir tanpa hujan aku dibuatnya kaget setengah mati. Rio, tumbal. Semoga salah dugaanku. "Kecelakaan di mana?" tanyaku dengan mengatur nada bicara agar tidak bergetar karena menahan tangis."Entah, yang jelas dia ditahan orang,""Mak--sudnya?""Diculik mungkin, matanya dibuat luka,"Astaghfirullah, Kenzo. Apakah dia? "Ta, kamu kenapa?""Engg--gak,"Kulihat jam di tanganku, masih lama jika pulang kerja. ya Allah, aku mohon jauhkan Kenzo dari marabahaya dan jauhkan dia jika membahayakan orang lain. Dimana Rio dan Kenzo sekarang, kuraih ponselku mencoba menghubungi Kenzo. [Ken, lagi di mana?][Di luar, kenapa?][Jemput aku sekarang, bisa?][Kamu sakit? yaudah aku otewe sekarang]Tita, apa yang kamu lakukan. Ini masih jam kerja. ah, bodo amat. Aku segera menghadap Mister Lee. "Sorry Mi

  • Cinta Sang Preman   Stalking Rio

    Kufokuskan mendengar cerita mereka tentang seseorang yang dicongkel matanya, Kenzo bilang harus ada tumbal atau setor kepala pada pihak polisi lantas Rio mau melapor ke polisi atas tindakan Kenzo. Rumit sekali cerita mereka. Haruskah aku yang mencari tahu sendiri tentang Rio? andai aku tahu rumahnya, sudah kudatangi dia. "Permisi,""Eh, Neng Tita, masuk dulu tunggu sebentar ya ibu ambilkan baju kamu," kata bu Ratih. "Maaf bu-ibu, tadi saya denger kalian ngomongin soal orang yang dicongkel matanya, siapa ya?""Oh itu, Neng, si Rio. Biar saja lah anak nakal kaya dia pasti kena tulah."Ibu yang memakai kerudung krem itu yang menjawab tanyaku. "Nakal gimana maksudnya, Bu?""Kan suka mabok, Neng, meresahkan pokoknya,"Loh, Rio yang kukenal di tempat kerja sepertinya anak baik meski agak genit juga. "Maaf, Rio, yang kerja di PT Lee kan?""Iya, Neng."Benar ternyata, Rio yang sama. Kenapa bisa aku tidak tahu kalau dia pemabuk dan pemake. Eh sebentar, Rio paling jago melek. Dia lembur lo

  • Cinta Sang Preman   Bab 6

    Bab 6Aku menyetujui perjanjian itu, aku lebih menyelamatkan Kenzo juga menyelamatkan harga diri keluarga. Aku risen dari pabrik dan disetujui Kenzo, dengan dalih aku ada pekerjaan lain. Kenzo dan keluarga percaya kepadaku. "Gak kerja pun kamu gak apa-apa, Ta," ujar Kenzo. "Simpan saja uangmu, Ken,""Uang yang aku kasih kurang gede?""Gak, Kenzo.""Lalu?""Simpan saja uangmu," jawabku tersenyum sambil ku sentuh pipinya. Sebenarnya ingin kukatakan aku tak mau uang haram, tapi dia pasti akan sangat marah. Pukul 8 pagi, aku berangkat ke rumah Rio. Aku mengendarai motorku, ya hasil kerja kemarin aku belikan motor. Lumayan, agar aku tidak terus menerus merepotkan Kenzo. Aku mengurus Rio, seperti layaknya asisten rumah tangga. Sampai rumahnya aku segera mengambil pekerjaan di dapurnya. Memasak apa yang ada di kulkas. "Ta, jangan terlalu pedas kalau masak." Teriak Rio. "Iya,""Preman gak suka pedes," omelku. Kusiapkan semua kebutuhan Rio, makannya, semua pokoknya. "Ta,""iya,""Kenap

  • Cinta Sang Preman   Bab 7

    Waw, keren. Dia jago mengolah kata-kata. "Hebat banget kamu,""Issh, gak juga ah.""kamu suka puisi?""Suka, kamu bisa bikin puisi kan? coba bikin buat aku, Ta.""Besok aku buatin ya,""Wokeh,"Rio memang pribadi yang menyenangkan, kenapa harus dia tercemplung di dunia hitam. "Ta, kriteria lelaki idaman lu kek apa?""Yang sekufu lah,""Lalu, kenapa mau dijodohkan? Kenzo bukan lelaki yang pantas buatmu.""Terus, kamu gituh yang pantas buatku?"Kami tertawa, Rio menjawil pipiku. kubalas dia dengan kucubit lengannya. Tiba-tiba terdengar pintu depan terketuk, kami terdiam saling pandang. Aku takut jika polisi yang datang. "Aman ko, Ta, paling tukang galon. Coba lihat sana"Aku beranjak keluar dari kamar Rio. Dia menguntit dari belakang. Dan benar saja, hanya tukang antar isi ulang galon. Berteman dekan mafia selalu deg-degan. Apalagi kalau jalan dengan Kenzo, dia jauh lebih senior dari Rio. "Takut ya, Ta?""Dikit,""Jangan takut, gue pasti lindungin elu,"Aku terkesiap, dia lindungi

  • Cinta Sang Preman   Urus Rio

    Bab7[Ta, dah nyampe?] chat dari Rio, ku sembunyikan ponselku dari Kenzo. MasyaAllah, aku berasa sedang selingkuh. Mengapa mesti aku terjebak pada permainan dan sandiwara ini. [Lagi sama Kenzo,]balasku kilat. sambil larak lirik ke arah Kenzo. "Chat siapa?""Temen,"Aku mengambil hidangan yang orang tua Kenzo suguhkan, umi pinter masak. Aku suka masakan umi. "Ta, gak mau lanjut kuliah?" tanya Ummi. "Nanti, ummi." Aku mengambil air putih di depanku. Suasana di rumah Kenzo membuatku nyaman sekali, perlakuan orang tuanya sangat menjadikan aku seolah anak emas. Kenzo pun sangat manis kepadaku, meski kutahu sebenarnya dia bagaimana. Lebih buas dari harimau, naudzubillah. "Kamu kalo mau kuliah ya sok aja, Ta," kata Kenzo menimpali obrolan. "Iya, Ken, nanti."Aku beranjak, hendak membereskan piring di atas meja makan. "Kamu mo ngapain?" tanya Kenzo. "Cuci piring lah,""Issh, diem. Ada si bibi." Kenzo menarikku agar duduk lagi. "Iya, Ta, biar si bibi saja." Ummi beranjak pamit ke ka

  • Cinta Sang Preman   Masih sama Rio

    Hampir dua jam, Rio belum juga pulang. Dia baik-baik saja tidak ya. Kasian Rio, dia sebenarnya baik. Cuma entahlah ada apa dengan dia. Sepertinya dia putus asa. Aku masih asik membuka foto Rio, sampai mataku terkantuk kantuk. Kurasakan pipiku dibelai lembut, dan hangat. "Ta, capek ya." Ops, ternyata Rio yang datang. "Maaf, aku ketiduran." Aku gelagapan. "Gak apa apa, Ta,"Aku cepat bangun, tapi karena buru-buru kakiku tersangkut. Awww, tubuhku oleng tapi ditangkap Rio dengan cekatan. Mata kita beradu pandang. "Tiati, Ta," ujarnya. "Iya, maaf,"Aku menemani Rio di meja makan, melihat dia mengambil makanan dengan sangat bernafsu. Mungkin dia sangat lapar. "Kenapa liatin gue?""Kamu lapar, ya?" aku malah balik tanya. "Kamu juga makan, buruan.""Nanti saja, Yo,""Yaudah, gue gak jadi makan,""Hilih, iya-iya gue makan juga."Akhirnya aku ikut makan dengan Rio. Senang sekali lihat dia semangat lagi, bergairah lagi. "Belajar dari mana lu masak?""Mama,""Keren, enak semua masakan, L

  • Cinta Sang Preman   Luka kembali

    Bab 8Masih saja aku kepikiran soal tulisan Rio di foto itu, bagaimana jika Kenzo mengetahuinya. Bisa jadi Rio mati di tangan Kenzo. Tidak, harus aku rahasiakan semuanya. Apalagi sekarang Kenzo mulai curiga denganku, dan seperti yang Rio bilang anak buah Kenzo banyak. Aku yakin gerak-gerikku diawasinya. Aku harus pandai mengambil hati dia. Jangan sampai aku sendiri yang terjebak pada permainan ini. Bagaimana jika seandainya Rio nekat merebutku dari Kenzo, astaghfirullah, ngomong apa aku. Jangan terlalu gede rasa Tita. Barangkali Rio hanya mengagumi bukan menyukai atau mencintai. "Ta, ada nak Kenzo di depan." Mama memberi tahu aku kalau ada Kenzo di depan. "Terima kasih, Ma, nanti aku keluar," seruku tersenyum menjawab Mama. "Iya, sayang, pake jilbabmu, Nak,""Tentu, Ma,"Kuraih bergo yang kutata rapi di tempat khusus jilbab, sengaja aku pilih warna senada dengan bajuku. Agar enak dipandang kalau matching. Tanpa lama aku segera menemui Kenzo di teras depan. "Tumben gak bilang dulu

Bab terbaru

  • Cinta Sang Preman   Temu kangen

    "Sayang," Ken berlari meraih tubuhku untuk memelukku, aku sangat merindukan Ken ini."Apakah kamu baik-baik saja?""Ya, sayang,""Yo, aku akan menyewakan rumahmu untuk sementara waktu," seru Ken kepada Rio."Hei, itu disewakan, tidak apa-apa bagimu untuk tinggal di sini. Aku tinggal di rumahmu, jadi kamu bisa mengurusnya.""Oh ya, terima kasih, Yo.""Ya, istirahatlah Bos. Apakah Anda ingin saya membeli sesuatu?"Apakah istriku sudah makan?"“Oke sayang, kamu makan. Rio belikan nasi untuk laki-lakiku,”"Siap, Ayah. Waktu mau beli minum, lidahku terlalu pahit untuk diminum,""Jangan minum terlalu banyak, kamu sayang tubuhmu, apalagi kalau nikah nanti tersedak tar Yo, nikah itu enak lho," kata Ken menyetujuiku."Jika kamu berpikir untuk pergi ke sana, aku akan pergi ke sana."***"Sayang, bagaimana kamu bisa tertangkap dengan semua bukti?""Tidak perlu membahasnya, kamu tidak akan mengerti dan aku juga tidak ingin kamu mengerti, sayang,""Baiklah, apa rencana kita selanjutnya? Berapa la

  • Cinta Sang Preman   Ngungsi

    "Lu baik-baik di sini ya, Ta. Gue sama Alvin temenin di sini."Aku mengangguk serta segera masuk ke dalam rumah Rio agar tidak memancing musuh."Yo, telpon bang Kobra, dia gimana?" pintaku."Iya, sebentar." Rio langsung menghubungi Bang Kobra,"Hah? siapa mereka Bang?""Maya, Yo," kudengar percakapan mereka karena Rio sengaja buka speaker agar aku dapat mendengar langsung.Astaghfirullah, dia lagi. Kenapa dia selalu ingin membuatku celaka, padahal ibunya adalah ibuku juga."Lu kudu tiati, Ta,""Maya gak tau rumah lu, kan?""Gak! lu dah makan belom? gue suruh Alvin beliin makanan ya?""Beliin gue nasi Padang saja, Yo. laper gue,""Iya siap."Lagi dan lagi perempuan gila itu masih terus mengincar aku, betapa besar cintanya kepada Kenzo.Kasihan jiwanya terluka bahkan tumbuh rasa dendam.Tanpa aku tulis kesedihannya sudah jelas terlihatTanpa tangis pun sudah terasa betapa perihnyaBertekuk lutut aku mengiba diantara pintamu yang luguAku kini hanya mencoba kuat, meski sekedar menemanin

  • Cinta Sang Preman   Jebakan

    Beruntung lukaku tak terlalu parah, jadi bisa langsung pulang. Tak sabar aku ingin segera ke kantor polisi untuk melihat keadaan suamiku."Suami kamu kedapatan bawa narkoba," kabar polisi saat aku sampai di kantornya. Aku shock, aku tahu dia bandar narkoba tapi sudah gak lagi dia menggeluti pekejaan haram itu. Dia pun janji tidak akan menyentuh barang haram itu lagi."Izinkan saya bertemu suami saya," pintaku memohon."Baik, tunggu sebentar.""Sayaaang." Ken memelukku, aku sibuk menyeka air mata."Kenapa ini bisa terjadi?" isakku."Sttt ... dengerin aku, kamu jangan ke sini dulu ya. Aku khawatir musuhku akan mengincar kamu, Sayang.""Maksudmu?""Turuti perintahku, Sayang. Aku hapal situasi seperti ini. Aku akan segera keluar asal kamu nurut. Biarkan aku dan teman yang lain yang ngurusin ini.""Gimana kalo umi dan Abi tanya, Ibu sama Ayahku juga?""Bilang sama mereka aku ada kerjaan ke luar kota dadakan,""Iya Sayang, kamu baik-baik di sini.""Kamu bisa telpon ato chat aku, Sayang."Ak

  • Cinta Sang Preman   Dihadang musuh

    "Jangan gitu dong ummi, Abi cuma sayang ummi," ujar Abi masih merajuk manja."Abi malu, kita di rumah besan loh bukan di rumah kita," sahut ummi mencubit mesra pinggangnya."Astaghfirullah, Abi lupa. Kalian gimana, Nak?" tanya Abi mengalihkan pembicaraan."Kami baik Abi," jawab Ken."Alhamdulillah,"Asyik berbincang dengan mereka kemudian aku dan Ken pamit pulang, karena tadi Ken janji mau ganti nomor kartunya maka kami mampir ke konter.Aku pilih sendiri nomor kartunya, semoga dengan ini Maya tak lagi bisa menghubungi Kenzo.Kami sedang berjalan pulang dari konter setelah pengaktifan kartu baru. Kami berdua bahagia dan berbicara tentang acara yang baru saja berlangsung. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami dan seorang pria keluar dari mobil itu. Pria itu adalah musuh lama Kenzo yang selalu mengganggu bisnis Kenzo. Kenzo segera mengenali musuhnya itu dan aku merasa tidak nyaman dengan keadaan yang memburuk."Kenzo, Elu pikir lu bisa lari dari gue selamanya?" kata musuh

  • Cinta Sang Preman   Berkumpul

    Lagi dan lagi Maya mengganggu kebahagiaan kami, aku tahu Ken curiga atas tingkahku yang tetiba pamit ke kamar mandi dengan membawa ponselnya. Dia hanya sedang menyembunyikannya dari ummi."Ummi pulang ya, Sayang.""Ken antar ya ummi," tawar Ken."Gak usah sayang, kasihan istrimu sendirian di sini.""Tak apa ummi, Tita biasa sendiri," sahutku, ummi tersenyum cantik sekali."Tuh, istrinya Ken itu selain cantik dan menggemaskan dia juga mandiri, ummi.""Iya ummi percaya, tapi ummi mau mampir ke rumah orangtuanya Tita dulu.""Ya gak apa-apa, atau sekalian saja Tita ikut yuk, Sayang.""Ide yang sangat bagus. Tita ganti baju dulu ya, Ummi.""Iya Sayang,"Bergegas aku masuk kamar untuk mengganti baju, Ken mengekor dari belakang setelah pamit juga pada ummi."Sayang, gak usah ngurusin hal yang gak penting ya," kata Ken memelukku dari belakang."Ganti nomor ya,""Iya Sayang, kamu yang pilihin deh nomornya sekalian tar pulang nganterin ummi.""Ok,"Ken mengecup rambutku mesra, aku mencoba melep

  • Cinta Sang Preman   Maya Lagi

    "Assalamualaikum," sapa umi di luar rumah, gegas aku temui beliau dengan mencium punggung tangannya."Umi, sendiri?""Iya, Sayang, Ken ada?""Lagi di kamar mandi, umi."Umi masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, aku mengikutinya duduk di samping."Umi sehat?""Seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah umi masih diberi umur insyallah biar bisa lihat cucu umi,""Amiin, sebentar umi tita ambilkan minum ya.""Jangan, Nak. Nanti umi ambil sendiri.""Baik umi, jangan sungkan ya.""Gak apa-apa Sayang,""Abi kemana? kenapa gak ikut?""Abi lagi ngisi kajian di mesjid An Nafis, Kalian gimana sudah ada tanda-tanda punya anak?""Eh ada umi," ujar Ken menghampiri, langsung saja dia menyalami umi. "Iya Sayang, sehat kamu Nak?""Alhamdulillah umi, eh umi sendiri?""Iya Sayang, sini duduk dekat umi.""Gimana, Mi?""Kapan umi dapat cucu, Nak?""Doain kita umi, Ken juga pengen segera nimang Dede bayi.""Umi selalu doain,""Terima kasih umi,"Sungguh, tiada doa semujarab doa ibu. Bismillah semoga terkabu

  • Cinta Sang Preman   Bulan madu

    Berjejer kukuh bersua dalam kotakMelintas nada yang sempurna molek dan rancak Tanganku menerka bunga-bunga dalam benak Tatapan ini telah mengenal ragam yang acakBerlainan pula goresan yang kita buat disamping warna perak Ku bersyukur seluruh coretan hidup yang kita mulai dari bercak-bercakHingga kini petualangan kita mencetuskan bianglala yang telah tampakTerlukisnya kamu menyempurnakan kesan gradasi dalam motif hidup ku yang abstrakGoresan krayonmu yang menempel bagai kerakLembut bergelombang seperti ombak Cukup bersinergi untuk meronai sebuah sajakAlhamdulillah semua berjalan lancar, aku dan Ken kini sepasang suami-isteri. Semoga Allah meridhoi pernikahan kami."Sini, Yank." Ken menarikku masuk ke dalam kamar mandi."Apasi Ken, hei mo ngapain ih kamu jangan nakal heh...,""Loh kita sudah halal sayang,""Iya tapi kita ngapain ini ah,""Ayolah sayang, sini." Ken terus memaksaku masuk."Keeennn ...,"***"Cieee mandi basah," goda Ken."Mandi ya basah, gimana si.""Sayang,""

  • Cinta Sang Preman   Baikan

    "Umii," panggilku mendekati beliau karena kulihat beliau membuka matanya. Sedang Abi masih di ruang tamu berdebat dengan Ken."Nak, apa yang Ken barusan bilang, Sayang?""Umi yang tenang, Tita sekarang anak umi ya.""Apa yang Ken bilang?""Umii ... yang sabar ya.""Jadi benar?"Aku mengangguk sambil menahan tangis, ini sangat menyakitkan dihadapanku seorang ibu dan istri yang terluka hati dan batinnya oleh ibu kandungku sendiri."Umi, maafkan Tita.""Tidak Sayang, kamu gak salah. Semua salah mereka yang mementingkan nafsu semata. Kebohongan mereka kapan pun akan ke permukaan juga meski bukan kalian yang membukanya." Umi menangis tersedu, aku memeluknya."Tita anak umi," imbuhnya. Makin kueratkan pelukanku."Makasih umi,"Aku sungguh menyayangi umi, terlebih sekarang beliau adalah mertuaku. Teringat satu puisi yang ditulis temanku di goup pencinta puisi."KEDUNGUAN CINTA" Cinta, apa kau tau seberapa kuat aku mencoba ?Menjahit luka, mengubur derita .... Menjaga mata, menutup telinga

  • Cinta Sang Preman   Ijab qobul

    "Pasangan yang serasi," ucap petugas di kantor urusan agama sesampainya kami di sana.Kami tersenyum menanggapinya."Sudah bisa dimulai kan?" tanyanya lagi. Kami mengangguk.Penghulu menuntun Ken mengucapkan ijab qobul dengan wali hakim yang ditunjuk bang Kobra. Ada rasa yang tak biasa bernaung di dada ini, sungguh luar biasa."Saya terima nikah dan kawinnya Tita Shanum binti Adam dengan maskawin tersebut dibayar tunai.""Saahhh ...,"Alhamdulillah ya Allah, aku resmi jadi istri seorang Kenzo. Riuh sekali suasana di kantor itu, petugas sampe berkali-kali mengingatkan jangan terlalu berisik."Selamat ya, Bos." Bergantian semuanya menyalami Ken dan aku. Ya Allah berkahi pernikahan kami ini, Ridhoi kami sehingga kami dapat mencapai sakinah mawaddah warohmah."Neng, selamat ya kalo kamu butuh teman curhat Teteh bisa jadi teman kamu," ujar istri bang Kobra yang menggendong anaknya."Terima kasih, Teteh. Pasti Tita butuh teteh nanti Tita hubungi teteh kalo mau cerita ya,""Heleh punya temen

DMCA.com Protection Status