Zermatt, Swiss
Sisa badai semalam membentuk gundukan salju tinggi sepanjang mata memandang. Sebagian pekerja mulai membersihkan jalan-jalan menuju penginapan yang tertutup salju dengan ketebalan lebih dari satu meter. Ara terbangun lebih dulu, kepalanya masih berbantal lengan Arka. Semalam mereka tertidur saling berpelukan di karpet berbulu tebal dekat perapian. Jari jemari Ara menyentuh poni rambut Arka dan menyibakkannya ke samping. Ia merasa seperti mimpi bisa berada dalam pelukan pria yang sudah menjadi cinta pertamanya lebih sedasawarsa.
“Kau akan semakin jatuh cinta jika terus menatap wajah tampanku,“ Arka mulai terbangun, ia membalas tatapan Ara yang masih belum mengalihkan pandangan dari dirinya, gadis dengan wajah tercantik berambut coklat panjang yang pernah berada dalam pelukannya.
“Aduh..,“ rintih Arka mendapati tangannya kesemutan karena sejak semalam menjadi bantal dari kepala Ara.
“Ada apa?“ tanya Ara mulai bangkit , ia menyentuh lengan
Terimakasih masih menjadi pembaca setia tiga Cogan playboy, beberapa bab berikutnya akan berisi flashback kisah cinta bertepuk sebelah tangan Ara untuk Arka selama ini. Jangan lupa nyalakan bintang dan tulis komentar tentang cerita tiga Cogan ini! 🥰
*Delapan Tahun Lalu* Empat senior tengah menunggu Ara di ujung lorong sekolah yang mulai sepi setelah aktivitas belajar usai sedari tadi. Tatapan empat wanita itu tajam pada tubuh Ara yang hendak melintas ke arah mereka. Ara menoleh kanan dan kiri tak ada orang lain, ia menyadari bahwa tatapan sinis itu ditunjukkan untuknya. Ara memelankan langkahnya, ia memilih putar balik ketimbang terlibat masalah dengan senior. “Ada apa ini?“ tanya Ara saat ke dua senior menghampirinya, sejurus kemudian mereka mengapit dan memegangi kedua tangan Ara. Mereka memaksa tubuh kecil Ara mengikuti langkah menuju kebun belakang sekolah, menghempaskan tubuh Ara jatuh ke tanah dengan posisi berlutut begitu sampai di sana. Ara di dorong begitu kuat hingga lututnya tergores batuan kerikil. Ia di paksa berlutut di depan pemimpin perempuan kakak kelas Ara yang duduk di kelas 11. Tubuh Ara berusaha kuat untuk bangkit namun di tahan oleh cengkeraman menyakitkan kedua tang
* Delapan Tahun Lalu* Setelah kejadian Ara dengan Rani, gosip mengenai Ara memiliki pacar seorang mahasiswa tampan mulai menyebar. Mematahkan hati banyak pria yang menyukai Ara Si Primadona Junior dari kelas sepuluh. Berita itu akhirnya sampai pada pria tampan yang begitu gigih mengejar Ara selama ini, Dimas merasa harga dirinya runtuh sebagai ketua tim basket kebanggaan sekolah yang selalu dikejar-kejar oleh para gadis tetapi sekarang malah kehilangan gadis yang ia sukai. Seusai berlatih basket lelaki yang masih mengenakan baju basket dan headband di kepalanya itu mulai berjalan melewati lorong-lorong dan menarik perhatian para siswi yang tengah bercengkerama pada jam istirahat. Bola mata mereka terus memperhatikan pria tampan penuh kharisma menuju ke dalam kelas tempat Ara berada. Ara sedang menatap keluar jendela kaca kelasnya yang menghadap langsung ke belakang sekolah tempat kemarin Arka membantunya. Ia terus teringat kenangan manis saat Arka me
*Hari Pertandingan*Sabtu sore hari di sport hall indor yang sudah mereka sewa sebelumnya untuk pertandingan satu lawan satu antara Arka dan Dimas. Kursi penonton sebelah kiri sudah di penuhi dengan riuh siswa berseragam putih abu-abu sementara sebelah kanan berjejer mahasiswi-mahasiswi cantik dari Universitas sama dengan Arka. Mereka adalah wanita-wanita yang sengaja dibawa oleh Dava dan Dimas sebagai suporter Arka. Gadis-gadis cantik itu mengalihkan perhatian siswa pria yang melihat dengan mulut menganga dan pupil membesar ketika melihat ke arah suporter lawan. Berbeda dengan wajah Ara, mukanya masam dengan kedatangan para gadis yang penuh sorak menyerukan nama Arka, apalagi sesekali Arka melakukan tebar pesona dengan melambaikan tangan ke arah tribune gadis itu.“Sudah kubilang rahasiakan ini dari kakak, kenapa kamu malah menceritakannya? Lihatlah keributan apa yang Dava dan Gavin akhirnya perbuat?“ bisik Ara mendekat ke telinga Arka ya
Cerita panjang Ara tentang perjalanan cinta bertepuk sebelah tangan yang selama ini gadis itu simpan pada Arka, menjadikan hati Arka kini mulai goyah. Ada perasaan aneh yang mengalir ketika menatap wajah Ara. Ia harus segera melarikan diri dari perasaan yang bisa membuatnya terjebak dalam konflik antara persahabatan dan cinta. Ara, Gavin dan Dava adalah segalanya yang Arka punya setelah ibunya melepaskan tangan Arka demi merawat anak tiri suaminya.Ara menghampiri Arka yang tengah melamun di dalam kolam jacuzzi, menatap kosong pada pegunungan es di depannya. Gadis itu mendekap tubuh Arka dari belakang, menempelkan tiap kulit halus yang hanya berbalut bikini pada punggung Arka. Hormon testosteron Arka mulai meronta pada stimulan yang dihadirkan oleh wanita cantik dan sexy di belakang tubuhnya. Ia segera berbalik dan mencumbui bibir manis Ara, mendorong tubuh Ara ke dinding kolam renang jacuzzi tangannya mulai menjelajah ke kulit halus Ara, h
Minggu pagi ini Gavin dan Dava sudah tiga puluh menit bermain tenis di lapangan milik kompleks perumahan elite tempat tinggal Gavin. Sebuah lapangan outdoor di antara taman hijau tempat warga kompleks sering berjalan santai. “Kenapa Arka belum juga datang?“ tanya Gavin setelah melakukan servis. Dava dengan cepat mengembalikan bola itu ke arah Gavin namun dengan cepat ia sudah melakukan smash yang tidak bisa ditangkis oleh raket Dava. “O, dia berkata kalau sedang tidak enak badan,“ jawab Dava dengan mengambil dan bersiap melakukan smash. “Mungkinkah dia marah padaku karena kupaksa ikut dalam liburan Ara? Padahal kita tahu Arka tidak suka berlibur di negara bersalju.“ “Entahlah, bisa saja begitu kalau selama liburan Ara menyulitkan dia. Kenapa tidak tanya Ara tentang liburan mereka?“ tanya Dava balik. Gavin berhenti sejenak setelah sebelumnya sudah siap melakukan servis ke kandang Dava. “Aku bahkan seng
Arka, Gavin, dan Dava sudah berada di salah satu ruang rapat milik Leaf Corp keluarga Gavin. Gedung perkantoran yang masuk ke dalam sepuluh besar best arsitektur di Asia Tenggara. Mereka menunggu penjelasan Damar mengenai keberadaan Ferdi, sosok pria yang sudah hampir seminggu ini menghilang tanpa kabar.“Ada perkembangan apa mengenai Ferdi?” tanya GavinDamar menaruh map merah di hadapan Ferdi, “Ternyata usaha startup yang selama ini diakui Ferdi bukanlah miliknya. Itu adalah anak perusahaan di mana KAGA Corp sebagai pemiliknya,““Apakah itu berarti KAGA Corp ada di balik semua ini dan Singa yang di maksud oleh Ferdi?““Itu yang masih menjadi misteri besar, nyatanya aku tidak bisa menemukan hubungan para petingginya dengan Ferdi. Tidak ada catatan pertemuan dan juga panggilan antara Ferdi dan para petingginya. Ferdi terpilih sebagai direktur di perusahaan startup juga ber
“Membosankan!“ keluh Dava.Ini adalah hari senggang dari semua jadwalnya yang padat tapi ia hanya duduk diam di apartemen. Gavin dan Arka sibuk dan tak ingin bermain dengannya. Bahkan puluhan gadis yang ia telepon sebagian besar memakinya sebelum ia mengatakan sepatah kata pun.“Kenapa para wanita ini yang dulu begitu memujaku sekarang berbalik jadi benci, meski kucampakkan tapi mereka sudah mendapatkan banyak materi. Seolah mereka yang paling dirugikan!“ guman Dava.Sepuluh menit kemudian Dava yang mulai tertidur di sofa panjang depan ruang TV mulai terbangun mendengar dering di handphonenya. Setengah mengantuk ia menjawab panggilan itu.“Iya Hallo! “ jawab Dava“Baiklah aku bisa menemanimu, tapi mari kita bertemu di tempat karaoke,“ kata Gea.Mata Dava langsung terbelalak penuh antusias, “Oke, aku akan share loc tempat karaoke langgananku. Sebentar lagi aku meluncur.&r
Ara menghabiskan waktu seminggu lebih untuk memikirkan cara mengatasi perasaannya pada Arka, rasa cinta yang dulu mampu ia simpan rapat kini justru semakin tak tertahankan. Ia tahu dunia mimpi yang sudah Arka penuhi sebagai kekasih sementara sudah berakhir, tapi ternyata tidak dengan cintanya. Kenangan mereka selama di Swiss terus menghantui Ara, kebahagiaan yang sempat ia rasakan itu, rasa nyaman dan hangat yang diberikan Arka membuat gadis ini mulai bertekad untuk memperjuangkan cintanya pada Arka. Gavin sudah seminggu ini sengaja pulang larut dan berangkat sebelum sarapan pagi hanya untuk menghindari Ara. Gadis itu masih belum tahu alasan apa yang melatar belakangi tindakan Gavin. Namun malam ini ia sengaja menunggu Gavin untuk menanyakan itu dan juga memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Arka terhadap Gavin. Pukul satu malam, ia mulai mendengar mobil sport Gavin memasuki parkiran rumah. “Kakak sudah datang?“ tanya Ara mengagetkan Gavin yang berjalan menge
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah