“Tenanglah, kondisinya sudah membaik dan esok ia bisa ke kamar tempat biasa ia tinggal,” kata dokter Hana begitu keluar dari ruang perawatan intensif Nayara.
Gavin tersenyum lebar, ada rasa syukur yang tidak bisa di ungkapkan di hatinya. Seolah semua tali-tali yang mengikat hatinya kini terlepas begitu saja, ia tak lagi merasa sesak. Di kursi panjang Gavin mengambil dua buah novel yang berada di kantung kertas, ia kembali memasukkan novel itu kecelah bawah pintu dan mengetuk pintunya sesaat setelah novel itu berhasil masuk. Nayara tersenyum ketika mendapat dua novel kagi, terlebih yang datang sekarang masih baru dan tersegel rapi dengan plastik pembungkus yang tipis. Setelah Gavin melihat Nayara mengambil kirimannya, ia kembali duduk di lantai dan bersandar di pintu ruang perawatan Nayara dengan senyum yang lebar. Dulu ia pernah memberi Nayara sebuah bucket bunga besar hingga membuat tubuh Nayara tertutup oleh bunga. Senyumnya saat itu saSemua yang berada di dalam peragaan busana di sini penuh warna dan berkilauan. Aula ini ditata sempurna oleh Staf Dekor di perusahaan Arka, model yang mereka pilih adalah yang terbaik dari Indonesia bahkan Asia. Untuk pertama kalinya desainer kenamaan Italia menggelar peragaan di negeri ini dengan menggunakan make up premium keluaran terbaru dari perusahaan Arka sebagai pemanis wajah para model. Semua sempurna bahkan para tamu juga berasal dari kalangan atas. Tapi bagi Arka, semua tampak abu-abu, pikirannya terbang jauh ke Australia tempat Ara berada.Ia ingin segera menyusul ke sana, tapi masih ada waktu satu bulan hingga semua tur peragaan Asia Tenggara yang ia adakan selesai. Sudah berulang kali Arka berusaha menghubungi Ara, tapi nomor itu masih tidak aktif. Ia sepertinya sengaja mengganti nomor untuk menghindari Arka.Saat peragaan busana selesai Arka berjalan bersama Steave menyusuri panggung catwalk. Tepuk tangan kekaguman begitu riuh menemani langkah du
Banyak hal yang ingin Dava tanyakan, tapi Arka masih terlalu sibuk menyambut para tamu yang mengucapkan selamat padanya. Dava akhirnya hanya bisa mengekor pada setiap langkah Arka.Bahkan hingga Arka pergi ke parkiran mobil Dava masih saja mengekor padanya.“Ada apa? Kenapa kamu terus mengikutiku?” tanya Arka yang mulai risih pada Dava yang terus menempel seperti permen karet padanya.“Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Pernikahan dengan Ara? Kamu bahkan beberapa hari lalu masih berkencan dengan Anastasya.” Dava tidak bisa berhenti berpikir bagaimana akhirnya Arka bisa memutuskan untuk menikahi Ara. Ada yang aneh tentang itu semua, tapi ia begitu takut berpikir terlalu jauh.Dava mulai memasuki mobil Arka meski tanpa ia suruh, ia bahkan tidak memedulikan bahwa Jordi tengah menunggunya dengan mobil pribadi milik Dava sendiri. Setelah duduk Dava terus menatap ke arah Arka yang masih belum menjawab pertanyaan dariny
Dava pergi ke diskotek tempat ia biasa datang, ia tidak berminat menari di lantai dansa dan hanya menghabiskan tiap seloki alkohol yang tak henti membasahi tenggorokannya. Sejak pertemuan dengan Arka siang tadi ia merasa begitu sesak, persahabatan mereka berada di ujung tanduk hanya karena kesalahan Arka.“Apa yang terjadi?” tanya Rangga melihat betapa frustrasi pelanggan yang sedang berada di hadapannya.Dava menarik nafas dalam, “Persahabatan kami di ujung tanduk.”“Apa kamu membuat kekacauan lagi?” Rangga tahu betul seperti apa persahabatan ketiga pria playboy yang juga pelanggan tetapnya. Arka dan Gavin adalah pria yang selalu berhati-hati pada tindakan yang akan mereka ambil, itulah kenapa mereka bisa menjalankan bisnis dengan baik. Berbeda dengan Dava yang selalu menimbulkan masalah.Dava menatap tajam Rangga setela mendengar perkataan bartender muda itu, Rangga tidak terintimidasi. Ia justru terta
Nayara sudah di pindahkan ke ruang perawatan seperti tempat ia biasanya tinggal selama empat tahun di sini. Tentu saja ruangan itu sedikit lebih luas dan bersih daripada pasien lain karena Nayara adalah pasien VIP di sini.Ini hari kedua Gavin tak berani mendekat pada Nayara, ia selalu menjaga jarak aman agar tidak tertangkap pandangan Nayara. Meski begitu Nayara tahu betul bahwa Gavin berada di sekitarnya dan tak berani mendekat.‘Ibu harus bagaimana?’ Nayara berkata sangat lirih. Anak kecil di sampingnya adalah imajinasi nyata yang harus selalu ia rahasiakan. Beberapa dokter selalu ingin menghapus jejak kecil itu dari dalam dirinya, tanpa mereka mengetahui bahwa itu adalah satu-satunya kekuatan untuk Nayara bisa bertahan selama ini.‘Jika aku memutuskan untuk memegang kembali sambutan tangannya, apakah ia tidak akan menyakiti aku lagi seperti dulu?’‘Bisakah ia menjadi pegangan yang aku andalkan?’
Dava mendapati dirinya tengah terbangun di hotel, saat ia menoleh ke kanan di sebelahnya ada Claire yang masih tertidur dengan pulas. Ia sedikit terkejut hal terakhir yang ia ingat adalah saat dirinya di Bar bersama Rangga.Dava mulai duduk dan memijat kepalanya yang terasa pening. Ingatan mulai bermunculan di benaknya, dari dirinya yang tengah di bopong Claire hingga saat Mivi mengajak ia berpisah. Dava kini merasa seperti di tengah pusaran angin tornado, ia sudah membuat kesalahan besar. Meski ia begitu ingin berpisah dari Mivi tapi tidak dengan cara menyakiti Mivi secara terang-terangan. Gadis itu bukan tipe orang yang akan tinggal diam saat di usik, juga Ayah dari Mivi adalah orang berpengaruh yang jika dia tahu apa yang telah Dava lakukan pada putrinya maka kehidupan Dava sedang dalam bahaya.“Kamu sudah bangun?” tanya Claire dengan mata yang masih menyipit.“Aku dalam masalah besar!”“Kenapa?” Claire mul
Arka sudah sibuk dengan tour pameran keliling Asia Tenggara, ia sama sekali tidak tahu bahwa di Indonesia Dava sudah membuat masalah yang membuat Manajemen Stone mengalami kerugian besar. Tiga minggu setelah kejadian itu Dava hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri di apartemen. Ia belum menemukan cara membalas perbuatan Mivi padanya. Gavin juga harus membagi waktunya yang padat antara kantor dan Nayara, ia hanya bisa mengunjungi gadis itu tiap Sabtu dan Minggu. Setelah itu ia harus kembali ke kantor untuk membereskan permasalahan yang dibuat Dava.Di Singapura Arka sudah menyelesaikan tour terakhir pameran. Ia ingin segera berangkat ke Australia, tapi masih ada jamuan makan siang yang harus ia hadiri terlebih dulu. Matanya tak berhenti menatap jarum jam, ia ingin acara basa basi ini segera berakhir.Ia juga sempat mengirim SMS setiap harinya pada Ara meski tidak pernah Ara balas. Hari ini Arka juga mengirim SMS bahwa ia akan segera menyu
Arka menemani Ara dengan baik di rumah sakit, ia tak meninggalkan gadis itu bahkan sebentar. Meski Ara masih tak banyak bicara terhadapnya, ia hanya terus memastikan bahwa Ara tidak kekurangan apa pun selama di rawat. Ini hari ke dua mereka di rumah sakit, Arka sedang membaca buku di sofa tak jauh dari tempat tidur Ara.Ruangan begitu sunyi meski ada dua orang di dalamnya. Ara terus melirik ke arah Arka, ia tetap sibuk dengan buku yang di pegangnya.“Apa kamu perlu sesuatu?” tanya Arka ketika sadar bahwa ada dua bola mata yang terus mengamatinya.“Aku merasa pengap terus berada di dalam ruangan, bisakah kamu membawaku keluar sebentar?”Arka tersenyum tipis mendengar Ara akhirnya meminta sesuatu pada dirinya, ia seperti mengakhiri gerakan tutup mulut yang sudah dua hari ini ia lakukan.“Baiklah, aku akan mengambil kursi roda sebentar.”Tak berapa lama mereka sudah berada di taman, Ar
Dava berkunjung ke ruang kerja Gavin setelah menghabiskan tiga minggunya hanya berdiam diri di Apartemen. Media belum sepenuhnya meredam berita tentang skandal dirinya, apalagi Claire ikut menyentil Mivi di setiap media sosial. Hal itu membuat pemberitaan tentang dirinya semakin melebar ke mana-mana dan yang mendapat panggung untuk semua ini tentu adalah Mivi dan Claire. Dava hanya semakin tersudut dengan semua jadwal kerja yang terpaksa di batalkan.“Untuk apa kamu datang kemari? Media masih berkerumun di depan kantor, kamu seharusnya tetap berdiam diri,” kalimat itu keluar dari bibir Gavin setelah Dava memasuki ruang kerjanya. Ia masih menyimpan banyak amarah dalam hatinya, karena Dava ia mengorbankan banyak hal, waktu dengan Nayara dan uang yang banyak untuk membayar kerugian. Ia memang sahabat Dava, tapi bisnis bukan hanya tentang persahabatan. Ada banyak karyawan yang menjadi tanggung jawab Gavin bukan hanya Dava.“Aku hanya merasa