Home / CEO / Cinta Para Cassanova / 81 : Peperangan Antar Sahabat

Share

81 : Peperangan Antar Sahabat

Author: Ami Pradana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dava berkunjung ke ruang kerja Gavin setelah menghabiskan tiga minggunya hanya berdiam diri di Apartemen. Media belum sepenuhnya meredam berita tentang skandal dirinya, apalagi Claire ikut menyentil Mivi di setiap media sosial. Hal itu membuat pemberitaan tentang dirinya semakin melebar ke mana-mana  dan yang mendapat panggung untuk semua ini tentu adalah Mivi dan Claire. Dava hanya semakin tersudut dengan semua jadwal kerja yang terpaksa di batalkan. 

“Untuk apa kamu datang kemari? Media masih berkerumun di depan kantor, kamu seharusnya tetap berdiam diri,” kalimat itu keluar dari bibir Gavin setelah Dava memasuki ruang kerjanya. Ia masih menyimpan banyak amarah dalam hatinya, karena Dava ia mengorbankan banyak hal, waktu dengan Nayara dan uang yang banyak untuk membayar kerugian. Ia memang sahabat Dava, tapi bisnis bukan hanya tentang persahabatan. Ada banyak karyawan yang menjadi tanggung jawab Gavin bukan hanya Dava. 

“Aku hanya merasa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Para Cassanova   82 : Tertangkap Basah

    “Baiklah, buktikan saja. Sebelum membunuhku kamu pasti sudah menikam Arka lebih dulu!” jawab Dava dingin.Ia meninggalkan Gavin dalam kekacauan. Gemetaran di tubuh Gavin membuat otaknya tidak dapat berfungsi dengan baik. Jika ini hanya manipulasi Dava makan dia bertekad akan membelah tubuh Dava menjadi dua. Tapi, untuk membuktikan itu ia sekarang harus terbang ke Australia, yang Gavin tahu Arka sekarang tengah berada dalam tour peragaan busana dan make up di beberapa negara Asia Tenggara. Ia tidak mungkin mendatangi Arka yang entah sekarang berada di negara mana untuk mendapatkan penjelasan darinya.Gavin meraih handphone di atas meja. Ia segera keluar dengan wajah yang kalut, “Hubungi pilot pribadiku, aku butuh jet pribadi untuk di terbangkan ke Australia sekarang!” perintah Gavin pada sekretarisnya.“B-baik pak,” jawab sekretaris itu yang sedikit ketakutan melihat wajah dingin Gavin, cara melangkah pria itu sudah

  • Cinta Para Cassanova   83 : Penolakan Hingga Akhir

    Hawa panas memenuhi penjuru ruangan, untuk beberapa saat ketiga orang itu hanya berdiri dalam diam. Kaki Ara gemetar melihat kakaknya penuh amarah di depan matanya. Keringat dingin membasahi punggungnya, tapi Arka terlihat begitu tenang.Hanya Tuhan yang tahu bahwa sebenarnya Arka sepenuhnya merasa kerdil dan ketakutan. Ia tak pernah melihat tatapan dingin Gavin seperti hari ini. Arka tetap berusaha menyeimbangkan diri, ia harus menjadi kuat di hadapan Ara. Cepat atau lambat ia juga harus menghadapi Gavin, meski hari ini terlalu cepat baginya.Ara berusaha melepaskan genggaman tangan Arka setelah tatapan tajam kakaknya menatap pegangan itu, tapi Arka justru semakin kuat menahan genggaman itu. Jantung Ara semakin berdegup dengan kaki yang kian melemas, ia seperti tengah berada di medan perang.“Lepaskan!” pekik Gavin“Gavin maafkan aku, tapi kali ini aku tidak akan melepaskan tangan adikmu.”Gavin menarik tangan Ara s

  • Cinta Para Cassanova   84 : Gavin Vs Tante Geby

    Sepanjang perjalanan Ara hanya duduk diam dalam ketakutan, bahkan bernafas saja ia sangat berhati-hati. Ia ingin menyamarkan kehadiran dirinya di dalam pesawat yang hanya berjarak satu bangku dengan kakaknya. Gavin sedari tadi terlihat memijat keningnya atau menatap kosong dari balik jendela, udara dingin masih menguap dari tiap pori-pori Gavin hingga membuat seisi ruangan terasa begitu dingin.Gavin sebenarnya menahan rasa sakit yang terus menjalar di kepalan tangan yang tadi sudah menghancurkan wajah sahabatnya sendiri. Hatinya masih diliputi amarah, tapi di ujung terdalam masih tersisa rasa bersalah sudah membuat Arka terluka.Saat tengah malam mereka sudah sampai di rumah, Tante Geby belum tidur ketika mendengar suara mobil memasuki rumah. Di atas tangga berbentuk setengah lingkaran ia menatap siapa yang datang di tengah malam. Saat pintu besar itu di buka, ia terkejut melihat yang datang adalah Gavin dan Ara. Mulutnya menganga lebar hingga rahangnya

  • Cinta Para Cassanova   85 : Seperti Lima Tahun Lalu

    Gavin memacu mobilnya tengah malam menuju Bogor, Nayara adalah sumber ketenangan baginya sekarang. Ia hanya ingin melihat sebentar gadis yang kini sudah mengambil tempat tersendiri di hatinya. Mobil Gavin sudah sampai di depan rumah sakit jiwa pukul dua dini hari. Sebagian kamar pasien di rumah sakit itu padam, Gavin akhirnya memutuskan untuk tidur di mobil hingga pagi hari menjelang, tak mungkin ia masuk ke rumah sakit di tengah malam seperti ini.Pagi hari ketukan pelan membangunkan tidur Gavin, senyum indah Nayara bersinar terang seperti mentari pagi yang menyusup dari jendela kaca mobil Gavin.‘Apakah ini mimpi? Sejak kapan Nayara tersenyum kembali padaku?’Gavin segera membuka pintu mobil, hingga angin dingin pegunungan menerpa kulitnya.“Apa semalaman kamu bermalam di mobil?”Hati Gavin berdebar, di balik semua rasa sakit yang diberikan sahabat bahkan adiknya sendiri kini ia mendapatkan kebahagiaan dari N

  • Cinta Para Cassanova   86 : Dunia Luar untuk Nayara

    Sepanjang perjalanan Nayara menggenggam erat sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya. Ini kali pertama ia ke dunia luar. Empat tahun terakhir ia hanya menghabiskan harinya di lingkungan rumah sakit jiwa. Ia gemetar, lingkungan luar pasti sudah banyak berubah. Ia takut akan menimbulkan masalah atau tiba-tiba menjadi histeris dan menyusahkan Gavin.“Tak apa! Jangan takut ada aku di sini,” kata Gavin ketika membaca rasa gugup yang di alami Nayara.Nayara tersenyum tipis, ia kemudian menatap sepanjang jalan. Hinggap saat lampu merah ia menatap seorang anak kecil perempuan tengah bersandar pada tiang lampu merah. Gadis kecil itu adalah anak Nayara yang selama ini ia yakini masih hidup dan terus berada di sisinya.‘Tidak, jangan sekarang,’ pinta Nayara pada dirinya sendiri. Jauh di dalam lubuk hatinya ia tahu bahwa gadis kecil yang ia lihat hannyalah halusinasi. Hanya saja halusinasi itu terus saja muncul dan menjadi bagian dari k

  • Cinta Para Cassanova   87 : Kepulangan Nayara

    Semua staf media di rumah sakit itu kini seperti berada di dalam oven besar, mereka tak henti mengeluarkan keringat dari pori-porinya. Lelaki tinggi besar si hadapan mereka adalah sumber hawa panas yang membuat mereka menciut ketakutan. Urat-urat di wajah lelaki itu hampir keluar ketika ia menekan rahangnya, dia sudah di bodohi dan sepertinya Dokter Hana adalah sutradaranya.“Ini pertanyaan terakhirku, jawab dengan jujur atau kekerasan yang akan bicara,” ancam Keanu dengan wajah dingin dan tatapan setajam elang.“Dengan siapa Nayara sekarang?”Tubuh Dokter Hana bergetar, di dalam hatinya ia ketakutan. Tapi ia tetap psikiater hebat yang bisa menyembunyikan seluruh emosi yang ia rasakan.“Ia pergi dengan Gavin, untuk pertama kalinya setelah sakit ia ingin menyapa dunia luar. Aku harap kamu tidak keberatan, ini sangat berarti untuk kesehatan Nayara,” terang Dokter Hana.Hati Keanu bagai di lempar

  • Cinta Para Cassanova   88 : Perpisahan dan Pesan Terakhir

    “Tunggu sebentar,” kata Dokter Hana menghalangi langkah Keanu membawa Nayara pergi.“Berikan aku waktu 15 menit saja sebelum kamu membawa dia pergi, aku ingin memberikan konsultasi terakhir untuk Nayara,” pinta Dokter Hana.Keanu merenggangkan pegangan tangannya pada Nayara, “Pergilah, aku akan menunggu Kakak di depan.”Nayara segera mengekor pada langkah Dokter Hana menuju taman Hortensia. Nayara menatap bunga-bunga itu, ia merawatnya dari bibit kecil hingga seperti sekarang dan kini akan meninggalkan bunga-bunga itu, rasanya seperti separuh jiwanya tertinggal di sini.“Nayara,” panggil Dokter Hana begitu lembut pada gadis yang kini duduk di sebelahnya.“Apa anak itu masih sering datang padamu?”Dheg...!Jantung Nayara berdebar mendengar pertanyaan itu, ia berusaha sekeras mungkin menutupi tentang kehadiran anak kecil itu dari semua orang, tapi sepertin

  • Cinta Para Cassanova   89 : Kedatangan Wanita Lain

    Taksi sudah membawa Arumi berada di depan gedung Manajemen Stone. Di depan lobi yang di penuhi lalu lalang pegawai dan juga para wartawan yang masih menunggu kedatangan Dava, tatapan mereka kini teralih pada kaki jenjang yang baru saja mengeluarkan sebelah kakinya dari taksi.Sebagian lelaki di sana menatap dengan bola mata yang hampir keluar, bahkan rahang mereka hampir terjatuh karena mengaga terlalu lebar saat mengetahui ada gadis cantik dan seksi keluar dari taksi.“Aku baru tahu, ada manusia secantik bidadari di dunia ini,” guman pegawai pria yang tak sadar sudah memegang botol minumannya dengan tangan gemetar, jantungnya berdegup sangat cepat.Wartawan bahkan mengarahkan lensa kamera pada Arumi seolah ia adalah artis terkenal.“Bisakah aku bertemu dengan seseorang yang bertanggung jawab pada rekrutmen artis baru di sini?” tanya Arumi saat ia sampai di meja resepsionis.“Maaf, kami sedang tidak menga

Latest chapter

  • Cinta Para Cassanova   157 : Lima Tahun Kemudian (Tamat)

    Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar

  • Cinta Para Cassanova   156 : Kekacauan

    Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me

  • Cinta Para Cassanova   155 : Persyaratan Nikah

    Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s

  • Cinta Para Cassanova   154 : Pernikahan Dava

    Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.

  • Cinta Para Cassanova   153 : Taruhan

    Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare

  • Cinta Para Cassanova   152 : Malam Pengantin

    Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang

  • Cinta Para Cassanova   151 : Hari Pernikahan

    Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela

  • Cinta Para Cassanova   150 : Jatuh Miskin

    Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz

  • Cinta Para Cassanova   149 : Penjelasan

    Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah

DMCA.com Protection Status