Rapat sudah berlangsung selama dua jam dan belum menemukan jalan keluar dari turunnya harga saham setelah batalnya pernikahan Ara yang mulai tersebar. Wajah dewan direksi mulai menunjukkan raut kesal dan lelah membuat Kakek, Tante Geby dan Gavin yang berada dalam rapat itu mulai terpojok. Mereka harus membuat para dewan tenang dengan keputusan apa yang akan mereka ambil.
“Buat Ferdi dan keluarganya tersandung masalah, cari masalah sekecil apa pun yang bisa menyeret mereka pada unsur Pidana. Blow up beritanya, dan sogok media agar membuat Ferdy menjadi orang jahat sehingga simpati akan segera mengalir pada Ara,“ ucap Kakek Gavin menutup rapat yang mulai membuat ia lelah, mengingat usianya yang tak lagi muda.
“Baik akan segera saya laksanakan! “ jawab Damar
“Waktumu hanya 24 jam! “ Damar mengangguk pada perintah Kakek Gavin.
Keputusan final kakek Gavin membuat sebagian dewan mulai tenang dan meninggalkan ruangan, kini yang tersisa hanya Gavin, Kakek dan juga Tante Geby.
“Kek, tolong jangan lakukan hal buruk pada keluarga Ferdy. Kemarin aku sudah menghajarnya habis-habisan dan aku rasa itu sudah cukup,” pinta Gavin
Kakeknya menatap tajam “Bahkan nyawanya saja belum tentu bisa mengganti kerugian dari turunnya harga saham perusahaan. Apakah kau tahu berapa banyak pegawai yang kita hidupi dan bisa kehilangan pekerjaan hanya karena saham yang terus anjlok padahal mereka juga punya keluarga juga yang harus di hidupi.“
“Tapi kek, karena kesalahanku kakak perempuannya bunuh diri,“ jelas Gavin
“Kakak perempuannya masih hidup dan tidak ada laporan kematiannya!“ sahut Damar.
Bak disambar petir Gavin merasa terkejut dan kecolongan. Bagaimana mungkin ia bisa begitu percaya mentah-mentah apa yang sudah di ucapkan Ferdy. Amarah kini mengalir di seluruh darah yang menjalar pada tubuhnya. Tangannya mengepal erat seolah akan melumat hidup-hidup Ferdy.
“Informasi yang aku dapat, selama kuliah di Jepang Ferdi adalah seorang playboy dan ia sengaja membatalkan pernikahan dengan Ara karena kini ia tengah dekat dengan janda pemilik TB Group,“ lanjut Damar masih dengan wajah dinginnya.
“Lanjutkan rencana seperti yang kakek bilang tadi, selebihnya untuk balas dendam yang lebih kejam aku yang akan melakukan eksekusi dan tolong kirim semua informasi tentang gadis yang sedang di dekati Ferdy,“ perintah Gavin dengan meninggalkan ruangan. Ia segera menuju apartemen Dava mencari sekutu pada rencana yang akan ia buat, tanpa Arka si Pria dengan waktu 10 detik untuk membuat wanita jatuh cinta yang kini tengah berada di Italia.
“Kita akan menjalankan misi pembalasan malam ini!“
“Misi seperti apa itu?“ tanya Dava
“Perang Gerilya, kita akan masuk ke dalam pesta yang diadakan oleh kekasih baru Ferdi tanpa undangan. Mari bawa dia keluar dari sana dan beri dia pelajaran!“
“Wau pesta, pasti banyak gadis cantik di sana.“ Seketika spedometer semangat Dava naik begitu mendengar sebuah pesta.
Mereka mulai menjalankan misinya malam ini setelah Damar mengirimkan lokasi dan juga data mengenai wanita yang didekati oleh Ferdi. Mereka menuju ke sebuah hotel yang kolam renang dan tamannya sudah dibooking untuk pesta ulang tahun wanita bernama Dina ia adalah target Ferdi. Pintu masuk itu dijaga ketat oleh dua bodyguard besar yang mencoba menghalau mereka.
“Tunjukkan undangan kalian dulu jika ingin masuk!“ perintah salah satu bodyguard itu .
Dava yang berdiri di belakang Gavin mulai melangkah maju dan membuka kacamata hitam yang ia kenakan. “Kalian kenal aku kan? Aku datang untung bernyanyi di sini,“ kata Dava
Bodyguard yang mengenali betul bahwa Dava adalah artis terkenal mempersilahkan mereka masuk. Mereka di sambut dengan pemandangan aneh yang tak pernah mereka dapatkan pada pesta-pesta sebelumnya yang pernah mereka datangi. Ada banyak wanita berusia paruh baya tengah memakai bikini bahkan juga mengenakan costum nakal aneh, namun pria-pria di sini adalah pria muda dengan hanya bertelanjang dada.
“Apa ini pesta gigolo?“ tanya Dava pada Gavin.
“Sepertinya begitu,“ Jawab Gavin singkat.
“Buyar sudah imajinasiku mengenai pesta indah bertabur wanita cantik bergantikan pesta tante-tante girang!“ keluh Dava.
Begitu masuk mereka sudah di hentikan oleh beberapa wanita yang merupakan panitia acara.
“Tolong tanggalkan jas kalian dan letakkan di sini, yang boleh masuk hanya pria tanpa atasan!“ perintah dua wanita tua berusia 50 tahunan.
Mereka segera menanggalkan jas dan kemeja yang mereka kenakan. Kedatangan mereka sudah disambut tatapan penuh gairah wanita-wanita paruh baya begitu melihat otot-otot biseps dan abs pada tubuh pria gagah itu.
“Sebaiknya kamu pastikan tidak ada kamera di sini, jika sampai berita kedatanganku di pesta gigolo menyebar tamat riwayat karierku,“ bisik Dava pada Gavin.
“Iya, mereka pasti sudah memastikan tidak ada yang mendokumentasikan jika tidak ingin kehidupan mewah dan gelap para tante ini berantakan.“
Dari jauh Dava dan Gavin sudah menangkap sosok Ferdi bersama seorang wanita berusia 50 tahunan tengah berada di mini bar dekat kolam renang. Wanita itu sedikit gemuk, lemak jelas terlihat bergelambir dari tubuhnya yang hanya dibalut bikini. Tidak seperti sebagian besar wanita lain di sini yang menjaga betul bentuk tubuh dan perawatan wajah dengan uang suami-suami kaya mereka. Dina kekasih baru Ferdi adalah wanita yang cukup kuat sehingga membuat Ferdi tidak bisa terjamah oleh orang-orang suruhan keluarga Gavin agar memberikan pelajaran pada Ferdi.
“Ternyata kamu ada di sini, aku sudah mencarimu kemana-mana!” Gavin merangkulkan lengannya pada pundak Ferdi yang tengah duduk di samping Dina. Mata wanita paruh baya itu langsung tertuju pada Dava artis terkenal berwajah tampan yang ada di depan matanya sekarang berbeda dengan Ferdi yang tampak ketakutan berada di sebalah Gavin.
“Wau, sungguh kehormatan luar biasa seorang artis papan atas bisa hadir di pesta ulang tahunku,“ kata Dina
Dava segera mengambil tempat duduk di samping wanita itu dan menuangkan wiski ke sloki yang Dina pegang.
“Sebenarnya kami sedang mencari pria di sebelahmu ini. Dia sudah meninggalkan seorang wanita di pesta pernikahannya dan juga berbohong tentang balas dendam dari kakaknya yang sudah bunuh diri akibat kesalahan temanku,” terang Dava pada Dina.
“Jika itu benar maka perbuatannya sangat kejam!“ balas wanita paruh baya itu sambil menyodorkan sebuah rokok yang tertancap pada mulutnya untuk di nyalakan oleh Dava .
“Boleh kami membawa pria ini? Beberapa hari ini dia sudah bersembunyi di balik badanmu sehingga tidak bisa kami jangkau?“ pinta Gavin.
Dina tersenyum simpul sambil menyembulkan asap rokoknya, “Take one, give one!“
Gavin dan Dava saling menatap memastikan siapa di antara mereka yang bisa dijadikan tumbal untuk pesta meriah para tante di sini.
“Tolong jaga brengsek kecil ini! Aku akan berunding dengan Dava dulu,“ pinta Gavin pada Dina yang dibalas dengan senyuman tipis tanda mengiyakan permohonan Gavin. Kedua laki-laki itu kini berjalan beberapa meter menjauh dari Dina.
“Kamu saja yang tinggal jangan aku! Reputasiku bisa hancur jika sampai skandal pesta gigolo ini keluar, bukankah aku artis paling menguntungkan di manajemen stone? “ jelas Dava, sejenak Gavin berpikir,
“Tidak, aku yang harus membawa keluar Ferdi setelah kupastikan anak buahku membawanya aku akan segera menyusul untuk menolongmu,“ terang Gavin sambil menyentuh pundak Dava.
“Pastikan kamu cepat menyusulku!“ pinta Dava dengan wajah putus asa seperti tengah diserahkan pada kandang Singa. Setiap wajah wanita di sini seperti menemukan mangsa empuk pada kehadiran mereka berdua. Jika salah satu pergi maka mangsa itu kini semakin mudah untuk dikalahkan.
“I’m gonna be in a depp shit!” guman Dava sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada telanjangnya, “Sebaiknya kau cepat jika tidak ingin kesucian artismu ini ternoda!“
“Tenang, dan percayalah padaku!”
Mereka kembali ke meja Dina dan Ferdi, pria kecil itu tampak tak berdaya seperti tengah di jemput oleh Sang Malaikat maut. Gavin kini tengah mencengkeram tubuh Ferdi tak ubahnya elang yang tak ingin lagi kehilangan mangsanya, kedua pria itu perlahan keluar meninggalkan Dava disisi Dina yang tampak senang dengan mainan barunya.
Tiga puluh menit sudah berlalu sejak Gavin dan Ferdi keluar namun belum juga datang menjemput Dava. Entah bagaimana Dava yang resah mulai menuangkan gelas demi gelas wiski ke kerongkongan yang terus terasa kering menahan rasa gelisah berada di dekat Dina yang tak henti membelai dada bidang milik Dava tak butuh waktu lama ia runtuh dan tak sadarkan diri. Selang dua jam setelah kepergian Gavin ia menemukan dirinya tengah terkapar di sebuah kamar hotel mewah sendirian dengan hanya menggunakan celana boxer, sayup-sayup ia dengar nyanyian sumbang Dina di dalam kamar mandi.Dava duduk, ia mulai mencerna semua yang terjadi, kepalanya masih pusing, dan terus memijat keningnya untuk mengurangi rasa sakit kepala yang di derita. Sontak ia terkaget dengan kedatangan Dina dari kamar mandi tengah mengenakan busana setelah G string menerawang, lemak dan juga kerutan memburai dari setiap sisi tubuh wanita paruh baya itu.“Astaga, mati aku kenapa Gavin lama seka
Zermatt, Swiss “Bukankah menginap di sini sangat mahal? Kamu benar-benar tahu cara menghamburkan uang kakekmu untuk laki-laki yang malah kabur di hari pernikahan,“ canda Arka setelah mereka memasuki Chale sebuah penginapan mirip Vila pribadi yang sudah Ara pesan jauh hari sebelum pesta pernikahan. Mata Ara melotot tajam ke arah Arka setelah mendengar perkataan Arka yang menusuk hatinya. “Ups,, maaf!“ Arka segera merangkul pundak gadis yang tengah menatapnya tajam itu. “Aduh dingin sekali, aku tidak pernah suka berlibur saat musim dingin apalagi pada daerah bersalju,“ lanjut Arka sambil merangkul erat pundak Ara. Arka berkeliling di Chale yang sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu, ada perapian di depan ruang keluarga, sebuah jacuzzi outdoor yang terletak menghadap pegunungan. “Dingin sekali, di mana kamarku? Aku sangat lelah dan ingin tidur?” tanya Arka pada Ara yang sedang naik tangga dengan menenteng koper miliknya.
Sebuah gudang pengap berdiri di antara jajaran industri lain di kompleks pergudangan pinggiran kota Jakarta, sebuah gudang tua yang lama ditinggalkan karena kebakaran ruang produksi pada bagian belakang 10 tahun silam. Cat mulai memudar di bakar sinar matahari dan juga debu tanpa adanya perawatan, bahkan rumput mulai tumbuh di cela-cela rekahan lantai. Sarang laba-laba juga bertengger di setiap sisi menambah kesan misteri gudang dengan luas hampir satu hektare. Gavin dan Dava membuka pintu besi besar berwarna hijau gudang ini, membuat ruang yang awalnya hanya temaram cahaya lampu neon kuning kini di susupi lampu terang mobil Gavin yang sengaja tak ia padamkan. Seseorang tengah duduk tak berdaya di kursi kayu dengan tangan dan kaki terikat, wajahnya sudah penuh lebam dan baju yang mulai berantakan bekas dihajar tiga orang anak buah Damar yang kini tengah bermain kartu di meja sebelah Ferdi berada. Ada sebuah perapian yang mereka buat dari drumb besi bekas oli samping meja mer
Zermatt, SwissCahaya mulai menyusup dari punggung pegunungan Alpen menuju ke celah kaca kamar Ara yang tengah tertidur pulas, gadis yang menyukai suasana gelap saat tidur ini mulai terbangun. Ia menoleh ke samping tempat tidurnya dan tak menemukan sosok Arka. Tempat tidur Arka masih rapi tampak jelas semalam lelaki itu tidak tidur di sampingnya. Ara mulai turun dan mendapati lelaki yang ia cari tengah berendam di jacuzzi sambil menatap pada hamparan salju putih di depannya. Mengetahui itu Ara segera berganti bikini dan menyusul Arka dari belakang tanpa sepengetahuan Arka hingga mengagetkannya.“Selamat pagi!“Arka tersentak dan segera menoleh ke belakang tempat suara itu berasal.“Kamu sudah bangun?“ tanya Arka“Iya, kenapa tidak tidur dikamar semalam?““Tidur di depan perapian sudah cukup menghangatkan. Aku akan keluar jika kau ingin berendam di sini!” kata Arka setelah mengeta
Gondola menurunkan Ara dan Arka tepat beberapa saat sebelum kereta gantung itu di tutup karena badai salju yang tengah bersiap. Langit berkabut putih pekat mulai menutupi semua langit di sini, angin dingin juga mulai menaikkan kecepatannya secara perlahan, menghembus hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Ara dan Arka harus segera mempercepat langkah mereka menuju penginapan yang masih berjarak 1 kilometer dari tempat mereka sekarang. Salju tipis mulai turun jarak pandang juga terbatas pada kisaran 10 meter. Beberapa orang mulai tergopoh menuju tempat berlindung sebelum badai yang lebih besar datang, meski jalan-jalan licin akibat salju yang turun harus membuat mereka lebih memperhatikan tiap langkah. “Hurry up, kita harus segera sampai di penginapan sebelum badai besar datang,“ perintah Arka pada Ara yang mulai berjalan lebih lambat darinya. Gadis itu mulai kelelahan, nafasnya tak beraturan akibat badai dingin dan juga kelelahan berjalan cepat sejak turun dari
Malam semakin larut, hawa sunyi menyerbak dari kompleks industri yang mulai sepi dari aktivitas ekonomi. Sebuah mobil hitam parkir tepat di samping gudang kosong tempat Ferdi disekap. Ia di tinggalkan sendiri di gedung berhantu ini. Para anak buah suruhan Gavin hanya mengawasi dari pos satpam yang berada di depan pintu masuk gudang dengan jarak 200 meter dari tempat Ferdi di sekap.Empat orang keluar dari mobil hitam, mereka segera melemparkan tali panjang untuk memanjat dinding setinggi 10 meter, dengan cepat mereka sudah sampai di samping gudang tempat Ferdi berada. Penerangan yang minim membuat anak buah Gavin tak bisa melihat kedatangan penyusup di sekitar mereka. Empat pria berbaju hitam itu segera berpencar, dua orang lainnya mencari keberadaan Ferdi. Mereka akhirnya menemukan Ferdi sudah dalam kondisi lemas menahan ngilunya memar di sekujur tubuh, bahkan darah di wajahnya mulai mengering. Mereka segera melepaskan ikatan Ferdi dan membopongnya keluar lewat pintu d
Dava tengah di sibukkan dengan malam penghargaan musik salah satu setasiun TV, selain datang sebagai kandidat Penyanyi Solo terpopuler ia juga didapuk untuk bernyanyi di acara megah yang disiarkan secara langsung. Sepatu pantofel hitam yang ia kenakan mulai menapaki karpet merah panjang disambut dengan sorot kamera para wartawan. Dava begitu gagah menggunakan setelan jas mewah hitam ketat dengan rompi tanpa lengan di dalamnya. Rambutnya di tata dengan model slick back yaitu model rambut dengan tatanan ditarik ke belakang dengan sisi bagian bawah yang tipis, wajah tampan Dava tak hentinya di abadikan oleh jepretan kamera wartawan. Dava berhenti di tengah red carpet dan melakukan wawancara mengenai pendapatnya masuk nominasi, namun di tengah wawancara ia mulai terkejut dengan kedatangan Vika yang menerobos barisan wartawan menuju lebih dekat ke arah Dava sambil membawa digital voice recorder di tangannya. “Dava, bagaimana
Zermatt, Swiss Sisa badai semalam membentuk gundukan salju tinggi sepanjang mata memandang. Sebagian pekerja mulai membersihkan jalan-jalan menuju penginapan yang tertutup salju dengan ketebalan lebih dari satu meter. Ara terbangun lebih dulu, kepalanya masih berbantal lengan Arka. Semalam mereka tertidur saling berpelukan di karpet berbulu tebal dekat perapian. Jari jemari Ara menyentuh poni rambut Arka dan menyibakkannya ke samping. Ia merasa seperti mimpi bisa berada dalam pelukan pria yang sudah menjadi cinta pertamanya lebih sedasawarsa. “Kau akan semakin jatuh cinta jika terus menatap wajah tampanku,“ Arka mulai terbangun, ia membalas tatapan Ara yang masih belum mengalihkan pandangan dari dirinya, gadis dengan wajah tercantik berambut coklat panjang yang pernah berada dalam pelukannya. “Aduh..,“ rintih Arka mendapati tangannya kesemutan karena sejak semalam menjadi bantal dari kepala Ara. “Ada apa?“ tanya Ara mulai bangkit , ia menyentuh lengan
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah