Share

Stalking Rio

Penulis: Chaca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kufokuskan mendengar cerita mereka tentang seseorang yang dicongkel matanya, Kenzo bilang harus ada tumbal atau setor kepala pada pihak polisi lantas Rio mau melapor ke polisi atas tindakan Kenzo. Rumit sekali cerita mereka. 

Haruskah aku yang mencari tahu sendiri tentang Rio? andai aku tahu rumahnya, sudah kudatangi dia. 

"Permisi,"

"Eh, Neng Tita, masuk dulu tunggu sebentar ya ibu ambilkan baju kamu," kata bu Ratih. 

"Maaf bu-ibu, tadi saya denger kalian ngomongin soal orang yang dicongkel matanya, siapa ya?"

"Oh itu, Neng, si Rio. Biar saja lah anak nakal kaya dia pasti kena tulah."

Ibu yang memakai kerudung krem itu yang menjawab tanyaku. 

"Nakal gimana maksudnya, Bu?"

"Kan suka mabok, Neng, meresahkan pokoknya,"

Loh, Rio yang kukenal di tempat kerja sepertinya anak baik meski agak genit juga. 

"Maaf, Rio, yang kerja di PT Lee kan?"

"Iya, Neng."

Benar ternyata, Rio yang sama. Kenapa bisa aku tidak tahu kalau dia pemabuk dan pemake. Eh sebentar, Rio paling jago melek. Dia lembur long shif aman saja apa mungkin efek narkoba seperti itu? dia doping buat kerja? 

k"Si Neng kenal?"

"Iya, Bu, teman kerja,"

"Oh, kebetulan dia tetangga saya."

"Benarkah? boleh saya tahu alamatnya?"

"Boleh, di jalan Patimura no 37, Neng. Dia tinggal sendiri."

"Terima kasih, Bu"

Setelah kuambil bajuku, aku mencoba mengingat alamat yang diberikan ibu tadi. Besok, pulang kerja aku akan samperin Rio ke rumahnya. Hari ini aku terlalu lemah untuk mendengar cerita itu. Ada rasa yang entah apa berebut saling mengalahkan. Aku mulai ragu untuk melangkah, mulai goyah mempertahankan hubungan ini, tapi janjiku pada ayah enggan ku ingkari. Aku sayang ayah dan ibu, tapi masa depanku bagaimana jika harus hidup dengan bandar narkoba. 

[Ingat, jangan gegabah. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Rio bukan lawan yang kuat, saat ini saja dia sudah kalah.]

Kenzo mengirimku pesan tersebut. Sekuat apa si kamu, Ken. Polisi itu bukan bapakmu, yang bisa menuruti perintahmu.

[Ken, polisi bisa menangkapmu]

[Diam!!! Kamu tidak tahu apa-apa, polisi itu sudah kukasih jatah satu kepala]

[Kamu nyogok polisi?]

[Tidak, hanya pelicin saja, tenanglah Tita. Urus saja semua urusanmu. Oke?]

[Tapi aku calon istrimu, Ken]

[Justru karena kamu adalah calon istriku, jadi tolong hentikan stalking tentang aku ato Rio. Nyawamu terancam jika melakukannya]

[Ah, Aku bingung]

[Istirahat, besok kujemput. Kalau masih ingin bekerja di sana turuti kata-kataku.]

[Iya, Ken]

Kenapa harus dengan ancaman, bagaimana caranya besok aku mencari Rio. 

Perlahan, mataku mulai terpejam lalu terbuka lagi dan terpejam lagi. Aku mencoba melawan kantuk, tapi tak berhasil. Rasa kantuk ini semakin menjadi saat aku baca alquran, ya Allah betapa dangkal imanku. Tolong lindungi aku dari salah jalan, tuntun aku jika pelita menuju jalanMu meredup bahkan padam. 

"Belum tidur, Nak?" 

Pintu kamar dibuka ayah. 

"Kenapa, Yah?"

"Gak, Ayah cuma ngecek anak gadis ayah. Gimana kerjaku hari ini?"

"Biasa, Yah, lancar."

"Alhamdulillah, Kenzo gimana?"

Inikah waktu yang tepat untuk kuungkap semua? bagaimana perasaan ayah jika tahu semuanya. 

"Kenzo baik, oiya ada salam dari umi sama abi,"

"Waalaikumsalam, mereka sehat, bukan?"

"Sehat, Ayah."

"Kalo kamu butuh teman bicara, kamu boleh cerita sama ayah ya, Nak."

"Baik, Ayah. Tita ngantuk, boleh Tita istirahat?"

"Tentu, Sayang. Jangan lupa berdo'a ya," ujar ayah sambil mengecup keningku manja. 

"Dah Ayah."

Masih tak kuasa aku beritahu ayah perihal Kenzo. Kasian beliau, pasti nanti kepikiran. Biar kuatasi sendiri saja. 

***

Dimana rumah Rio? no 37. Upps, inikah? Aku berhenti di rumah sederhana dengan dinding yang banyak mengelupas. 

Pelan kuketuk pintu yang terlihat sudah tua itu. 

"Siapa?" kudengar suara Rio berteriak dari dalam. 

"Ini aku, Tita," jawabku. 

Tak lama Rio membukakan pintu. 

Kulihat mata Rio diperban sebelah kanan, dia kaget melihatku ada di hadapannya saat ini. 

"Ta, ngapain ke sini?"

"Nengok kamu lah,"

Aku diajaknya masuk ke dalam rumah yang sederhana itu. 

keder aku memulai pembicaraan dengan Rio, meski dia terlihat membuka diri. Aku takut salah bicara. Fatal akibatnya jika dia tahu aku calon istri musuhnya. 

"Kamu kenapa, sampe matamu terluka?"

"Biasa, gak papa ko,"

"Ada masalah?"

"Apasi lu, gosah sotoy deh."

"Gue kehilangan elu peak, gak ada yang gangguin gue di tempat kerja,"

Rio tertawa mendengarnya, 

"Elu kangen gue, kan?" tanyanya masih dengan diiringi tawa. 

"Jangan ngaco, siapa yang ngangenin pemake kek ka--,"

Upps, kan. Aku keceplosan. 

"Lu siapa? jangan sok tau deh,"

Aku coba mengimbanginya dengan ketawa agar terlihat seperti lelucon semata. 

"Dih, marah, bener tah lu pemake"

"Sembarangan lu, cowok setampan gue masa iya pemake."

Kuiyakan saja apa katanya, kami tertawa bersama. Bersyukur Rio tak curiga padaku. 

Karena kami bercanda terus, aku tak kuasa menahan ingin buang air kecil. 

"Gue ikut ke kamar mandi, ya,"

"Sono, tar lu ngompol di mari lagi."

Lega rasanya mengeluarkannya. 

"Siapanya elu?" tanya Rio melihatkan kontak Kenzo, dia seperti marah besar. Lidahku kelu, apa yang harus aku katakan pada Rio. 

"Jawab!" bentak Rio benar-benar marah. 

"Aku gak kenal," jawabku asal. 

"Baiklah, gue bakal telpon polisi sekarang juga."

"Jangan, Rio,"

"Kenapa, siapa Kenzo buat lu?"

"Di--dia, calon suamiku,"

Kulihat tangannya mengepal menahan emosi, mendengar jawaban yang kuberikan padanya. 

"Brengsek!" umpatnya. 

"Lu, disuruh Kenzo mata-matai gue?" tambahnya. Aku menggeleng. 

"Kenzo gak tau gue ke sini,"

"Bullshit!"

Rio menarikku kasar, "Lu lihat apa yang sudah cowok lu lakuin ke gue, Tita?"

"Gue gak tahu, Yo, maaf," jawabku. 

"Taek lu, gue bakal balas perbuatan Kenzo."

"Jangan!" aku memelas meminta Rio menghentikan semuanya. jika saling balas tak akan berhenti sampai kiamat sekalipun. 

"Baik, gue bakal maafin Kenzo, dengan satu syarat,"

"apa?"

"Lu mesti urus gue selama satu bulan di sini,"

"Maksud, Lu?"

"Lu urusin gue di sini, pagi ke sini pulang sore,"

Perjanjian macam apa ini? bagaimana kalau Kenzo tahu. Akan sangat fatal akibatnya. Ya Allah kenapa harus terjebak pada situasi macam ini. Haruskah aku patuh pada Rio, untuk keselamatan Kenzo. Sedang Kenzo sudah wanti-wanti untuk tidak stalking Rio. Apa ini sebuah kesalahan yang aku perbuat, apa jadinya jika Kenzo tahu perjanjian gila ini. 

"Deal?"

"Aku gak tau, Yo,"

"Baik, gue telpon polisi sekarang."

"Jangan, iya iya gue turutin elu."

"Bagus"

"Persiapkan diri lu mulai besok, Tita Shanum yang cantik,"

Bergetar bibirku, sakit menerima semuanya. 

Menerima kenyataan nasib di depan mataku. Haruskah aku ratapi? Menyerah? atau justru berontak melawan mencari kebahagiaanku sendiri. Sungguh, dunia memang panggung sandiwara tapi aku tak menginginkan sandiwara ini terjadi. 

Bab terkait

  • Cinta Sang Preman   Bab 6

    Bab 6Aku menyetujui perjanjian itu, aku lebih menyelamatkan Kenzo juga menyelamatkan harga diri keluarga. Aku risen dari pabrik dan disetujui Kenzo, dengan dalih aku ada pekerjaan lain. Kenzo dan keluarga percaya kepadaku. "Gak kerja pun kamu gak apa-apa, Ta," ujar Kenzo. "Simpan saja uangmu, Ken,""Uang yang aku kasih kurang gede?""Gak, Kenzo.""Lalu?""Simpan saja uangmu," jawabku tersenyum sambil ku sentuh pipinya. Sebenarnya ingin kukatakan aku tak mau uang haram, tapi dia pasti akan sangat marah. Pukul 8 pagi, aku berangkat ke rumah Rio. Aku mengendarai motorku, ya hasil kerja kemarin aku belikan motor. Lumayan, agar aku tidak terus menerus merepotkan Kenzo. Aku mengurus Rio, seperti layaknya asisten rumah tangga. Sampai rumahnya aku segera mengambil pekerjaan di dapurnya. Memasak apa yang ada di kulkas. "Ta, jangan terlalu pedas kalau masak." Teriak Rio. "Iya,""Preman gak suka pedes," omelku. Kusiapkan semua kebutuhan Rio, makannya, semua pokoknya. "Ta,""iya,""Kenap

  • Cinta Sang Preman   Bab 7

    Waw, keren. Dia jago mengolah kata-kata. "Hebat banget kamu,""Issh, gak juga ah.""kamu suka puisi?""Suka, kamu bisa bikin puisi kan? coba bikin buat aku, Ta.""Besok aku buatin ya,""Wokeh,"Rio memang pribadi yang menyenangkan, kenapa harus dia tercemplung di dunia hitam. "Ta, kriteria lelaki idaman lu kek apa?""Yang sekufu lah,""Lalu, kenapa mau dijodohkan? Kenzo bukan lelaki yang pantas buatmu.""Terus, kamu gituh yang pantas buatku?"Kami tertawa, Rio menjawil pipiku. kubalas dia dengan kucubit lengannya. Tiba-tiba terdengar pintu depan terketuk, kami terdiam saling pandang. Aku takut jika polisi yang datang. "Aman ko, Ta, paling tukang galon. Coba lihat sana"Aku beranjak keluar dari kamar Rio. Dia menguntit dari belakang. Dan benar saja, hanya tukang antar isi ulang galon. Berteman dekan mafia selalu deg-degan. Apalagi kalau jalan dengan Kenzo, dia jauh lebih senior dari Rio. "Takut ya, Ta?""Dikit,""Jangan takut, gue pasti lindungin elu,"Aku terkesiap, dia lindungi

  • Cinta Sang Preman   Urus Rio

    Bab7[Ta, dah nyampe?] chat dari Rio, ku sembunyikan ponselku dari Kenzo. MasyaAllah, aku berasa sedang selingkuh. Mengapa mesti aku terjebak pada permainan dan sandiwara ini. [Lagi sama Kenzo,]balasku kilat. sambil larak lirik ke arah Kenzo. "Chat siapa?""Temen,"Aku mengambil hidangan yang orang tua Kenzo suguhkan, umi pinter masak. Aku suka masakan umi. "Ta, gak mau lanjut kuliah?" tanya Ummi. "Nanti, ummi." Aku mengambil air putih di depanku. Suasana di rumah Kenzo membuatku nyaman sekali, perlakuan orang tuanya sangat menjadikan aku seolah anak emas. Kenzo pun sangat manis kepadaku, meski kutahu sebenarnya dia bagaimana. Lebih buas dari harimau, naudzubillah. "Kamu kalo mau kuliah ya sok aja, Ta," kata Kenzo menimpali obrolan. "Iya, Ken, nanti."Aku beranjak, hendak membereskan piring di atas meja makan. "Kamu mo ngapain?" tanya Kenzo. "Cuci piring lah,""Issh, diem. Ada si bibi." Kenzo menarikku agar duduk lagi. "Iya, Ta, biar si bibi saja." Ummi beranjak pamit ke ka

  • Cinta Sang Preman   Masih sama Rio

    Hampir dua jam, Rio belum juga pulang. Dia baik-baik saja tidak ya. Kasian Rio, dia sebenarnya baik. Cuma entahlah ada apa dengan dia. Sepertinya dia putus asa. Aku masih asik membuka foto Rio, sampai mataku terkantuk kantuk. Kurasakan pipiku dibelai lembut, dan hangat. "Ta, capek ya." Ops, ternyata Rio yang datang. "Maaf, aku ketiduran." Aku gelagapan. "Gak apa apa, Ta,"Aku cepat bangun, tapi karena buru-buru kakiku tersangkut. Awww, tubuhku oleng tapi ditangkap Rio dengan cekatan. Mata kita beradu pandang. "Tiati, Ta," ujarnya. "Iya, maaf,"Aku menemani Rio di meja makan, melihat dia mengambil makanan dengan sangat bernafsu. Mungkin dia sangat lapar. "Kenapa liatin gue?""Kamu lapar, ya?" aku malah balik tanya. "Kamu juga makan, buruan.""Nanti saja, Yo,""Yaudah, gue gak jadi makan,""Hilih, iya-iya gue makan juga."Akhirnya aku ikut makan dengan Rio. Senang sekali lihat dia semangat lagi, bergairah lagi. "Belajar dari mana lu masak?""Mama,""Keren, enak semua masakan, L

  • Cinta Sang Preman   Luka kembali

    Bab 8Masih saja aku kepikiran soal tulisan Rio di foto itu, bagaimana jika Kenzo mengetahuinya. Bisa jadi Rio mati di tangan Kenzo. Tidak, harus aku rahasiakan semuanya. Apalagi sekarang Kenzo mulai curiga denganku, dan seperti yang Rio bilang anak buah Kenzo banyak. Aku yakin gerak-gerikku diawasinya. Aku harus pandai mengambil hati dia. Jangan sampai aku sendiri yang terjebak pada permainan ini. Bagaimana jika seandainya Rio nekat merebutku dari Kenzo, astaghfirullah, ngomong apa aku. Jangan terlalu gede rasa Tita. Barangkali Rio hanya mengagumi bukan menyukai atau mencintai. "Ta, ada nak Kenzo di depan." Mama memberi tahu aku kalau ada Kenzo di depan. "Terima kasih, Ma, nanti aku keluar," seruku tersenyum menjawab Mama. "Iya, sayang, pake jilbabmu, Nak,""Tentu, Ma,"Kuraih bergo yang kutata rapi di tempat khusus jilbab, sengaja aku pilih warna senada dengan bajuku. Agar enak dipandang kalau matching. Tanpa lama aku segera menemui Kenzo di teras depan. "Tumben gak bilang dulu

  • Cinta Sang Preman   Masih di rumah sakit

    "Yo, bangun, kita ke rumah sakit sekarang." Kuguncang tubuh Rio yang kaku, astaga dia pingsan. Apa yang harus aku lakukan, ya Allah. Telpon ambulan, ya aku segera men dial nomor ambulan. Lima belas menit kemudian mobil ambulan pun datang, petugas segera membopong tubuh kekar Rio yang terkulai tanpa daya.Lindungi Rio, ya Allah. Sesampainya di rumah sakit, aku menunggu dokter memeriksa Rio. Kasian dia, mungkin matanya infeksi karena kurang telaten dia periksa ke dokter. Kulihatdari matanya merembes tetes darah, innalillahi. Rio pasti kesakitan, sampai dia mengaduh padaku. Lama dokter memeriksanya, kulihat jam di tangan menunjukan pukul 22.37. Orang rumah tak ada yang tahu aku pergi, pasti mereka kebingungan mencariku. Jangan sampai mereka cari tahu aku lewat Kenzo. [di mana kamu, nak?] ada pesan masuk di whatsapp ku. Papa. [di rumah sakit, tadi buru buru temen minta tolong mau lahiran] astaga, apa yang kutulis ini. Ampuni hamba ya Allah. [Ya sudah, kamu hati hati, jagain temenny

  • Cinta Sang Preman   Mimpi gila

    Lepas subuh aku ambil Al-quran untuk kubaca dengan do'a yang terhatur untuk seorang Rio. Semoga Allah memberinya kesembuhan. Kuambil secarik kertas lalu kutulis sebuah puisi, mumpung aku ada ide untuk menulis. Lupa aku berhutang pada Rio untuk membalas coretannya kemarin. Sampai terkantuk-kantuk aku menulis dan ... Sudah delapanbelas jam Rio tidak ada mengirim pesan, tak ada penjelasan apapun tentang siapa akun itu dan apa maksud puisi mereka. Sampai ini ternyata perasaan dia terhadapku.***RasaAku berkelana melewati rimba aksara, menembus lebatnya kataAku berenang dalam kubangan gelap dan terangnya pikiranMencari rasa yang sepat singgah pada manik jiwaTerbang mengikut angin berhembus sampai akhirnya leyap pada batas nyataLuka hanyalah setitik duka yang tersirat dalam kisah semestaAku pun pergi pada cinta, kuiklaskan diri dalam rengkuhnyaCumbuannya membangkitkan gelora hasrat jiwa, hadirkan selaksa bahagia**Jadi lagi satu puisi, coba up lagi di medsos. Siap dikritik, dari

  • Cinta Sang Preman   Cemburu

    Bab 10Astaghfirullah, mimpi yang sangat gila. Kenapa jauh panggang dari api, ah, mimpi hanya bunga tidur Tita. Aku lupa baca doa mungkin. "Kenapa, Nak?" tanya papa. "Gak, pa, cuma mimpi,""Cepat ambil wudhu, kita subuh berjamaah."Aku segera beranjak menuju kamar mandi, mengambil air wudhu. Sholat berjamaah dengan keluarga selalu kami lakukan setiap hari. Kebetulan rumah kami agak jauh dari mushola atau mesjid. ***"Abi ada nanyain gue, ya, Ta.""Ken,yang chat beneran abi?" aku malah balik tanya"Yaiyalah masa yaiya dong," jawabnya dengan bercanda."Kenzo, serius!""Iya Non, lu mah serius bener dah. Pantesan dikit-dikit nangiis" kan Kenzo malah meledek"Terus yang barusan telpon gue, ibu tiri lu?" tanyaku lagi"Kang sensus beraksi," jawabnya sambil tertawa."Heh lu ngerjain gue?" "Ya kagaklah, Non. itu memang tulisan gue." Kenzo mencubit hidungku gemas."Lu cerita yang benerlah, Ken," kataku manja."No abi itu kadang gue yang pake" Kalimat itu yang dahsyat terdengar di telingaku

Bab terbaru

  • Cinta Sang Preman   Temu kangen

    "Sayang," Ken berlari meraih tubuhku untuk memelukku, aku sangat merindukan Ken ini."Apakah kamu baik-baik saja?""Ya, sayang,""Yo, aku akan menyewakan rumahmu untuk sementara waktu," seru Ken kepada Rio."Hei, itu disewakan, tidak apa-apa bagimu untuk tinggal di sini. Aku tinggal di rumahmu, jadi kamu bisa mengurusnya.""Oh ya, terima kasih, Yo.""Ya, istirahatlah Bos. Apakah Anda ingin saya membeli sesuatu?"Apakah istriku sudah makan?"“Oke sayang, kamu makan. Rio belikan nasi untuk laki-lakiku,”"Siap, Ayah. Waktu mau beli minum, lidahku terlalu pahit untuk diminum,""Jangan minum terlalu banyak, kamu sayang tubuhmu, apalagi kalau nikah nanti tersedak tar Yo, nikah itu enak lho," kata Ken menyetujuiku."Jika kamu berpikir untuk pergi ke sana, aku akan pergi ke sana."***"Sayang, bagaimana kamu bisa tertangkap dengan semua bukti?""Tidak perlu membahasnya, kamu tidak akan mengerti dan aku juga tidak ingin kamu mengerti, sayang,""Baiklah, apa rencana kita selanjutnya? Berapa la

  • Cinta Sang Preman   Ngungsi

    "Lu baik-baik di sini ya, Ta. Gue sama Alvin temenin di sini."Aku mengangguk serta segera masuk ke dalam rumah Rio agar tidak memancing musuh."Yo, telpon bang Kobra, dia gimana?" pintaku."Iya, sebentar." Rio langsung menghubungi Bang Kobra,"Hah? siapa mereka Bang?""Maya, Yo," kudengar percakapan mereka karena Rio sengaja buka speaker agar aku dapat mendengar langsung.Astaghfirullah, dia lagi. Kenapa dia selalu ingin membuatku celaka, padahal ibunya adalah ibuku juga."Lu kudu tiati, Ta,""Maya gak tau rumah lu, kan?""Gak! lu dah makan belom? gue suruh Alvin beliin makanan ya?""Beliin gue nasi Padang saja, Yo. laper gue,""Iya siap."Lagi dan lagi perempuan gila itu masih terus mengincar aku, betapa besar cintanya kepada Kenzo.Kasihan jiwanya terluka bahkan tumbuh rasa dendam.Tanpa aku tulis kesedihannya sudah jelas terlihatTanpa tangis pun sudah terasa betapa perihnyaBertekuk lutut aku mengiba diantara pintamu yang luguAku kini hanya mencoba kuat, meski sekedar menemanin

  • Cinta Sang Preman   Jebakan

    Beruntung lukaku tak terlalu parah, jadi bisa langsung pulang. Tak sabar aku ingin segera ke kantor polisi untuk melihat keadaan suamiku."Suami kamu kedapatan bawa narkoba," kabar polisi saat aku sampai di kantornya. Aku shock, aku tahu dia bandar narkoba tapi sudah gak lagi dia menggeluti pekejaan haram itu. Dia pun janji tidak akan menyentuh barang haram itu lagi."Izinkan saya bertemu suami saya," pintaku memohon."Baik, tunggu sebentar.""Sayaaang." Ken memelukku, aku sibuk menyeka air mata."Kenapa ini bisa terjadi?" isakku."Sttt ... dengerin aku, kamu jangan ke sini dulu ya. Aku khawatir musuhku akan mengincar kamu, Sayang.""Maksudmu?""Turuti perintahku, Sayang. Aku hapal situasi seperti ini. Aku akan segera keluar asal kamu nurut. Biarkan aku dan teman yang lain yang ngurusin ini.""Gimana kalo umi dan Abi tanya, Ibu sama Ayahku juga?""Bilang sama mereka aku ada kerjaan ke luar kota dadakan,""Iya Sayang, kamu baik-baik di sini.""Kamu bisa telpon ato chat aku, Sayang."Ak

  • Cinta Sang Preman   Dihadang musuh

    "Jangan gitu dong ummi, Abi cuma sayang ummi," ujar Abi masih merajuk manja."Abi malu, kita di rumah besan loh bukan di rumah kita," sahut ummi mencubit mesra pinggangnya."Astaghfirullah, Abi lupa. Kalian gimana, Nak?" tanya Abi mengalihkan pembicaraan."Kami baik Abi," jawab Ken."Alhamdulillah,"Asyik berbincang dengan mereka kemudian aku dan Ken pamit pulang, karena tadi Ken janji mau ganti nomor kartunya maka kami mampir ke konter.Aku pilih sendiri nomor kartunya, semoga dengan ini Maya tak lagi bisa menghubungi Kenzo.Kami sedang berjalan pulang dari konter setelah pengaktifan kartu baru. Kami berdua bahagia dan berbicara tentang acara yang baru saja berlangsung. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami dan seorang pria keluar dari mobil itu. Pria itu adalah musuh lama Kenzo yang selalu mengganggu bisnis Kenzo. Kenzo segera mengenali musuhnya itu dan aku merasa tidak nyaman dengan keadaan yang memburuk."Kenzo, Elu pikir lu bisa lari dari gue selamanya?" kata musuh

  • Cinta Sang Preman   Berkumpul

    Lagi dan lagi Maya mengganggu kebahagiaan kami, aku tahu Ken curiga atas tingkahku yang tetiba pamit ke kamar mandi dengan membawa ponselnya. Dia hanya sedang menyembunyikannya dari ummi."Ummi pulang ya, Sayang.""Ken antar ya ummi," tawar Ken."Gak usah sayang, kasihan istrimu sendirian di sini.""Tak apa ummi, Tita biasa sendiri," sahutku, ummi tersenyum cantik sekali."Tuh, istrinya Ken itu selain cantik dan menggemaskan dia juga mandiri, ummi.""Iya ummi percaya, tapi ummi mau mampir ke rumah orangtuanya Tita dulu.""Ya gak apa-apa, atau sekalian saja Tita ikut yuk, Sayang.""Ide yang sangat bagus. Tita ganti baju dulu ya, Ummi.""Iya Sayang,"Bergegas aku masuk kamar untuk mengganti baju, Ken mengekor dari belakang setelah pamit juga pada ummi."Sayang, gak usah ngurusin hal yang gak penting ya," kata Ken memelukku dari belakang."Ganti nomor ya,""Iya Sayang, kamu yang pilihin deh nomornya sekalian tar pulang nganterin ummi.""Ok,"Ken mengecup rambutku mesra, aku mencoba melep

  • Cinta Sang Preman   Maya Lagi

    "Assalamualaikum," sapa umi di luar rumah, gegas aku temui beliau dengan mencium punggung tangannya."Umi, sendiri?""Iya, Sayang, Ken ada?""Lagi di kamar mandi, umi."Umi masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, aku mengikutinya duduk di samping."Umi sehat?""Seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah umi masih diberi umur insyallah biar bisa lihat cucu umi,""Amiin, sebentar umi tita ambilkan minum ya.""Jangan, Nak. Nanti umi ambil sendiri.""Baik umi, jangan sungkan ya.""Gak apa-apa Sayang,""Abi kemana? kenapa gak ikut?""Abi lagi ngisi kajian di mesjid An Nafis, Kalian gimana sudah ada tanda-tanda punya anak?""Eh ada umi," ujar Ken menghampiri, langsung saja dia menyalami umi. "Iya Sayang, sehat kamu Nak?""Alhamdulillah umi, eh umi sendiri?""Iya Sayang, sini duduk dekat umi.""Gimana, Mi?""Kapan umi dapat cucu, Nak?""Doain kita umi, Ken juga pengen segera nimang Dede bayi.""Umi selalu doain,""Terima kasih umi,"Sungguh, tiada doa semujarab doa ibu. Bismillah semoga terkabu

  • Cinta Sang Preman   Bulan madu

    Berjejer kukuh bersua dalam kotakMelintas nada yang sempurna molek dan rancak Tanganku menerka bunga-bunga dalam benak Tatapan ini telah mengenal ragam yang acakBerlainan pula goresan yang kita buat disamping warna perak Ku bersyukur seluruh coretan hidup yang kita mulai dari bercak-bercakHingga kini petualangan kita mencetuskan bianglala yang telah tampakTerlukisnya kamu menyempurnakan kesan gradasi dalam motif hidup ku yang abstrakGoresan krayonmu yang menempel bagai kerakLembut bergelombang seperti ombak Cukup bersinergi untuk meronai sebuah sajakAlhamdulillah semua berjalan lancar, aku dan Ken kini sepasang suami-isteri. Semoga Allah meridhoi pernikahan kami."Sini, Yank." Ken menarikku masuk ke dalam kamar mandi."Apasi Ken, hei mo ngapain ih kamu jangan nakal heh...,""Loh kita sudah halal sayang,""Iya tapi kita ngapain ini ah,""Ayolah sayang, sini." Ken terus memaksaku masuk."Keeennn ...,"***"Cieee mandi basah," goda Ken."Mandi ya basah, gimana si.""Sayang,""

  • Cinta Sang Preman   Baikan

    "Umii," panggilku mendekati beliau karena kulihat beliau membuka matanya. Sedang Abi masih di ruang tamu berdebat dengan Ken."Nak, apa yang Ken barusan bilang, Sayang?""Umi yang tenang, Tita sekarang anak umi ya.""Apa yang Ken bilang?""Umii ... yang sabar ya.""Jadi benar?"Aku mengangguk sambil menahan tangis, ini sangat menyakitkan dihadapanku seorang ibu dan istri yang terluka hati dan batinnya oleh ibu kandungku sendiri."Umi, maafkan Tita.""Tidak Sayang, kamu gak salah. Semua salah mereka yang mementingkan nafsu semata. Kebohongan mereka kapan pun akan ke permukaan juga meski bukan kalian yang membukanya." Umi menangis tersedu, aku memeluknya."Tita anak umi," imbuhnya. Makin kueratkan pelukanku."Makasih umi,"Aku sungguh menyayangi umi, terlebih sekarang beliau adalah mertuaku. Teringat satu puisi yang ditulis temanku di goup pencinta puisi."KEDUNGUAN CINTA" Cinta, apa kau tau seberapa kuat aku mencoba ?Menjahit luka, mengubur derita .... Menjaga mata, menutup telinga

  • Cinta Sang Preman   Ijab qobul

    "Pasangan yang serasi," ucap petugas di kantor urusan agama sesampainya kami di sana.Kami tersenyum menanggapinya."Sudah bisa dimulai kan?" tanyanya lagi. Kami mengangguk.Penghulu menuntun Ken mengucapkan ijab qobul dengan wali hakim yang ditunjuk bang Kobra. Ada rasa yang tak biasa bernaung di dada ini, sungguh luar biasa."Saya terima nikah dan kawinnya Tita Shanum binti Adam dengan maskawin tersebut dibayar tunai.""Saahhh ...,"Alhamdulillah ya Allah, aku resmi jadi istri seorang Kenzo. Riuh sekali suasana di kantor itu, petugas sampe berkali-kali mengingatkan jangan terlalu berisik."Selamat ya, Bos." Bergantian semuanya menyalami Ken dan aku. Ya Allah berkahi pernikahan kami ini, Ridhoi kami sehingga kami dapat mencapai sakinah mawaddah warohmah."Neng, selamat ya kalo kamu butuh teman curhat Teteh bisa jadi teman kamu," ujar istri bang Kobra yang menggendong anaknya."Terima kasih, Teteh. Pasti Tita butuh teteh nanti Tita hubungi teteh kalo mau cerita ya,""Heleh punya temen

DMCA.com Protection Status