Home / Rumah Tangga / Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga / Prahara 13. Malam Pertama Yang Tertunda

Share

Prahara 13. Malam Pertama Yang Tertunda

Author: Irhen Dirga
last update Last Updated: 2025-03-16 19:26:47

Mama dan Fani sudah pulang, aku langsung membereskan semua yang ada diatas meja makan, lalu tak lama kemudian Mas Fatan keluar dari kamar dan duduk di dekat teras apartemen.

Aku menoleh sesaat dan tak mau mengatakan apa pun, dia pasti menyalahkanku karena memberitahu Mama dia sakit.

Apa Mas Fatan menunggu seseorang? Apa Mas Fatan menunggu Elsa datang? Aku bertanya-tanya sendirian.

Aku membuatkan teh herbal dan membawanya ke hadapan Mas Fatan.

“Mas, minum teh dulu, ya,” kataku menaruhnya diatas meja kecil.

“Apa ini?”

“Ini teh herbal, Mas, kata Mama kamu harus meminumnya, bagus untuk Kesehatan.” Aku menjawab.

Mama memang membawa teh untuk kami, Mama mengatakan baik untuk Kesehatan jadi ku buat saja.

Mas Fatan mengangguk lalu menyesapnya pelan. Aku tersenyum melihatnya, apa yang ku suguhkan, selalu ia makan dan ia minum, ia masih menghargaiku sebagai istrinya. Hanya saja ku lihat dia tidak memiliki semangat untuk menjalani hari ini.

“Mas, apa saya panggilkan Elsa?” tanyaku.

“Tidak usah,”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 14. Tanpa Batas Limit

    Author POV.Fatan keluar dari kamar ketika sudah Bersiap ke kantor, ada perasaan senang yang tidak bisa ia jelaskan, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya setelah semalam dirinya meraih haknya pada Jingga dan Jingga memberikannya tanpa menolak, ya mereka suami istri, tak aka nada penolakan. Karena melakukan hal itu juga adalah ibadah.Bahkan Fatan tak mengingat Elsa sejak kemarin.“Eh mas? Kamu sudah bangun?” tanya Jingga yang saat ini sedang mengerjakan bahan mata kuliahnya hari ini. Jingga lalu melangkah menuju dapur. “Ayo mas, sarapan. Semuanya sudah siap.”“Kamu sudah mau ke kampus?” tanya Fatan.“Iya, Mas.” Jingga mengangguk membalikkan piring makan Fatan dan memuat nasi goreng diatas piring. Sementara itu Fatan sudah duduk di hadapannya. “Hari ini jadwal mata kuliah saya hanya satu, mungkin setelah selesai, saya ke desa dulu menengok Ibu dan Bapak.”Fatan mengangguk, alih-alih menawarkan diri, Fatan hanya bilang ‘iya’.“Nanti kalau kamu sempat kita ke desanya sama-sama ya, Mas,

    Last Updated : 2025-03-16
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 15. Permintaan Elsa

    Fatan menoleh sesaat melihat Elsa yang saat ini terlihat diam saja, mereka saat ini tengah di perjalanan menuju kantor, Fatan akan mengantarkan Elsa ke tempat kerjanya.Elsa terlihat kesal, sejak tadi mulutnya manyun tak jelas.“Ada apa?” tanya Fatan.“Kamu berubah sama aku,” jawab Elsa menoleh sesaat melihat Fatan.“Apa? Berubah? Apanya yang berubah?” tanya Fatan.“Dua hari ini kamu kemana sih? Teleponku tidak di angkat, pesanku tidak dibalas, apa lagi yang kamu lakukan dengan Jingga?” tanya Elsa kesal lalu menghentak kakinya dibawah sana.“Saya sudah menjawabnya, bukan?” ujar Fatan. “Jawaban seperti apa yang kamu inginkan sebenarnya?”“Fat, biasanya kamu tidak pernah loh seperti ini, tidak bertemu denganku sehari saja kamu pasti mencariku, tapi kayaknya kamu tahan banget ya jauh dari aku,” kata Elsa menoleh sesaat.“Kalau saya berubah, saya tidak akan memilih mengantarmu ke kantor, sementara membiarkan Jingga naik taksi.”“Aku butuh uang,” kata Elsa.“Tumben kamu minta uang, biasanya

    Last Updated : 2025-03-18
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 16. Menghindar

    Jingga menatap senduh ke arah Fatan yang sejak tadi diam saja dan duduk memandangi sunset malam di luar sana, Jingga tidak bisa diam saja dan langsung mengikis jarak mendekati suaminya.“Mas,” ucap Jingga.Fatan menatap Jingga yang kini sudah duduk dihadapannya.“Apa ada masalah?” tanya Jingga.“Tidak ada,” jawab Fatan.“Kalau ada masalah, saya bisa mas jadikan teman cerita.”“Ini bukan urusan kamu,” jawab Fatan lagi membuat Jingga mengukir senyum di wajahnya.Jingga sudah terbiasa dengan jawaban kasar suaminya, Jingga menyesap teh herbal dihadapannya dan kembali berkata, “Tidak apa-apa jika mas tidak mau cerita, yang penting kalau ada masalah jangan dipendam sendirian.”Fatan menunduk sesaat dan kembali menatap Jingga, gadis yang begitu tenang dan baik hati, sesakit apa pun yang Fatan lakukan kepadanya, Jingga tetap tersenyum.“Mas mungkin merindukan Elsa,” ucap Jingga.Suaminya menautkan alis dan merasa aneh dengan perkataannya, Jingga tersenyum lagi. Alih-alih menjaga ucapannya agar

    Last Updated : 2025-03-20
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 17. Tidak Segan-Segan

    “Bu Jingga, hari ini ada acara makan malam kantor. Ibu ikut, ‘kan?”“Insha Allah, Bu,” jawab Jingga.“Bu Jingga harus ikut dong, bukannya Pak Reno itu temannya Bu Jingga, ya?”“Senior, Bu.”“Eh iya. Senior. Lupa saya. Bu Jingga harus sempatkan datang.”Jingga tersenyum, ia akan izin ke suaminya dulu, jika suaminya mengizinkan ia akan pergi, jika tidak ia memilih pulang, melewatkan makan malam bersama keluarga besar universitas tempatnya bekerja.Jingga lalu mengirim pesan ke suaminya, tak lama pesannya sudah dibaca, namun beberapa menit kemudian tidak ada balasan sama sekali. Jingga menganggap bahwa suaminya mengizinkannya.“Saya ikut, Bu,” ucap Jingga pada dua wanita yang ada dihadapannya saat ini.“Nah gitu dong. Kita harus akrab, Bu, tidak boleh terlepas, ya. Siapatahu saja kecantikan Bu Jingga pindah ke kami,” kekeh salah satunya membuat Jingga hanya tersenyum mendengarkan.***Jingga sudah berada di tengah semua dosen kampus, ia hanya minum air putih dan beberapa cemilan didepann

    Last Updated : 2025-03-23
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 18. Penjelasan

    “Ada apa denganmu?” tanya Fatan menatap istrinya yang saat ini dipenuhi dengan amarah. Fatan memegang lengan istrinya, membuat Jingga menghempaskan genggaman itu.“Jangan sentuh saya, Mas,” ucap Jingga melangkah mundur.“Jingga, kamu salah paham sepertinya,” kata Fatan. “Biar saya jelaskan.”“Sudah, Mas. Kamu tidak perlu menjelaskan apa pun.” Jingga menggeleng. “Saya minta sama kamu untuk tidak melakukan hal tidak senonoh di tempat ini, dimana saya tinggal di sini. Jika kamu mau melakukan itu di sini, saya akan pergi.”“Jingga, hal tak senonoh seperti apa yang kamu maksud?”“Mas, tolong bawa Elsa pergi dari sini,” pintah Jingga. “Aku mohon.”Fatan tidak bisa menjelaskan hal itu sekarang, karena Jingga terlihat tak bisa diajak bicara, ia akan percaya dengan apa yang ia lihat, jadi Fatan memilih membawa Elsa pergi dari sini.“Fat, kamu sudah janji padaku akan melindungiku,” kata Elsa.“Saya akan suruh bagian keamanan melindungimu,” jawab Fatan.“Tapi—”“Ayo pergi,” ajak Fatan.“Lebay se

    Last Updated : 2025-03-24
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 19. Ke Desa

    “Mas, kamu masih di rumah? Tidak bekerja?” tanya Jingga keluar dari kamarnya.“Tidak,” jawab Fatan. “Oh iya. Tadi, Bapak dan Ibu menelpon saya. Menyuruh kita berdua untuk berkunjung.”“Bapak sama Ibu menelpon?” “Iya. Menyuruh kita berkunjung, katanya hari ini kamu tidak ada mata kuliah.” Fatan menjawab.Jingga menautkan alisnya, tumben sekali kedua orangtuanya memberanikan diri menelpon Fatan langsung, Jingga jadi tidak enak hati. Karena tidak ingin membuat Fatan tak nyaman.“Jadi?” tanya Jingga menatap suaminya.“Ya kita berkunjung,” jawab Fatan.“Mas mau berkunjung?”“Iya.”“Pekerjaan mas bagaimana?”“Tidak masalah.”“Mas, jika terpaksa jangan ya, saya tidak mau membuat kamu terbebani oleh permintaan Ibu dan Bapak.” Jingga melanjutkan membuat Fatan menoleh dan menatap istrinya.“Kenapa kamu melarang saya ke sana? Ada apa?”“Saya hanya tidak mau kamu terbebani oleh permintaan Ibu sama Bapak.” Jingga menjawab.“Saya mau ke sana, lagian saya terbebani atau tidak, itu bukan urusan kamu,

    Last Updated : 2025-03-26
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 20. Dilecehkan

    Jingga dan Fatan tiba di rumah kedua orangtua Jingga, Fatan langsung memarkirkan mobil di depan rumah, lalu mereka keluar dari mobil, di sambut langsung oleh Ibrahim dan Nania, sementara itu Jedar duduk di kursi teras seraya memainkan bibirnya yang kesal.Jingga dan Fatan langsung meraih tangan Nania dan Ibrahim, lalu mencium punggung tangan keduanya, seperti itu lah ajaran kepada yang lebih tua.“Ayo masuk, Nak,” ucap Ibrahim mempersilahkan Fatan masuk.“Jedar, kamu buatkan Jingga sama Fatan minum, ya,” titah Nania.“Apa sih, Bu, kayak siapa aja yang datang, lebay banget.”“Jedar, adikmu dan Adik iparmu datang, kamu harus melayani mereka. Mereka itu tamu kita,” kata Nania masih menatap Jedar yang bodoh amat.“Nggak mau ah, aku nggak mau,” tolak Jedar.“Udah, Bu, nanti Jingga saja yang buat minum.” Jingga menggeleng.“Apa sih, kamu kan juga anak Ibu, harusnya kamu yang buat minum, mentang-mentang kamu adalah kesayangan Ibu, jadi kamu kalau kemari mau dilayanin gitu? Lebay. Aku aja ngg

    Last Updated : 2025-04-07
  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 1. Luka Malam Pertama

    Malam itu adalah malam pernikahan Jingga Teresa. Seorang gadis berusia 25 tahun yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan suaminya Fatan Liun Aksara—seorang pengusaha kaya raya, dan kini berusia 30 tahun, ia adalah ahli waris keluarga Aksara.Pernikahan yang harusnya bahagia menjadi malam pernikahan penuh luka, bagaimana tidak jika di malam pertama pernikahan, Fatan meninggalkan rumah dan menemui mantan kekasihnya yang baru datang dari Los Angeles. Elsa namanya, sang mantan kekasih yang sangat Fatan cintai, dan tidak bisa Fatan lupakan hingga saat ini.Ketika mendengar mantan kekasihnya kembali, Fatan rela meninggalkan malam pernikahan mereka.Jingga menatap pemandangan diluar rumah, hujan tak berhenti sejak sore, hujan yang seolah menggantikan Jingga menangis, hujan yang seolah tahu bagaimana perasaan sang Jingga saat ini.Jingga tidak menyalahkan takdir, namun Jingga hanya menginginkan kebahagiaan. Walau sederhana mengatakannya, namun sulit untuk dilakukan. Apalagi menemani pri

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 20. Dilecehkan

    Jingga dan Fatan tiba di rumah kedua orangtua Jingga, Fatan langsung memarkirkan mobil di depan rumah, lalu mereka keluar dari mobil, di sambut langsung oleh Ibrahim dan Nania, sementara itu Jedar duduk di kursi teras seraya memainkan bibirnya yang kesal.Jingga dan Fatan langsung meraih tangan Nania dan Ibrahim, lalu mencium punggung tangan keduanya, seperti itu lah ajaran kepada yang lebih tua.“Ayo masuk, Nak,” ucap Ibrahim mempersilahkan Fatan masuk.“Jedar, kamu buatkan Jingga sama Fatan minum, ya,” titah Nania.“Apa sih, Bu, kayak siapa aja yang datang, lebay banget.”“Jedar, adikmu dan Adik iparmu datang, kamu harus melayani mereka. Mereka itu tamu kita,” kata Nania masih menatap Jedar yang bodoh amat.“Nggak mau ah, aku nggak mau,” tolak Jedar.“Udah, Bu, nanti Jingga saja yang buat minum.” Jingga menggeleng.“Apa sih, kamu kan juga anak Ibu, harusnya kamu yang buat minum, mentang-mentang kamu adalah kesayangan Ibu, jadi kamu kalau kemari mau dilayanin gitu? Lebay. Aku aja ngg

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 19. Ke Desa

    “Mas, kamu masih di rumah? Tidak bekerja?” tanya Jingga keluar dari kamarnya.“Tidak,” jawab Fatan. “Oh iya. Tadi, Bapak dan Ibu menelpon saya. Menyuruh kita berdua untuk berkunjung.”“Bapak sama Ibu menelpon?” “Iya. Menyuruh kita berkunjung, katanya hari ini kamu tidak ada mata kuliah.” Fatan menjawab.Jingga menautkan alisnya, tumben sekali kedua orangtuanya memberanikan diri menelpon Fatan langsung, Jingga jadi tidak enak hati. Karena tidak ingin membuat Fatan tak nyaman.“Jadi?” tanya Jingga menatap suaminya.“Ya kita berkunjung,” jawab Fatan.“Mas mau berkunjung?”“Iya.”“Pekerjaan mas bagaimana?”“Tidak masalah.”“Mas, jika terpaksa jangan ya, saya tidak mau membuat kamu terbebani oleh permintaan Ibu dan Bapak.” Jingga melanjutkan membuat Fatan menoleh dan menatap istrinya.“Kenapa kamu melarang saya ke sana? Ada apa?”“Saya hanya tidak mau kamu terbebani oleh permintaan Ibu sama Bapak.” Jingga menjawab.“Saya mau ke sana, lagian saya terbebani atau tidak, itu bukan urusan kamu,

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 18. Penjelasan

    “Ada apa denganmu?” tanya Fatan menatap istrinya yang saat ini dipenuhi dengan amarah. Fatan memegang lengan istrinya, membuat Jingga menghempaskan genggaman itu.“Jangan sentuh saya, Mas,” ucap Jingga melangkah mundur.“Jingga, kamu salah paham sepertinya,” kata Fatan. “Biar saya jelaskan.”“Sudah, Mas. Kamu tidak perlu menjelaskan apa pun.” Jingga menggeleng. “Saya minta sama kamu untuk tidak melakukan hal tidak senonoh di tempat ini, dimana saya tinggal di sini. Jika kamu mau melakukan itu di sini, saya akan pergi.”“Jingga, hal tak senonoh seperti apa yang kamu maksud?”“Mas, tolong bawa Elsa pergi dari sini,” pintah Jingga. “Aku mohon.”Fatan tidak bisa menjelaskan hal itu sekarang, karena Jingga terlihat tak bisa diajak bicara, ia akan percaya dengan apa yang ia lihat, jadi Fatan memilih membawa Elsa pergi dari sini.“Fat, kamu sudah janji padaku akan melindungiku,” kata Elsa.“Saya akan suruh bagian keamanan melindungimu,” jawab Fatan.“Tapi—”“Ayo pergi,” ajak Fatan.“Lebay se

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 17. Tidak Segan-Segan

    “Bu Jingga, hari ini ada acara makan malam kantor. Ibu ikut, ‘kan?”“Insha Allah, Bu,” jawab Jingga.“Bu Jingga harus ikut dong, bukannya Pak Reno itu temannya Bu Jingga, ya?”“Senior, Bu.”“Eh iya. Senior. Lupa saya. Bu Jingga harus sempatkan datang.”Jingga tersenyum, ia akan izin ke suaminya dulu, jika suaminya mengizinkan ia akan pergi, jika tidak ia memilih pulang, melewatkan makan malam bersama keluarga besar universitas tempatnya bekerja.Jingga lalu mengirim pesan ke suaminya, tak lama pesannya sudah dibaca, namun beberapa menit kemudian tidak ada balasan sama sekali. Jingga menganggap bahwa suaminya mengizinkannya.“Saya ikut, Bu,” ucap Jingga pada dua wanita yang ada dihadapannya saat ini.“Nah gitu dong. Kita harus akrab, Bu, tidak boleh terlepas, ya. Siapatahu saja kecantikan Bu Jingga pindah ke kami,” kekeh salah satunya membuat Jingga hanya tersenyum mendengarkan.***Jingga sudah berada di tengah semua dosen kampus, ia hanya minum air putih dan beberapa cemilan didepann

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 16. Menghindar

    Jingga menatap senduh ke arah Fatan yang sejak tadi diam saja dan duduk memandangi sunset malam di luar sana, Jingga tidak bisa diam saja dan langsung mengikis jarak mendekati suaminya.“Mas,” ucap Jingga.Fatan menatap Jingga yang kini sudah duduk dihadapannya.“Apa ada masalah?” tanya Jingga.“Tidak ada,” jawab Fatan.“Kalau ada masalah, saya bisa mas jadikan teman cerita.”“Ini bukan urusan kamu,” jawab Fatan lagi membuat Jingga mengukir senyum di wajahnya.Jingga sudah terbiasa dengan jawaban kasar suaminya, Jingga menyesap teh herbal dihadapannya dan kembali berkata, “Tidak apa-apa jika mas tidak mau cerita, yang penting kalau ada masalah jangan dipendam sendirian.”Fatan menunduk sesaat dan kembali menatap Jingga, gadis yang begitu tenang dan baik hati, sesakit apa pun yang Fatan lakukan kepadanya, Jingga tetap tersenyum.“Mas mungkin merindukan Elsa,” ucap Jingga.Suaminya menautkan alis dan merasa aneh dengan perkataannya, Jingga tersenyum lagi. Alih-alih menjaga ucapannya agar

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 15. Permintaan Elsa

    Fatan menoleh sesaat melihat Elsa yang saat ini terlihat diam saja, mereka saat ini tengah di perjalanan menuju kantor, Fatan akan mengantarkan Elsa ke tempat kerjanya.Elsa terlihat kesal, sejak tadi mulutnya manyun tak jelas.“Ada apa?” tanya Fatan.“Kamu berubah sama aku,” jawab Elsa menoleh sesaat melihat Fatan.“Apa? Berubah? Apanya yang berubah?” tanya Fatan.“Dua hari ini kamu kemana sih? Teleponku tidak di angkat, pesanku tidak dibalas, apa lagi yang kamu lakukan dengan Jingga?” tanya Elsa kesal lalu menghentak kakinya dibawah sana.“Saya sudah menjawabnya, bukan?” ujar Fatan. “Jawaban seperti apa yang kamu inginkan sebenarnya?”“Fat, biasanya kamu tidak pernah loh seperti ini, tidak bertemu denganku sehari saja kamu pasti mencariku, tapi kayaknya kamu tahan banget ya jauh dari aku,” kata Elsa menoleh sesaat.“Kalau saya berubah, saya tidak akan memilih mengantarmu ke kantor, sementara membiarkan Jingga naik taksi.”“Aku butuh uang,” kata Elsa.“Tumben kamu minta uang, biasanya

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 14. Tanpa Batas Limit

    Author POV.Fatan keluar dari kamar ketika sudah Bersiap ke kantor, ada perasaan senang yang tidak bisa ia jelaskan, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya setelah semalam dirinya meraih haknya pada Jingga dan Jingga memberikannya tanpa menolak, ya mereka suami istri, tak aka nada penolakan. Karena melakukan hal itu juga adalah ibadah.Bahkan Fatan tak mengingat Elsa sejak kemarin.“Eh mas? Kamu sudah bangun?” tanya Jingga yang saat ini sedang mengerjakan bahan mata kuliahnya hari ini. Jingga lalu melangkah menuju dapur. “Ayo mas, sarapan. Semuanya sudah siap.”“Kamu sudah mau ke kampus?” tanya Fatan.“Iya, Mas.” Jingga mengangguk membalikkan piring makan Fatan dan memuat nasi goreng diatas piring. Sementara itu Fatan sudah duduk di hadapannya. “Hari ini jadwal mata kuliah saya hanya satu, mungkin setelah selesai, saya ke desa dulu menengok Ibu dan Bapak.”Fatan mengangguk, alih-alih menawarkan diri, Fatan hanya bilang ‘iya’.“Nanti kalau kamu sempat kita ke desanya sama-sama ya, Mas,

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 13. Malam Pertama Yang Tertunda

    Mama dan Fani sudah pulang, aku langsung membereskan semua yang ada diatas meja makan, lalu tak lama kemudian Mas Fatan keluar dari kamar dan duduk di dekat teras apartemen.Aku menoleh sesaat dan tak mau mengatakan apa pun, dia pasti menyalahkanku karena memberitahu Mama dia sakit.Apa Mas Fatan menunggu seseorang? Apa Mas Fatan menunggu Elsa datang? Aku bertanya-tanya sendirian.Aku membuatkan teh herbal dan membawanya ke hadapan Mas Fatan.“Mas, minum teh dulu, ya,” kataku menaruhnya diatas meja kecil.“Apa ini?”“Ini teh herbal, Mas, kata Mama kamu harus meminumnya, bagus untuk Kesehatan.” Aku menjawab.Mama memang membawa teh untuk kami, Mama mengatakan baik untuk Kesehatan jadi ku buat saja.Mas Fatan mengangguk lalu menyesapnya pelan. Aku tersenyum melihatnya, apa yang ku suguhkan, selalu ia makan dan ia minum, ia masih menghargaiku sebagai istrinya. Hanya saja ku lihat dia tidak memiliki semangat untuk menjalani hari ini.“Mas, apa saya panggilkan Elsa?” tanyaku.“Tidak usah,”

  • Cinta Pertama : Aku Bukan Orang Ketiga   Prahara 12. Hari ke 2 Mas Fatan Sakit

    Aku menaruh bubur yang sudah ku buat diatas nakas, aku duduk di tepi ranjang, lalu menoleh melihat Mas Fatan yang masih tertidur dengan lelap. Ternyata ketika sakit seperti ini, Mas Fatan tak bisa apa-apa, demamnya tinggi dan ia terus berkeringat.Aku harus sigap bukan? Ini bukan tentang perbuatannya kepadaku, melainkan ini tentang aku yang berstatus istrinya. Terkadang aku berusaha menerima semuanya, tapi terkadang didalam hati, aku tidak menerimanya. Selalu bingung dengan apa yang terjadi.Ku tatap wajahnya, tampan sekali. Siapa yang tak akan menyukainya? Bibirnya di bentuk dengan rapi, kedua bola matanya, warna kulitnya dan rambutnya. Semua terpahat dengan rapi, bukan hanya Elsa atau aku, setiap wanita pasti akan menyukainya.“Mas,” panggilku ketika melihat Mas Fatan bergerak gelisah.Mas Fatan membuka pejaman matanya dan melihatku dengan samar, duduk disampingnya.“Mas, ayo makan, saya sudah buatkan bubur,” kataku.Mas Fatan lalu bangkit dari pembaringannya, aku membantu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status