Beranda / Romansa / Cinta Sagita / Mulai Kompak

Share

Mulai Kompak

Penulis: Rahma Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan membuat orang kamu cintai terlalu sering merasa kesal, sebaliknya, buatlah mereka merasa spesial"

Sagita berlari kecil menuju Jidan. Ia tidak sabar untuk melihat apa yang ingin ditunjukkan oleh Jidan.

"Komodo?" Sagita memekik.

"Ya ampun Git! Git! Cantik-cantik tapi wawasan soal satwanya sempit. Komodo itu cuman ada di Flores. Di pulau Komodo. Mana ada Komodo di Kalimantan."

"Terus itu apa?"

Jidan hanya tersenyum senang. Ia sengaja membuat Sagita penasaran. Sagita melihat binatang yang ada di depannya. Binatang itu badannya besar dan panjang, ia jalan melata di pinggir parit besar.

"Itu apa?" lagi Sagita memancing Jidan untuk buka suara.

"Bilang dululah, apa yang dibilang oleh Bos Don sama kamu barusan."

"Bos Don cuman nanya kabar kita. Sama rencana istrinya buat menjodohkan aku sama ponokannya dia."

"Apa? Menjodohkan? Kamu? Sama keponakan Nyonya Besar?" Jidan berteriak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sagita   Lastrina

    "Masa lalu bisa kembali dengan cara yang tak terduga. Bisa dengan cara yang bahagia dan bisa dengan cara yang tragis."Bintang berpijar di atas langit. Malam itu telah diputuskan mereka bertiga tinggal di dekat rumah Pak Darmana. Tidak boleh jauh-jauh dari rumah Pak Darmana. Pasalnya mereka harus mengumpulkan banyak informasi tentang Pak Darmana. Berharap ada informasi yang membuat mereka mampu membujuk Pak Darmana."Kamu dapet info apa?" Pak Sokim bertanya pada Jidan."Enggak ada.""Loh! Kok malah enggak ada." Pak Sokim mengernyit."Saya malah baru menelepon Bos Don. Bilang ke Bos Don kalau orang enggak mau jual tanah ya jangan dipaksa. Itukan haknya dia mau jual apa enggak."Plak!Pak Sokim menepuk jidatnya sendiri. Ia cukup kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Jidan. Dirinya merasa sia-sia membawa Jidan dan Sagita ke Pak Darmana."Kamu gimana Git?" Pak Sokim beralih ke Sagita.

  • Cinta Sagita   Rasa Sesal Pak Darmana

    "Rasa cinta tidak bisa hilang, dia hanya bisa berubah, berubah jadi benci, jadi sesal dan bahkan menjadi sebuah rasa yang lebur menjadi simpati dan kasihan"Wanita yang bernama Lastrina itu selamat. Ia bahkan sudah sadar. Hal itu jelas membuat semua orang merasa tenang, khususunya Pak Darmana. Ia juga mengucapkan terima kasih pada Jidan, Sagita dan Pak Sokim."Kamu kenal sama anak saya?" Pak Darmana bertanya pada Jidan. Jidan hanya mengangguk kecil. Ia jelas tidak bisa mengelak."Dimana?" tanya Pak Darmana lagi."Sudah lama Pak. Dulu waktu saya pernah ditugaskan juga di Kalimantan.""Oh gitu. Nanti kalau kondisinya Lastrina sudah mau ditemui orang lain, kamu masuk saja ya. Siapa tahu Lastrina senang bisa bertemu dengan teman lamanya.""Uhuk! Uhuk!" Pak Sokim terbatuk mendengar perkataan Pak Darmana. Ia jelas tahu jika Jidan dan Lastrina dulunya bukan hanya sekedar teman."Nasib anak saya itu sunggu

  • Cinta Sagita   Jidan yang Berterus Terang

    ~Cinta tumbuh dengan sendirinya, tidak bisa dipaksakan harus tumbuh dimana, harus tumbuh pada siapa~Jidan menundukkan kepalanya. Matanya lurus menatap ke arah meja. Tatapan mata yang sebenarnya bisa dikatakan sebagai tatapan kosong. Sagita menagkupkan kedua tangannya di dada. Pak Sokim menggoyang-goyangkan kakinya.Jelas, ia gelisah."Saya inikan sudah bilang. Bereskan masalah di Kalimantan. Lah, ini kenapa Kalian malah nambah masalah?" Suara cempreng tapi berat itu terdengar tidak enak di kuping. Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah suara Bos Don. Orang yang saat ini berdiri hanya berjarak dua meter dari Sagita, Jidan dan Pak Sokim. Bos Don yang mampu membuat Pak Sokim kaget begitu melihatnya. Melihat Bos Don yang tiba-tiba ada di depannya Pak Sokim seperti tidak percaya. Dia seperti melihat hantu."Kim! Kim! Jangan goyang-goyang gitu kaki kamu. Gimana ini pertanggungjawaban kamu, hah? Kamu jangan seenaknya gini dong. Tan

  • Cinta Sagita   Keinginan Pak Darmana

    ~Setiap orang punya keinginan, namun tidak semuanya harus terwujud. Apalagi jika keinginan itu melibatkan campur tangan orang lain~Wajah Pak Darmana jelas sangat berbeda dari sebelumnya. Wajahnya tampak jauh lebih tenang. Ia duduk di sebuah kursi kayu menunggu Jidan. Kursi itu terletak di depan rumah sewa yang untuk sementara akan ditinggali oleh Jidan, Sagita dan Pak Sokim."Bapak cari saya?" tanya Jidan tanpa basa-basi. Ia duduk tidak jauh dari Pak Darmana. Sagita mendekat pada Jidan dan duduk tidak jauh dari Jidan."Boleh saya bicara empat mata dengan kamu?" Perkataan Pak Darmana jelas membuat Sagita menjadi salah tingkah. Ia merasa mengganggu obrolan antara Pak Sokim dan Jidan."Tidak bisa Pak. Kalau ada yang ingin Bapak sampaikan silakan saja. Tapi biarkan Sagita ada di sini. Kami rekan dan sudah sepantasnya apapun masalah di tempat kerja kami hadapi bersama." Jidan berkata dengan mantap. Raut wajah Pak Darmana seperti

  • Cinta Sagita   Membujuk Jidan

    ~Wanita adalah alat pembujuk pria terbaik~Tidak mudah membujuk Jidan. Dengan cara apapun, tampaknya Sagita akan gagal. Lagipula, membujuk Jidan juga seperti melawan sebagian kecil hati Sagita. Ada dalam bagian hati Sagita yang tidak mau Jidan bertemu dengan Lastrina, namun ia juga tidak mau jika Jidan sampai dipecat."Kak Jidan. Hati kakak boleh panas, tapi Kepala Kakak harus tetap dingin. Kakak enggak boleh emosi. Kakak harus tetap tenang." Sagita mencoba berbicara dengan baik. Sagita melirik ke arah cermin yang ada di dekatnya, ia melihat jika jilbabnya tidak rapi. Sagita segera merapikan jilbabnya di depan cermin. Ia tidak mau jilbabnya tidak rapi.Jidan yang melihat Sagita refleks merapikan jilbabnya justru tersenyum kecil. Dalam hati dia berpikir jika semua wanita sama saja jika bertemu dengan cermin. Mau apapun dan bagaimanapun kondisinya, wanita tetap tidak bisa mengabaikan cermin yang ada di dekatnya."Kamu udah cantik, G

  • Cinta Sagita   Selamat Tinggal Bos Don

    ~Akhir dari sesuatu adalah awal bagi sesuatu lainnya~Hari berlalu begitu saja. Suka atau tidak suka dunia akan tetap berputar pada porosnya. Manusia-manusia yang tinggal di atas permukaannya juga terus merajut ceritanya masing-masing. Malam ini, yang terdengar hanya tawa kelakar Yoga. Di sampingnya ada Jidan yang masih memasang wajah kesal."Terus! Terus! Tertawain aja aku terus sampai kamu puas.""Ampun Jidan! Ampun! Semua cerita kamu itu lucu banget menurut aku. Bisa-bisanya kamu dilema, berada di antara dua janda. Satu Sagita dan satu Lastrina. Luar biasa. Kamu jadi rebutan para janda. Ckckck! Tolong ajarin aku Suhu! Angkat aku jadi muridmu. Hahaha!" Yoga tertawa lagi. Ia puas menertawakan penderitaan Jidan. Tadi, ia sudah puas menertawakan Jidan atas gelar pengangguran yang disandangnya. Sekarang, Yoga menertawakan Jidan lagi karena merasa dirinya sangat dilematis saat berhadapan dengan masalah Lastrina."Begini ya Bapak Peng

  • Cinta Sagita   Usaha Jidan yang Sukses

    ~Selama hidup masih bergulir, masalah pasti akan tetap mengalir~Bunga-bunga hias terjajar rapi. Bugenvil dengan warna semarak menghiasi setiap sudut. Sekulen manis di dalam pot-pot kecil memenuhi sebuah rak yang dicat putih bersih. Tempat itu bukan hanya sekedar tempat jual tanaman hias, tapi juga sudah seperti taman indah yang membuat siapa saja yang masuk ke dalamnya akan betah.Tidak ada suara yang terdengar selain suara air mancur kecil yang airnya mengalir ke sebuah kolam berbatu. Kolam itu berisikan ikan-ikan mas yang warnanya oranye. Siapapun yang tadinya tidak semangat, akan semangat begitu masuk ke dalam kawasan ini.Sudah hampir satu tahun tempat ini beroperasi. Pemiliknya satu, bernama Jidan dan karyawan tetap ya bernama Sagita. Ada beberapa karyawan harian lepas di antaranya Risa dan Cika. Tempat ini juga punya satu pengunjung tetap bernama Yoga. Pengunjung yang berkunjung bukan untuk membeli bunga atau pot hias, dia datan

  • Cinta Sagita   Bapak Pecinta Bonsai

    ~Tanaman hias terkadang bisa menjadi obat bagi hati yang luka. Apalagi jika tanaman itu dari orang yang tersayang~Cika menyodorkan kertas bewarna pink pada Yoga. Yoga menerima kertas itu sambil membolak-baliknya."Apa tuh?" Jidan lebih dulu bertanya."Undangan." Cika menjawab singkat."Undangan sunatan?""Ih! Bukanlah Kak Jidan. Itu undangan wisuda. Cika sama Risa mau wisuda. Dan kalian diundang di acara wisudaannya kita." Cika berkata dengan semangat."Oh! Jadi ini merayakan status kalian yang berubah dari mahasiswa menjadi penganggaran?" Yoga bertanya dengan nada mengejek. Jidan malah membantu Yoga dengan tertawa. Suasana kebun bunga Jidan tidak terlalu ramai hari itu. Hujan baru saja mengguyur tempat itu. Susana kebun yang menjual tanaman hias itu menjadi basah. Namun basahnya membuat mata menjadi segar saat memandang."Kami ini enggak pengangguran. Kamikan juga udah kerja di sini, sama K

Bab terbaru

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

  • Cinta Sagita   Ketakutan Orangtua Danar

    ~Berdoalah untuk kebaikan jangan untuk kejahatan~"Seberapa genting situasinya?" Yoga bertanya pada Jidan."Tadi Doni menjelakan. Katanya mereka dikejar dengan senjata dan orang yang mengejar mereka adalah Danar. Jelas sudah jika prediksi kita benar, Danar bedebah itu adalah dalang dari semuanya.""Apa aku bilang Jidan? Tidak mungkin salah lagi. Jadi apa si Arif temannya Doni itu bisa kembali dihubungi?""Tidak. Handphonennya mati.""Ah, sial. Mereka mungkin sengaja mematikan handphonenya karena sedang bersembunyi atau apa. Apa temannya Doni sendiri?""Iya. Dia sendiri. Terpisah dari rombongannya.""Hmmm. Mereka harus bertahan sendiri. Kita akan butuh waktu untuk bisa sampai ke sana tepat waktu. Tempat itu cukup jauh Jidan. Danar terlalu pintar mencari tempat yang susah dijangkau. Belum lagi kita harus jalan kaki ke dalamnya."Jidan mengangguk. Perjalanan mereka memang akan sangat

  • Cinta Sagita   Sebuah Pisau Kecil

    ~Siapkan senjata terbaikmu, saat berada dalam bahaya~Danar berang. Tadi begitu tahu Sagita sudah tidak di tempatnya ia segera membangunkan ibu dan bapaknya. Danar merasa kecolongan. Ia tahu jika Sagita tidak mungkin bisa lolos sendiri. Siapapun yang membanti Sagita bagi Danar harus diberi pelajaran."Haduh bagaimana ini Danar? Kenapa bisa kita kecolongan? Siapa yang membantu Sagita? Kok bisa anak itu keluar dari rumah bahkan tanpa kita tahu? Pasti sudah ada yang bantu? Apa Jidan yang menemukan? Apa Yoga? Apa jangan-jangan polisi?""Tenanglah Bu. Kita harus mencari. Ibu dan Bapak ke arah sana dan saya akan cari ke arah sana. Kita harus menemukan Sagita. Siapapun yang membantu Sagita, tampaknya dia sendirian. Buktinya dia tidak berani menyerang kita dan hanya fokus menyelamatkan Sagita. Tapi kita harus waspada, sepertinya dia punya senjata atau bahkan sesuatu yang bisa dibuat untuk menghajar kita. Lihat saja dia bisa dengan mudah

  • Cinta Sagita   Arif yang Baik

    ~Terkadang orang asing juga bersedia membntu~"Dino, bangun, bangun Dino!" Doni membangunkan Dino yang sedang tertidur lelap. Dino yang merasa sangat mengantuk dan lelah karena mencari Sagita seharian tersentak mendengar jeritan dari Doni."Ada apa Don? Ada apa? Ada gempa? Kebakaran? Atau apa? Hah? Ada apa?""Kak Sagita. Arif menemukan Kak Sagita. Kita harus ke sana. Ke tempat mereka. Cepat, Din.""Arif? Arif mana? Arif siapa? Hah?""Arif. Teman aku yang polisi hutan itu. Dia menemukan Sagita di hutan. Di salah satu rumah yang ada di hutan. Katanya kondisinya cukup mengenaskan.""Apa? Mengenaskan? Tapi Kak Sagita masih hidupkan?""Masih. Masih hidup. Tapi lemah. Mungkin sudah lebih dulu disiksa. Kita harus segera memberi kabar ini pada Kak Jidan, Risa dan yang lainnya. Jadi ayo kamu harus bangun. Kita harus bergerak cepat."Doni langsung menuju ke garasi mobil. Dino ke kamar mandi

DMCA.com Protection Status