"Rig, media menyoroti hilangny dirimu karena berbagai tuduhan terhadapmu saat ini sedang marak namun beruntungnya bulan demi bulan, berita tentang dirimu mulai padam." Harlan menatap langsung kedua mata ruby Rigel yang baru ia ketahui. Setidaknya dulu Harlan mengenal Rigel sebagai bintang biru bukan Betelgeus Sang Bintang Merah. Rigel menggeleng pelan karena isi kepalanya mulai penuh. "Banyak yang terjadi, aku pun mengalami kesulitan," ucap Rigel yang mengusap perutnya. Cincin pernikahannya bahkan tampak dipandang Harlan yang bungkam saat itu."Apa kau mencintai ayah dari bayi itu?" tanya Harlan tanpa memandang Rigel. Lebih tepatnya tak siap akan jawaban yang akan Rigel ucapkan. Biar bagaimana pun Rigel masih melekat dihatinya. Alih-alih menjawab, Rigel mendekati Harlan sembari menyentuh permukaan pipi tirus Harlan. "Apa tidurmu cukup? lihatlah jenggot yang mulai tumbuh ini, aku terbiasa melihat sosokmu yang berpakaian formal, rapi dan tegas," ucap Rigel. Harlan membelalakkan kedua
“Kau pasti punya alasan tersendiri untuk pergi dan kembali?” celetuk Corrie yang sedang duduk dipinggiran ranjang tidur.Rigel kemarin baru tiba tapi seharian harus melalui beberapa tahap agar bisa masuk ke bumi. Salah satunya pemeriksaan kesehatan yang diawasi langsung dengan Alex. Sebenarnya posisi Rigel yang tiba-tiba hilang misterius dan kembali misterius sudah jadi lirikan para Penjabat Atas tapi berkat perjanjian yang diajukan oleh Harlan, Rigel setidaknya dapat jaminan keamanan dari Harlan namun yang tak Rigel tahu jika Harlan rela menggadaikan jabatannya untuk keamanan Rigel.Corrie tahu hal itu tapi ingin tahu alasan Rigel terlebih dahulu. “Kau itu ... selalu menanggung beban sendiri tanpa mau berbagi,” ucap Corrie.Rigel tertegun mendengar Corrie. Ia yang setengah duduk di ranjang tidur dengan sebelah tangan yang masih diinfus nutrisi tambahan hanya bisa menghela napas. “Aku sudah pernah melakukan kesalahan jadi kali ini aku mau mempertahankannya,” jawab Rigel sambil mengusa
Ketika resah dan kemurkaan menggelapkan hati maka akan selalu ada kelicikan yang ambil kesempatan. Semua orang di Kerajaan New Neoma sudah tahu jika seharusnya Pangeran Adriel yang sudah menaiki takhta itu harusnya menikah dengan tunangannya, yaitu Lady Aquilina anak dari Perdana Menteri. Semua itu jadi kandas karena sebuah ramalan dan tradisi kuno. Aquilina tentu tidak akan diam dengan situasi gelap Adriel saat ini. Permaisuri yang susah payah ia dapatkan justru melarikan diri. Pagi-pagi sekali Aquilina sudah bersolek dan memakai gaun terbaiknya untuk menemui Adriel. Hatinya berdegup kencang karena akan bertemu dengan pujaan hatinya. Kesempatan seperti ini tidak akan Aquilina sia-siakan.Aquilina keluar dari mansion tempat tinggalnya dengan senyum sumringan. "Calen! cepat siapkan kendaraanku!" perintah Aquilina. Pria berambut hitam panjang tiba sembari memberi hormat tuannya itu. Calen pelayan dari Aquilina sekaligus pesuruh setianya. Dia juga yang selama ini selalu mengincar keama
"Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Alex yang menghampiri Rigel diruangannya.Rigel duduk bersandar dipinggiran ranjang kasur. Dia mengangguk. "Seluruh tubuhku semakin terasa berat, sakit dan tidak nyaman," jawab Rigel."Baiklah, biarkan aku melihat tekanan darahmu." Alex pun memasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas Rigel. Ia meletakkan stetoskop pada lengan itu juga tepat pada titik arteri brankial. "Aku butuh kau bernapas dengan santai," suruh Alex kemudian mulai memompa tekanan darah. Usai mengukur tekanan darah Rigel, Alex langsung mencubit pipi gempal Rigel. "Aduh, duh, kenapa?" tanya Rigel kesal."90/60 itulah hasil tekanan darahmu, untuk ibu hamil seharusnya tidak rendah seperti itu," omel Alex. Rigel menghela napas. "Tidurku cukup, makanku baik, mualku berkurang dan semuanya okay," celetuk Rigel tak mau kalah. "Benar, fisikmu baik-baik saja tapi tidak dengan isi kepalamu, kau stres Rigel," ucap Alex. "Lampu kamarmu menyala sampai jam dua dini hari, belum lagi be
"Kau hanya akan sia-sia jika terus memikirkan Wanita itu," ucap Aquilina.Adriel langsung menoleh ke arah Aquilina. "Apa maksudmu?" tanya Adriel dingin.Aquilina takut memandang kedua pandangan dingin Adriel tapi Aquilina terus membujuknya. "Pikirkan lagi, kenapa dia mau kembali ke bumi? pasti dia punya alasan sendiri, bagaimana misalnya dia punya lelaki lain yang masih jadi bagian dari hatinya?" Aquilina sengaja menghasut Adriel. Kedua mata biru Adriel langsung membelalak. Teringat akan sosok Pria lain yang pernah menjalin asmara dengan Rigel. "Tidak mungkin, itu mustahil," ucap Adriel menggeleng."Karena kau tidak disana saat ini, kau bahkan tak tahu dia ada dimana, Adriel," hasut Aquilina. Adriel terdiam sejenak. Teringat akan pertemuannya dengan Rigel. Pertemuan mereka bukan yang pertama melainkan saat Adriel bersama Rigel dalam keadaan yang buruk. Pertemuan pertama saat Adriel mengekori Rigel. Sebuah ledakan misterius yang nyaris mencelakakannya. Adriel sendiri yang bergerak un
"Kami dengar kau kembali sakit." Corrie berucap sembari meletakkan keranjang berisi buah-buahan diatas nakas meja. "Kami juga hendak memberi kabar terbaru di benteng untukmu Kapten Zidane," celetuk Corrie."Mantan Kapten," celetuk Harlan sembari mendengkus kesal."Baiklah, baiklah, seperti itu ... apa kau tidak ada niatan kembali?" tanya Corrie."Kenapa?" "Kudengar zone Z jadi genting dan sinyal gelombang aneh juga mendekati bumi, entah dari mana asalnya," jawab Corrie. Rigel membelalakkan kedua matanya. Ia terkejut dan melotot. "Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan keheranan tapi langsung mengerti maksud dari Rigel. Ia merogoh saku celana dan menyerahkan anting itu pada Rigel. Sementara Rigel langsung merampas anting itu. "Vetle, non aktif!" perintah Rigel. Sekilas cahaya kemilau dari anting itu berkila
"Perintahkan armada menuju ke bumi!" perintah Adriel saat melintasi para prajurit."Baik Yang Mulia!" sahut seluruh Prajurit. Sepasang kaki dibalut sepatu boots mengkilap berjalan tegas di lantai keramik berkilau itu. Adriel, usai memerintahkan armada untuk siaga melakukan perjalanan ke bumi kini sedang berjalan keluar istana. Kala itu Ratu sempat berpas-pasan dengan anak lelakinya itu."Adriel, Nak, kau yakin?" tanya Ratu dengan pilu.Adriel menghentikan langkahnya untuk menatap Ratu. "Dia isteriku, Ibu," jawab Adriel tegas."Aku tahu Nak, tapi ini akan memicu konflik antara planet," ucap Ratu. "Sejarah seharusnya tak boleh terulang lagi, Nak." Ratu berusaha membujuk anak lelakinya yang sudah memegang kuasa saat ini. Sayangnya Ratu tahu jika usahanya akan sia-sia. "Terlambat, memang seharusnya Permaisuri kurebut kembali begitu juga dengan kekayaan bumi yang seharusnya jadi milik kita dari moyang terdahulu," ucap Adriel sembari beranjak berjalan pergi meninggalkan istana. Ratu meng
"Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan termagun saat Rigel melempar anting itu ke lantai kemudian menginjaknya sampai hancur. Harlan melihat raut wajah panik sekaligus murka dari Rigel tapi Harlan yang mulai paham pun memilih diam sejenak."Apa yang kau lakukan Rigel?" tanya Corrie. "Aku melakukan kebodohan, sekarang aku hanya membahayakan banyak orang," jawab Rigel meracau. Rigel membaringkan dirinya sembari menutup dahi dengan punggung tangan kirinya sendiri. Ia menatap langit-langit ruang perawatan yang hampa. Kepalanya terasa sakit dan dadanya juga jadi sesak. Wajah Rigel mulai bersemu kemerahan dan kedua matanya berkaca-kaca. Rigel menoleh menatap Harlan yang sedang memengang tangan kanannya."Kau harus kembali ke barak, karena bisa saja dia membuat kekacuan," ucap Rigel pada Harlan.Harlan menggelen
Keadaan markas Tyre sedang genting. Para staff pemerintahan sedang berlalu lalang berkat adanya radar luar angkasa yang mendeteksi kehadiran armada militer asing. Rapat para petinggi sedang diadakan secara dadakan, seluruh petinggi sektor bertemu tak terkecuali pertahanan. Harlan Zidane, sudah memakai pakaian formal dengan mantel hijau tuanya berjalan tegap memasuki lift. Sepasang sepatu bootsnya terdengar tegas terdengar setiap kali ia berjalan. Sang Mantan Kapten Pertahanan Udara antariksa sekaligus mantan Kapten Anti-Crocus kembali memasuki area yang sempat ia tinggalkan.Harlan menghela napas sembari merogoh saku mantel panjangnya, ia tengah memasang sepasang sarung tangan hitamnya. Terasa ponselnya bergetar, ia segera melihat tampilan layar yang menyala itu. Nama Rigel muncul kemudian terdapat pesan singkat yang masuk."Aku akan pulang ke rumah memakai taxi." isi pesan singkat itu cukup membuat kedua mata zambrud beningnya mengkerut. Harlan lagi-lagi menghela napas, seharusnya i
Pagi ini Rigel diperbolehkan istirahat di rumah karena demam serta kondisi tubuhnya sudah membaik daripada kemarin. Rigel kini sedang mengemasi beberapa helai bajunya ke dalam koper. Perutnya sudah semakin besar bahkan kelahirannya hanya menghitung hari tapi Rigel memilih menunggu hari persalinan di rumah, ia rindu ketenangan seorang diri di rumah. Rigel sampai selesai berkemas tak mendapati sosok Harlan. Ia pun kembali duduk di sofa kemudian mengambil ponselnya. Rigel mencoba untuk menelpon Harlan tapi sambungan sepihak itu tak digubris Harlan. Rigel menghela napas kemudian mengiriminya pesan singkat."Aku akan pulang ke rumah memakai taxi." Rigel mengirimi pesan singkat itu kemudian duduk sejenak. Saat seorang diri terkadang Rigel rindu sosok Adriel. Perutnya terasa bergejolak karena tendangan Si Kecil. Rigel meringis pelan sambil menarik napas dan menghembuskan dengan perlahan. "Kau tahu, Nak, saat kita di New Neoma padahal ayahmu jarang mengunjungi kita," ucap Rigel teringat aka
"Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan termagun saat Rigel melempar anting itu ke lantai kemudian menginjaknya sampai hancur. Harlan melihat raut wajah panik sekaligus murka dari Rigel tapi Harlan yang mulai paham pun memilih diam sejenak."Apa yang kau lakukan Rigel?" tanya Corrie. "Aku melakukan kebodohan, sekarang aku hanya membahayakan banyak orang," jawab Rigel meracau. Rigel membaringkan dirinya sembari menutup dahi dengan punggung tangan kirinya sendiri. Ia menatap langit-langit ruang perawatan yang hampa. Kepalanya terasa sakit dan dadanya juga jadi sesak. Wajah Rigel mulai bersemu kemerahan dan kedua matanya berkaca-kaca. Rigel menoleh menatap Harlan yang sedang memengang tangan kanannya."Kau harus kembali ke barak, karena bisa saja dia membuat kekacuan," ucap Rigel pada Harlan.Harlan menggelen
"Perintahkan armada menuju ke bumi!" perintah Adriel saat melintasi para prajurit."Baik Yang Mulia!" sahut seluruh Prajurit. Sepasang kaki dibalut sepatu boots mengkilap berjalan tegas di lantai keramik berkilau itu. Adriel, usai memerintahkan armada untuk siaga melakukan perjalanan ke bumi kini sedang berjalan keluar istana. Kala itu Ratu sempat berpas-pasan dengan anak lelakinya itu."Adriel, Nak, kau yakin?" tanya Ratu dengan pilu.Adriel menghentikan langkahnya untuk menatap Ratu. "Dia isteriku, Ibu," jawab Adriel tegas."Aku tahu Nak, tapi ini akan memicu konflik antara planet," ucap Ratu. "Sejarah seharusnya tak boleh terulang lagi, Nak." Ratu berusaha membujuk anak lelakinya yang sudah memegang kuasa saat ini. Sayangnya Ratu tahu jika usahanya akan sia-sia. "Terlambat, memang seharusnya Permaisuri kurebut kembali begitu juga dengan kekayaan bumi yang seharusnya jadi milik kita dari moyang terdahulu," ucap Adriel sembari beranjak berjalan pergi meninggalkan istana. Ratu meng
"Kami dengar kau kembali sakit." Corrie berucap sembari meletakkan keranjang berisi buah-buahan diatas nakas meja. "Kami juga hendak memberi kabar terbaru di benteng untukmu Kapten Zidane," celetuk Corrie."Mantan Kapten," celetuk Harlan sembari mendengkus kesal."Baiklah, baiklah, seperti itu ... apa kau tidak ada niatan kembali?" tanya Corrie."Kenapa?" "Kudengar zone Z jadi genting dan sinyal gelombang aneh juga mendekati bumi, entah dari mana asalnya," jawab Corrie. Rigel membelalakkan kedua matanya. Ia terkejut dan melotot. "Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan keheranan tapi langsung mengerti maksud dari Rigel. Ia merogoh saku celana dan menyerahkan anting itu pada Rigel. Sementara Rigel langsung merampas anting itu. "Vetle, non aktif!" perintah Rigel. Sekilas cahaya kemilau dari anting itu berkila
"Kau hanya akan sia-sia jika terus memikirkan Wanita itu," ucap Aquilina.Adriel langsung menoleh ke arah Aquilina. "Apa maksudmu?" tanya Adriel dingin.Aquilina takut memandang kedua pandangan dingin Adriel tapi Aquilina terus membujuknya. "Pikirkan lagi, kenapa dia mau kembali ke bumi? pasti dia punya alasan sendiri, bagaimana misalnya dia punya lelaki lain yang masih jadi bagian dari hatinya?" Aquilina sengaja menghasut Adriel. Kedua mata biru Adriel langsung membelalak. Teringat akan sosok Pria lain yang pernah menjalin asmara dengan Rigel. "Tidak mungkin, itu mustahil," ucap Adriel menggeleng."Karena kau tidak disana saat ini, kau bahkan tak tahu dia ada dimana, Adriel," hasut Aquilina. Adriel terdiam sejenak. Teringat akan pertemuannya dengan Rigel. Pertemuan mereka bukan yang pertama melainkan saat Adriel bersama Rigel dalam keadaan yang buruk. Pertemuan pertama saat Adriel mengekori Rigel. Sebuah ledakan misterius yang nyaris mencelakakannya. Adriel sendiri yang bergerak un
"Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Alex yang menghampiri Rigel diruangannya.Rigel duduk bersandar dipinggiran ranjang kasur. Dia mengangguk. "Seluruh tubuhku semakin terasa berat, sakit dan tidak nyaman," jawab Rigel."Baiklah, biarkan aku melihat tekanan darahmu." Alex pun memasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas Rigel. Ia meletakkan stetoskop pada lengan itu juga tepat pada titik arteri brankial. "Aku butuh kau bernapas dengan santai," suruh Alex kemudian mulai memompa tekanan darah. Usai mengukur tekanan darah Rigel, Alex langsung mencubit pipi gempal Rigel. "Aduh, duh, kenapa?" tanya Rigel kesal."90/60 itulah hasil tekanan darahmu, untuk ibu hamil seharusnya tidak rendah seperti itu," omel Alex. Rigel menghela napas. "Tidurku cukup, makanku baik, mualku berkurang dan semuanya okay," celetuk Rigel tak mau kalah. "Benar, fisikmu baik-baik saja tapi tidak dengan isi kepalamu, kau stres Rigel," ucap Alex. "Lampu kamarmu menyala sampai jam dua dini hari, belum lagi be
Ketika resah dan kemurkaan menggelapkan hati maka akan selalu ada kelicikan yang ambil kesempatan. Semua orang di Kerajaan New Neoma sudah tahu jika seharusnya Pangeran Adriel yang sudah menaiki takhta itu harusnya menikah dengan tunangannya, yaitu Lady Aquilina anak dari Perdana Menteri. Semua itu jadi kandas karena sebuah ramalan dan tradisi kuno. Aquilina tentu tidak akan diam dengan situasi gelap Adriel saat ini. Permaisuri yang susah payah ia dapatkan justru melarikan diri. Pagi-pagi sekali Aquilina sudah bersolek dan memakai gaun terbaiknya untuk menemui Adriel. Hatinya berdegup kencang karena akan bertemu dengan pujaan hatinya. Kesempatan seperti ini tidak akan Aquilina sia-siakan.Aquilina keluar dari mansion tempat tinggalnya dengan senyum sumringan. "Calen! cepat siapkan kendaraanku!" perintah Aquilina. Pria berambut hitam panjang tiba sembari memberi hormat tuannya itu. Calen pelayan dari Aquilina sekaligus pesuruh setianya. Dia juga yang selama ini selalu mengincar keama
“Kau pasti punya alasan tersendiri untuk pergi dan kembali?” celetuk Corrie yang sedang duduk dipinggiran ranjang tidur.Rigel kemarin baru tiba tapi seharian harus melalui beberapa tahap agar bisa masuk ke bumi. Salah satunya pemeriksaan kesehatan yang diawasi langsung dengan Alex. Sebenarnya posisi Rigel yang tiba-tiba hilang misterius dan kembali misterius sudah jadi lirikan para Penjabat Atas tapi berkat perjanjian yang diajukan oleh Harlan, Rigel setidaknya dapat jaminan keamanan dari Harlan namun yang tak Rigel tahu jika Harlan rela menggadaikan jabatannya untuk keamanan Rigel.Corrie tahu hal itu tapi ingin tahu alasan Rigel terlebih dahulu. “Kau itu ... selalu menanggung beban sendiri tanpa mau berbagi,” ucap Corrie.Rigel tertegun mendengar Corrie. Ia yang setengah duduk di ranjang tidur dengan sebelah tangan yang masih diinfus nutrisi tambahan hanya bisa menghela napas. “Aku sudah pernah melakukan kesalahan jadi kali ini aku mau mempertahankannya,” jawab Rigel sambil mengusa