"Yank, gak usah manja minta dijemput Ayah-ibu, cukup aku aja sekarang yang manjain kamu ya.""Dih apaan si,""Peluk sini,""Heh, dasar. Nikahin dulu kalo berani." "Berani banget lah, ayo kita langsung ke K u a saja. Baru kita pulang ke rumah kita,""Rumah kita?""Lah iya, kasian kamu ketinggalan informasi. Rumah sudah siap dihuni, Sayang. Dah beres kemaren.""Serius? keren kamu, Yank.""Alhamdulillah, berkat doa orang tua kita. Oiya nanti kita sempetin nengok Rio dulu ya.""Iya, aku juga pengen jenguk dia.""Semoga dia baik-baik saja.""Amin, sayang,""Dokter lama kali ah, dah pengen berduaan di rumah juga." Ceracau Kenzo sambil packing baju gantiku."Heh, lom muhrim," "Kan segera, Yank, pulang dari sini kita nikah." Sekenanya saja dia ngomong sambil terus beres-beres."Kamu ih,""Apa jekh? gak mau nikah sama aku?""Kan malah ngelantur dia mah, ya jangan buru-buru gitu loh,""Kita dah lama jalan juga, takut terjebak sama nyanyian setan, Yank.""Terjebak gimana?""Tita, aku lelaki n
Kulihat Rio terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit dengan mata yang kembali diperban."Yo, cepet sembuh biar gue bisa ledekin elu lagi.""Ah, sialan lu, Ta,""Lu pan punya nyawa cadangan, seneng banget ngeprank malaikat," guraukau membuat Kenzo dan yang lain pada tertawa."Sa ae lu, Ta.""Yaudah yuk kita pulang," ajak Kenzo."Ayo, Yo, gue pamit dulu. Bang Kobra nemenin elu di sini ko,"lanjutnya pamit sama Rio."Iya, Tiati ya, jagain Tita. Dia pan makhluk limited edition," ujar Rio tertawa."Iye, masukin mesium aja sekalian.""Makanya cuma gue yang punya," Kata Kenzo bangga."Yuk semuanya, Assalamualaikum,""Waalaikumsalam,"Sesampainya aku di rumah yang disambut bahagia oleh kedua orang tuaku, Kenzo mengutarakan niatnya untuk segera meminangku menjadi istrinya. Sungguh, aku tak menyangka kalau Kenzo ternyata serius ingin segera menikahiku.***"Rumpang"Biarkan rembulan datang ke genggamankuAgar kuisi rumpang dalam tubuhmuTidak apa dengan redup cahayanyaGulita lekas pergi dan
Kenzo mengantarku cek up ke rumah sakit yang sama di mana dulu aku pernah dirawat. Tiga hari yang lalu aku keluar dari rumah sakit, Kenzo begitu perhatian terhadapku."Sayang, punggungmu masih sakit?""Gak terlalu,""Kamu ngomong aja kalo ada keluhan ya,""Huum,""Oiya, pulang dari rumah sakit kita ke cafe dulu ya.""Ngapain? mending kita makan di rumah,""Issh, aku pengen berduaan dengan kamu. Eh gak jadi kita lihat rumah saja yuk?" tawarnya."Ide bagus, Ken."Alhamdulillah, lukaku sudah mengering. Hanya saja masih sedikit ngilu jika bergerak lebih. Hari ini aku dan Kenzo berencana menengok Rio setelah cek up dan Kenzo berniat mengajakku ke rumah yang dia bangun dari hasil jerih payahnya.Ya Allah, bagaimana nanti jika orang tua kami tau siapa sebenarnya Kenzo Alfarizi itu. "Kamu suka?" tanya Kenzo saat kami berada di rumah yang baru selesai dibangun tersebut. Sungguh, lebih dari kata mewah menurutku."Waw banget sayang, tapi ...,""Tapi kenapa?""Umi sama Abi tau ini rumahmu?""Gak
Menanggapi kalimat yang selalu diucapkan Kenzo tentang Maya sungguh membuatku sangsi, sebelum aku menikah dengannya aku harus tau dulu ada apa sebenarnya di antara mereka."Tita?" sapa seseorang saat aku di teras rumah membaca novel karya gadis bernama Syamsha Hawa. Aku terkesiap melihat siapa yang datang,Ibunya Maya.Tanpa aba-aba aku berdiri hendak meninggalkan dia, tapi ibu itu berkata"Jangan takut, saya tidak akan melukai kamu.""Ada perlu apa?""Saya hanya tidak ingin kamu seperti anak saya, berpikirlah sebelum kamu mengambil keputusan menikah dengan Kenzo.""Kenapa?""Saya hanya minta kamu berpikir ulang, permisi." Ibu itu pergi meninggalkan aku yang mematung tak mengerti apa maksud dari pernyataan ibunya Maya."Bu, tunggu." Aku mengejar dia dengan sedikit berlari."Jangan cari tau kenapa, saya tegaskan sekali lagi kamu harus berpikir ulang untuk menikah dengan Kenzo karena jika itu terjadi kamu akan menyesal seumur hidup. Demi Allah kalian tidak boleh menikah!""Ya tapi kenap
Abi menghela nafas, berat sepertinya beliau cerita. Aku masih menunggu kalimat demi kalimat yang akan dituturkan calon mertuaku itu. Dan aku masih terus berharap akan ada sebuah titik di mana itu akan jadi kunci cerita siapa Kenzo dan Maya."Kenzo itu bukan anak kandung kami." Duarr!!! seperti petir di siang hari, pernyataan itu menghantam pikiran yang sedang berada pada kegelisahan."Cerita macam apa ini, Bi, tolong jangan bercanda sama tita,""Gak, Nak, Kenzo memang bukan anak kami." Dengan sedikit tangis yang tertahan, umi menjelaskan bahwa itu semua benar. Hampir saja aku ambruk, tubuhku oleng. Kepalaku dipenuhi pernyataan yang membuat pertanyaan itu hampir terjawab. Tatapanku mulai berkunang, sakit sekali kepalaku."Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Abi meraih tubuh lemasku yang hampir terkulai di sofa."Katakan itu tidak benar, Bi,""Maafkan Abi, Sayang. Itu kenyataannya."Sungguh, kalimat itu bak gada besar yang menghantam kepalaku tanpa ampun."Lalu? Ken anak siapa?""Anak seo
Kuambil daging ayam di kulkas, lantas kucuci bersih. Kenzo pura-pura sibuk membantu dengan memotong bawang merah dan putih."Mau diapain ayamnya?" tanyaku, takut selera dia berbeda denganku."Diperkosa," candanya, aku siap memukulnya pake alat masak. Dia menghindar berlari sambil teriak, "Umiii aku mau diperkosa sama Tita.""Husss, sembarangan kamu!" Aku benar-benar menjitaknya meski tak keras."Kalian berisik sekali sedang masakpun." Umi menghampiri kami di dapur."Ini loh, Mi, Ken jail terus.""Dih orang kamu yang mau perkosa aku,""Kenzoooo kamu tuh ya, dah sana biarkan Tita menyelesaikan masakannya." Umi memukul Ken pelan, kami terbahak. Semoga kemesraan ini akan tetap terus terjaga agar Ken tetap menjadi orang baik di mata umi dan Abi.***Nantisuatu hari nanti,akan ada titik temudi mana, jenuh mulai menghunilelah lelah mulai tiba,lalu kata usai di ujung tanduksuatu hari nanti,akan ada sebuah persimpangandi mana perdebatan-perdebatan mulai tak terselesaikanegois mengambi
Kenzo masih saja punya rahasia soal maya, belum sama sekali jujur. Baik, sepertinya aku harus lebih sabar lagi."Ken, boleh tau alamat maya?""Masih mau bahas dia?""Sebelum kita menikah aku ingin semua yang terjadi antara kamu dan maya sudah selesai.""Mulai pun tidak, apa yang mesti diakhiri?""Sayang, kemarin ibunya datang lagi ke rumah ...,"Ngiikkk, Ken mengerem secara mendadak. Aku kaget bukan main, hampir saja kepalaku terbentur."Sorry,""Aku turun, biar aku naik ojek saja. Assalamualaikum." Aku segera keluar dari mobil mewahnya. Tak mau aku ambil resiko, biar dia paham bahwa aku butuh kejujuran dia."Tita, plis jangan kayak anak kecil." Dia mengikutiku turun dari mobil.Aku mengabaikan dia, beruntung aku turun dekat pangkalan ojek dan aku segera memesan ojek itu."Berhenti, awas kalo lu berani pegang calon istri gue!""Masih calon, bos, ko rese. Lagian ini penumpang pertama gue."Buggk, kenzo meninju muka tukang ojek. "Kenzo!" "Turun kamu." Kenzo menarik tanganku paksa."Sa
Selepas sholat subuh, aku keluar mengirup udara yang masih segar belum berbaur dengan nafas orang-orang munafik.Tanpa sengaja aku melihat seorang ibu yang aku terka adalah bu indi. Dengan sedikit gontai langkahku kuatur sedemikian rupa, untuk bisa mengejar bu indi tanpa dia ketahui."Bu indi," sapaku. Ibu berpakaian warna biru muda itu melirikku. "Kenapa keluar jam segini." Dia malah memakiku."Ibu di sini ngapain?""Memastikan kamu sehat dan tidak terus memikirkan kenzo,""Mengapa ibu perduli, sedangkan anak ibu saja malah ibu biarkan terus mengejar kenzo.""Bukan urusanmu!""Akan menjadi urusan saya karena ibu sengaja mengintip saya, kenapa dan ada apa?""Saya permisi," pamitnya berlalu dengan motor yang sengaja berhenti di depan kami.Ada apa dengan dia, kenapa masih saja mengejarku.Ah, kenapa harus diawali dengan misteri pagi yang damai ini. Umi dan abi, ya jawabannya ada dengan mereka. Hari ini aku harus bisa memecahkan misteri ini. Kuambil sapu lidi, mencoba mengalihkan piki