Home / Romansa / Cinta Pertamaku, Suami Orang / 92. Jangan Bilang si Bunda!

Share

92. Jangan Bilang si Bunda!

Author: Hujan Aksara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

[Kamu ada di mana, Nis? Ada di rumah Mawar gak?] tanya Toni kepada Nisa melalui pesan singkat yang dikirimkan olehnya, dan Nisa yang membaca isi pesan itu pun tentu saja langsung saja membalasnya.

“Iya, ayah. aku lagi di rumah Mawar.” Nisa menjawab dengan singkat, seraya masih menunggu balasan lagi dari ayah mertuanya itu, karena tak biasanya juga ia mendapatkan pesan dengan pertanyaan macam itu, biasanya langsung saja ditelpon jika mengenai Reza.

[Ya sudah nanti ayah ke sana, ya. Bentar lagi nyampe, udah nyampe Pom bensin, ada hal yang ingin ayah bicarakan sama kamu.] balasan pesan yang dikirimkan oleh ayah mertuanya itu kepada Nisa lagi.

‘Ada apa, ya? Si Ayah ke sini? apa yang mau dikatakannya padaku?’ Nisa bertanya-tanya dalam hatinya, menerka hal apa yang akan dikatakan oleh Ayah mertuanya.

‘Apa ada hubungannya dengan Reza?’ ucapnya lagi, akan tetapi saat itu pula Nisa segera membuyarkan lamunannya, menepis pikiran-pikiran buruk, dan segera bergegas bersih-bersih karena a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   93. Diturunkan di jalan

    “KAMU JAHAT, MEMBIARKAN AKU DITURUNKAN DI JALAN BEGITU AJA, PADAHAL LAGI GERIMIS. GAK ADA BASA-BASINYA MENAWARKANKU UNTUK MAMPIR SEJENAK DI RUMAH.” Nisa mengirimkan isi pesan tersebut kepada Reza terisak karena saking sedihnya ketika ia sudah datang di rumahnya itu, dan kini ia hanya menelungkupkan wajahnya saja pada bantal.‘Kamu jahat! Kenapa begitu tega sama istri sendiri hanya demi membuat bundamu senang, membiarkan istri sendiri kehujanan, bahkan anak dan ayah sama aja, gak peduli sama sekali, karena saking takutnya pada si Bunda,’ tutur Nisa lagi dalam hatinya yang masih saja terisak.‘Apa mungkin pernikahan ini masih bisa dipertahankan jika kondisinya seperti ini? Aku terasa didzolimi oleh mertua dan suami sendiri, gak ada yang membelaku seorang pun dalam keluarga mereka, hik hik hik.’ Nisa terus saja menangis.Entahlah sudah berapa banyak air mata yang keluar, tak terhingga lagi, bahkan tubuh Nisa kini sudah semakin kurus kering saja, sakit fisik dan bathinnya tak terhi

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   94. Laporan pada Bu Wawat

    “Lho, ada di rumah, Nis? Kamu makin kurus aja badannya,” tanya Bu Wawat ketika Nisa mengantarkan pesanan Erma, anaknya Bu Wawat ke rumahnya.“Iya, Bu, udah lama juga di sini, lagi pula ngapain juga di sana kalau hanya suruh nungguin rumah di Mawar, jadi satpam aja,” celetuk Nisa sekenanya saja, ia sudah tidak bisa membendung lagi rasa kesalnya kepada mertuanya itu.“Lho, Uwa Wawat pikir kamu nememin Reza di rumahnya si bunda, nginep di sana, emangnya gak?” tanya Bu Wawat yang sekarang memanggil namanya kepada Nisa dengan sebutan Uwa, bukan Bu lagi seperti biasanya.“Gak boleh, Uwa. Hanya boleh nemenin sampe sore aja, tidurnya tetap harus di rumah Mawar,” jawab Nisa seadanya.“Wah kok gitu banget si bunda sama kamu, ya udah nanti biar Uwa yang bantu ngomong sama si bunda, ya. Kamu tenang aja.” Bu Wawat membela Nisa, ya memang hanya bu Wawatlah satu-satunya orang yang baik kepada Nisa, dan jarang sekali ikut bergibah.Mungkin karena paling tua, meskipuna terkadang sifat bawa

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   95. Semakin benci saja

    Sebenarnya tanpa diberitahu oleh Nisa pun, ibunya itu sudah tahu bahwa memang Nisa sedang tidak baik-baik saja, bagaimana pula seorang anak bisa menyembunyikan sesuatu dari ibunya yang sudah mengandungnya selama 9 bulan dan menyusuinya selama 2 tahun itu? ya, sekalipun katanya Nisa tidak terlalu dekat juga dengan orang tuanya.Akan tetapi tetap saja bahwa mereka adalah ibunya, bapaknya, yang tahu dengan apa yang Nisa rasakan saat ini, bahkan kesedihan Nisa pun bisa dirasakan oleh keduanya.“Kemarin Nisa diturunkan di jalan sama si Ayah karena tahu kalau si bunda gak mau ketemu Nisa, padahal kemarin gerimis, gak ada basa-basinya sama sekali mengajak mampir, bahkan Reza pun hanya diam saja,” tutur Nisa dengan mata yang kini sudah berkaca lagi.DEGSemakin perih saja kini hati ibunya mendengar ketika anaknya diperlakukan tidak baik oleh mertua dan suaminya.“Sabar, Nis sabar, ya! Kalau memang kamu sudah tidak kuat lagi, udah lepaskan aja! Gak usah dipaksa, gak akan benar seper

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   96. Dua pilihan sulit

    “Reza, coba chat istrimu itu, ngapain sampe bilang ke Erma dan Uwa Wawat segala masalah rumah tangganya, bikin malu aja!” Eneng kini meminta Reza untuk segera menegur Nisa lewat chat.“Eh, iya, Bun.” Reza menjawab, lalu meraih ponsel yang ada di atas meja itu.“Apa lagai kaau sampe berkoar-koar ke orang lain, gak usah banyak omong, malu-maluin aja,” imbuh Eneng lagi yang kini sudah disulut emosi, bahkan Toni dengan setia sudah membelai lembut punggung istrinya itu, menenangkannya, agar emosinya kembali stabil, karena bahaya juga bagi Eneng yang memiliki penyakit jantung.“Sabar, Bun. jangan sampe jantung bunda kambuh lagi, tarik nafas, ya lalu keluarkan pelan-pelan.” Toni memberikan saran kepada istrinya yang wajahnya sudah memerah itu, sehingga Eneng pun akhirnya mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya untuk menghela nafas, berulang kali.“Gak usah dichat, ditelpon aja langsung!” Eneng meralat ucapannya itu kepada Reza, yang masih sibuk mengetik di screen keyboard.“Oh,

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   97. Haruskah bercerai?

    “Buat apa juga ngangkat telpon kalau cuma mau dengerin orang marah-marah, gak ada kerjaan juga!” Nisa menggerutu pada dirinya sendiri ketika berada di kantor sekolah, sehingga menjadikan Riri dan Deden saling tatap mendapati Nisamarah-marah seperti itu.“Ada apa lagi, Nis?” tanya Riri langsung saja, tanpa basa-basi lagi.Riri sudah tahu betul dengan kisah rumah tangga Nisa, bahkan sudah sering pula ia menangis di depan Riri jika bercerita.“Itu si Reza nelpon cuma mau marah-marah aja, pasti disuruh bundanya, ya udah aku matiin aja, gak ada gunanya juga dengerin orang marah,” jawab Nisa sekenanya saja kepada Riri.“Iya, bagus banget, Nis. Lebih baik dimatiin aja, dari pada dengerin kalimat toxic seperti itu,” sahut Riri setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nisa.“Nah, mendengar kata toxic dari Bu Riri, apa Bu Nisa gak merasa kalau pernikahannya itu toxic?” sambung Deden yang kini malah membahas masalah toxic, Nisa hanya diam saja ketika Deden bertanya seperti itu kepadanya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   98. Gugatan cerai

    “Surat panggilan sidang?” Reza terkejut ketika ia mendapatkan amplop coklat yang berisi surat dari pengadilan agama. Ya, panggilan sidang.“Apa, Reza? surat panggilan sidang apa?” tanya Eneng penasaran, lalu menghampiri anaknya itu yang masih dengan kaku, membuka isi amplop tersebut, lalu dibacanya surat itu.DEGReza tersentak ketika tahu isi dari surat itu, ia sampai mundur satu langkah ke belakang karena saking terkejutnya bahwa surat itu adalah surat panggilan sidang gugatan cerai yang dilayangkan oleh Nisa.Sebab memang sudah satu bulan sejak masalah Bu Wawat, Nisa sudah tidak ada lagi menghubungi Reza, begitu juga dengan sebaliknya, Reza sama sekali tidak ada chat atau apa pun untuk sekadar basa-basi bertanya kabar Nisa yang masih syah menjadi istrinya.Bahkan sudah berbulan-bulan juga Nisa sudah tidak mendapatkan nafkah lahir yang tak seberapa itu, dan juga tentunya nafkah bathin yang tak pernah ia dapatkan.“Bun, Nisa menggugat cerai aku Bun, hiks hiks hiks.” Reza

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   99. Drop

    “Bunda kenapa? Jantungnya sakit lagi?” tanya Toni ketika mendapati istrinya yang terbaring di atas ranjang dan lebih banyak diam, tidak seperti biasanya yang langsung saja menyambut kedatangan sang suami atau marah-marah kepada Reza.Eneng masih dia, terpaku, belum menjawab pertanyaan suaminya itu sepatah kata pun, wajahnya masih menunjukkan rasa emosi berlebih, memerah.“Mau ayah antar berobat?” tanya Toni lagi menawarkan seraya mengambil posisi duduk di samping istrinya ketika ia baru saja selesai mandi, ya karena ketika datang tadi dari kantor, Toni langsung pergi ke kamar kerjanya, menyimpan tasnya di sana, lalu masuk ke dalam kamar istrinya, mengambil baju dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi dalam kamar itu.Tanpa menoleh sedikit pun kepada istrinya, karena Toni menganggap bahwa istrinya sedang tidur, karena membalikkan tubuhnya menghadap dinding, akan tetapi setelah Toni selesai dan santai, ia bisa lebih jelas melihat istrinya yang ternyata sejak tadi tidak tidur, m

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   100. Keputusan final

    “Ayah mau tanya sama kamu, jadi benar dengan semua yang Nisa katakan kepada pengadilan mengenai dirinya bahwa dia masih virgin? Dia masih perawan dan kamu masih belum berhasil menjebolkannya?” Toni menunggu jawaban dari Reza.Yaa meskipun ia sudah mendapat jawaban dan penjelasan dari istrinya, akan tetapi ia ingin bertanya langsung kepada sang istri bahwa apa yang dikatakan oleh istrinya itu adalah benar adanya.Reza terdiam saja, ketika ayahnya bertanya demikian, ya bagaimana pun kekuatan lelaki di atas ranjang adalah sebuah aib bagi lelaki tersebut, apalagi sampai usia pernikahannya satu tahun, sudah pasti ada yang tidak beres.“Jawab, Reza! apa memang benar dengan apa yang Nisa katakan mengenai kamu?” Toni mendesak Reza karena tak kunjung dijawab pertanyaannya itu.“Iya, Ayah, Nisa memang masih virgin, aku belum berhasil menjebolkannya,” jawab Reza dengan terpaksa, dan menundukkan wajahnya, takut dan malu, ya keduanya menjadi satu, kini harga dirinya sebagai lelaki turun d

Latest chapter

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   115. Sudah sadar

    “Nisa menolak, Neng. Dan kedua orang tuanya pun sudah tidak bisa lagi membujuknya, karena Nisa sudah memberikan peringatan kepada kedua orang tuanya untuk tidak lagi ikut campur dengan urusannya, apa lagi yang menyangkut masa depannya, bahkan Nisa akan meninggalkan rumah jika bapak dan ibunya tetap memaksakan kehendak.”Bu Wawat panjang lebar memberikan penjelasan kepada Eneng dan suaminya yang ada di sana, termasuk Reza, seketika wajah ketiganya pun kini berubah menjadi muram, hanya kekecewaan saja yang terpancar.“Kamu yang sabar, ya Reza! mungkin memang sudah sebaiknya kita harus introspeksi diri atas apa yang pernah kita lakukan pada Nisa, Bunda juga menyesal, Za, sungguh menyesal, gak kebayang jika anak perempuan bunda pun akan diperlakukan seperti Nisa oleh ibu mertuanya…“Yang jelas Bunda sebagai orang tua, akan membawa kembali si Anggi ke rumah jika ia diperlakukan tidak baik oleh suami dan mertuanya.” Eneng panjang lebar, ia kini sudah sadar, ya sepenuhnya, sudah menga

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   114. Ditolak juga

    “Eh, Bu Wawat,” seru Bu Aisyah ketika tahu bahwa yang bertamu ke rumahnya itu adalah Bu Wawat, entah mau apa? Apa mungkin ada kaitannya dengan pesan yang dikirimkan oleh Erma kepada Nisa tadi malam? Begitu pikir Bu Aisyah di dalam hatinya. “Ayok silakan masuk, Bu!” Bu Aisyah mempersilakan Bu Wawat untuk masuk ke dalam rumahnya. Duduk di ruang tamu dengan sofa yang sudah pudar warnanya, kusam, akan tetapi di atas meja itu sudah ada air mineral gelas dan toples berisi kue kering, sehingga Bu Aisyah tidak pelru repot-repot lagi membuatkan minum untuk tamu yang datang. “Mohn maaf nih, Bu, kalau pagi-pagi udah ke sini, he he.” Bu Wawat basa-basi kepada bu Aisyah, sebelum akhirnya mengatakan tujuan dan maksudnya datang ke rumahnya. “Gak apa-apa, Bu. Saya sudah beres semuanya kok, Nisa juga udah berangkat sekolah,” sahut Bu Aisyah seraya masih tersenyum juga. “Sebenarnya saya datang ke sini untuk minta maaf, dengan kabar dua hari lalu yang saya berikan, mengenai pernikahan Reza, terny

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   113. Nisa Menolak

    “Nis, saya mau tanya sama kamu, boleh?” Erma mengirimkan pesan kepada Nisa atas permintaan ibunya sendiri, Bu Wawat, bahkan wanita paruh baya itu pun masih di sana menunggu balasan Nisa.“Gimana, Er? Udah ada balasan dari Nisa belum?” tanya Bu Wawat tidak sadar kepada anaknya itu,yang masih setia menunggu.“Belum, Mah. Sabar dulu, kan baru dikirim tadi pesannya juga,” jawab Erma kepada Mamahnya yang memang sudah tidak sabaran lagi, lalu kini Bu Wawat hanya diam saja, seraya matanya kini focus kembali pada TV, karena ia sedang menonton acara sinetron kesukaannya.“Tapi kalau Nisa nolak, kenapa Mamah gak bujuk orang tuanya aja kayak kemarin, aku rasa Nisa akan nurut aja kalau orang tuanya yang minta,” celetuk Erma memberikan saran jika memang nanti Nisa menolak untuk diajak rujuk oleh Reza.Bu Wawat terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh anaknya itu, mengenai saran untuk membujuk orang tuanya Nisa saja, yang menurut Erma lebih efektive.“Eh, iya juga, ya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   112. Minta tolong

    “Iya, Teh, rujuk, Reza ingin rujuk dengan Nisa, dan Neng pun kini sadar dengan kesalahan Neng, bahwa gak ada lagi memang yang bisa menerima Reza selain Nisa, makanya Neng ingin agar Reza kembali rujuk dengan Nisa.” Eneng menjelaskan lagi.Bu Wawat hanya menghela nafasnya saja pelan ketika mendengar penjelasan dari adiknya itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka bahwa adiknya saat ini bisa mengakui kesalahan dirinya sendiri, tidak seperti biasanya, yang selalu keras kepala.“Tapi kalau Nisa menolak gimana? Kok kalian bisa sih semudah itu berpikir kalau Nisa mau menerima begitu aja setelah apa yang kalian lakukan?” Bu Wawat tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu, ya meskipun Eneng itu adalah adiknya sendiri, akan tetapi setelah tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, seperti apa yang Nisa katakan pada Bu Rini dan Bu Ineu pada beberapa bulan lalu, maka ia faham dan mengerti bahwa adik dan keponakannya itu salah.“Ya, siapa tahu, karena setahu Neng

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   111. Ajakan rujuk

    “Tuh, kan Bun! benar apa kataku juga, gak ada wanita yang mau menerimaku selain Nisa,” keluh Reza atas nasib yang menimpanya, ya selama satu tahun perceraian ini, sudah 3 kali ia dikenalkan dengan anak dari teman Ayah dan Bundanya.Akan tetapi, pada pertemuan kedua atau ketiga setelah perkenalan, sang wanita akan mundur dengan teratur, karena menganggap bahwa Reza bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan suami.Ya meskipun pengakuan Eneng dan Toni adalah bahwa Reza bercerai karena ditinggalkan oleh istrinya yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi ternyata perlahan, semuanya terbuka, siapa yang sebenarnya bersalah dalam perceraian tersebut.“Sabar, Reza! teman Ayah dan Bunda masih banyak yang punya anak single, kamu tenang aja dulu, ya. Baru juga nyoba tiga kali, kamu jangan bosan!” Eneng meyakinkan anaknya itu bahwa suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimanya sebagai suami.“Tapi, Bun, aku yakin gak akan mudah, coba aja dulu kalau aku gak bercerai dengan Nisa, k

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   110. Pamer

    Hari berganti menjadi minggu, begiut pula dengan minggu kini sudah berganti menjadi bulan, kondisi Nisa saat ini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi penyerangan yang terjadi dari keluarga mantan suaminya. Mungkin sudah bosan juga.“Nisa belum menikah lagi, Bu Aisyah? Kalau Reza Alhamdulillah udah menikah lagi, dapat istri PNS (pegawai negeri sispil)” ungkap Bu Wawat ketika bertemu dengan ibunya Nisa, ya lebih tepatnya sengaja mendatangi rumahnya Nisa ketika Nisa sedang di sekolah, entah untuk apa, hanya sekadar untuk memberikan informasi tidak jelas saja.“Oh begitu, ya syukur kalau Reza sudah menikah lagi, kalau Nisa belum, kayaknya dia masih belum siap juga,” jawab Bu Asiyah kikuk, meski di dalam hatinya menggerutu, ‘untuk apa juga bilang itu ke saya? Apa Cuma mau pamer aja kalau setelah lepas dari Nisa bisa langsung nikah lagi?’Bu Wawat mangguk-mangguk saja ketika mendengar jawaban dari Bu Aisyah itu mengenai responnya kepada Reza.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dul

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   109. Love yourself

    [“Jadi benar dengan kabar yang tersebar, Nis? Kamu sudah resmi bercerai?”] isi pesan yang dikirimkan oleh Dani kepada Nisa pada siang hari itu, ketika Nisa sedang berada di kantor sekolah, seperti biasanya.Nisa diam sejenak ketika mendapati isi pesan dari Dani yang kini tiba-tiba datang kembali setelah beberapa bulan ini menghilang, seperti biasaya, datang dan pergi begitu saja karena memang ada istrinya pula yang harus dijaga.Wanita muda itu kini menghela nafasnya panjang, berat, ia tahu dengan kondisinya saat ini jika membalas pesan Dani hanya akan membuat suasananya semakin kacau saja, akan ada salah faham antara Dani dan istrinya lagi.“Kenapa? Kayaknya gabut banget?” tanya Riri kepada Nisa kini sedang menyandarkan tubuhnya itu di sandaran kursi.Nisa tak menjawab, ia tak ingin Riri tahu bahwa dirinya baru saja mendapat pesan dari Dani, ia tak ingin Riri tahu juga jika Dani kembali mengirim pesan, karena memang tak ada gunanya juga, untuk saat ini Nisa ingin menjauhi Da

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   108. Gosip Menyebar

    “Wah, Nis, gila tahu gossip kamu rame banget, emangnya gimana tadinya sampe debat gitu sama Bu Ineu dan Bu Rini si ratu gossip?” tanya Riri kepada Nisa ketika di sekolah, seperti biasa, penasaran, karena memang Riri yang jarak rumahnya hanya sekitar 500 m saja, tentu sudah dapat mendengar desas desus apa yang terjadi kepada Nisa.Nisa hanya mengerutkan dahinya saja, tidak langsung menjawabnya. Dan membuat Riri harus bertanya untuk kedua kalinya.“Dih, kamu kebiasaan deh kalau aku nanya, pasti gak langsung dijawab, harus dua kali nanya aja,” keluh Riri, menggerutu, tidak suka dengan kebiasaan Nisa. Nisa terkekeh saja, sebelum akhirnya ia menjawab.“Ya, merekanya duluan yang lebih dulu marah-marah gak jelas di depan rumah orang, ya aku lawanlah, sekalian orang model begitu harus dikasih pelajaran, biar kapok, mereka pikir, aku akan diam aja kali, ya, gak bakal ngelawan,”“Ha ha ha. Iya juga sih, benar. Banyak yang bilang ibu-ibu, katanya lu adalah orang yang paling berani melaw

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   107. Malah membela

    “Gimana, Teh? Aman kan semuanya? Udah beres?” baru saja Bu Ineu sampai di rumah Eneng, akan tetapi sang pemilik rumah sudah memberondongi tanya kepadanya, menanyakan hal yang memang ia tugaskan kepada Tetehnya itu untuk menyebarkan gossip mengenai Nisa.Akan tetapi orang yang ditanya kini malah menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa, lalu menghela nafas berat, dan diam saja untuk beberapa saat sehingga menjadikan Eneng bertanya-tanya.“Kok lemas gitu sih, Teh? Ada apa memangnya?” tanya Eneng lagi penasaran dengan tetehnya itu, yang ia harapkan tentunya mendapat kabar baik mengenai nama baiknya itu di kampung, meski pada faktanya bertolak belakang dengan keinginan wanita tersebut.“Kenapa kamu gak bilang kalau si Reza itu impoten, Neng?” Bu ineu bertanya langsung saja pada masalah intinya, sehingga menjadikan Eneng tersentak dan hanya membulatkan matanya saja, sempurna, tidak percaya dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh tetehnya itu.“Lho kok Teh Ineu malah nanya itu sih

DMCA.com Protection Status