Hari minggu siang, Ajeng, Kaisar dan Ayu kembali ke Bali. Karena seninnya mereka harus kembali bekerja. Mereka tiba di bandara sekitar pukul satu siang, dan bergegas mencari taksi yang bisa mengantar mereka pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Kaisar ternyata tertidur, untung mereka sempat makan siang dulu tadi.Setelah meletakkan Kaisar di dalam kamar, Ajeng keluar berniat untuk membuat minuman dingin, ternyata Ayu juga kedapur. " Kirain langsung istirahat Yu. "ucap Ajeng. " Panas Jeng, pengen yang seger seger. " ucap Ayu. "Sama, ya udah kamu duduk saja, sekalian aku buatin jus jambu, mau kan?. " ucap Ajeng. "Ya mau lah, dibuatin kok nggak mau. " ucap Ayu. Dua gelas jus jambu sudah terhidang dimeja, dihadapan mereka. "Yu, kira kira ada rumah dijual nggak ya?. " tanya Ajeng. "Nggak tau, nanti aku bantu tanya tanya ke teman temanku deh. " ucap Ayu. "Iya, thanks ya Yu. " ucap Ajeng. "Nggak usah buru buru lah Jeng, lagian kata Mister Allard, rumah itu boleh
"Benarkah? wah selamat ya Mita, semoga sakinah, mawaddah, warohmah. Langeng hingga kakek nenek. " ucap Ayu. "Selamat ya Mbak Jani, kalau nikahnya disana, kami nggak bisa datang dong Bu. " ucap Ajeng. "Nggak apa apa Mbak Ayu, Mbak Ajeng, cukup doakan saja saya sudah sangat berterimakasih. " ucap Anjani. "Oh ya Bu, kalau rumah Ibu mau dijual, biar saya yang beli, kebetulan saya lagi nyari rumah, karena orang tua saya ingin pindah kemari, biar dekat dengan anak cucu. Kan pas banget, jadi saya tidak perlu susah nyari orang yang bisa jagain Kaisar. " ucap Ajeng. "Benarkah Mbak, sebenarnya Ibu juga berat ninggalin Kaisar, dia sudah saya anggap sebagai cucu sendiri. Tapi kalau nanti diasuh Neneknya malah Alhamdulillah ya Mbak. " ucap Bu Rukmi. "Nah, karena itu, biar rumah Ibu saya yang beli saja. " ucap Ajeng. "Oh iya Mbak, iya saya setuju, lagian kalau saya kangen Kaisar saya bisa nginep disini, jadi ngga sungkan. Eh, tapi bolehkan Mbak saya suatu saat nginep disini?. " tanya Bu Rukm
"Kai, sayang, em, Uncle bule-nya sudah pulang ke nengara-nya karena sedang ada kerjaan disana. " Ucap Ajeng mencoba memberi pengertian kepada Kaisar. "Terus uncle tidak kembali kesini lagi?. " tanya Kaisar. "Em, untuk hal itu Mama tidak tau sayang. " ucap Kaisar. "Kalau gitu Mama telpon aja, biar Kai yang tanya langsung. " ucap Kaisar. "Eh.. " Ajeng terkejut dengan permintaan Kaisar. Ayu hanya tertawa saja, melihat interaksi Ibu dan Anak itu. "Biar tante yang telponin, mau?. " ucap Ayu. "Mau tante, mau. " ucap Kaisar. Ajeng merasa lega setelah mendengar ucapan Ayu, dia tidak berani menghubungi Allard karena entah kenapa dia merasa sungkan. Tak berapa lama, panggilan yang dilakukan Ayu terhubung. Dan Ayu menyalakan mode loudspeaker. "Hallo Mister, ini Kaisar mencari anda. " "𝘒𝘢𝘪𝘴𝘢𝘳? 𝘰𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘔𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘣𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘒𝘢𝘪𝘴𝘢𝘳?. ""sebentar.. "Dan telepon sudah berpindah ke tangan Kaisar, entah apa yang mereka bicarakan karena Kaisar
Bab 1: Awal Ajeng Wulandari, perempuan berusia 25 tahun, adalah seorang istri dari pria bernama Ardian Pratama, 28 tahun. Ia juga ibu dari seorang bocah lucu dan cerdas bernama Kaisar Putra Pratama. Keduanya bekerja di sebuah pabrik tekstil yang sama, namun dengan jabatan yang berbeda. Ajeng hanya seorang karyawan biasa yang mendapat giliran masuk atau shift, sementara suaminya adalah kepala mekanik yang hanya masuk kerja setiap pagi. Karena perbedaan jam kerja dan pembagian shift, mereka jarang bertemu, kecuali pada hari Minggu yang menjadi quality time bagi mereka. Hari ini Sabtu, sejak subuh Ajeng sudah disibukkan dengan persiapannya untuk berangkat kerja. Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. "Mas, aku berangkat dulu ya? Aku nggak siapin bekal karena kamu nantikan setengah hari, karena hari ini pendek," kata Ajeng kepada suaminya. "Iya, Dek, nggak usah siapin bekal. Eh, tapi nanti aku kayaknya lembur, Dek, tapi Tio mau traktir kita semua karena kemarin dia dap
Bab 2: Pengkhianatan "Aaaahhh... eemmm... aahhhh... faster, Baby... yeeesss." Di sebuah kamar hotel sore itu, terdengar suara desahan dari sepasang anak manusia tanpa ikatan yang sah. Sepasang manusia yang berbagi peluh dan kenikmatan karena bujukan nafsu. Ardian Pratama, yang kepulangannya sedang ditunggu oleh keluarga kecilnya, melupakan keluarganya karena sedang menikmati dosa bersama seorang perempuan. Dia adalah karyawan baru di tempat kerjanya, seorang janda beranak satu, Dian Novitasari, yang selama dua bulan ini menjadi penghangat ranjangnya di kala ia bosan dengan rutinitas hidupnya. "Aahhh... aahhh... shitt... aaahh..." Helaan napas panjang terdengar dari mulut Ardi disertai hentakan pinggulnya yang keras di lubang kekasihnya. Cairan cinta menyembur deras menyiram rahim wanita itu. Kenikmatan demi kenikmatan mereka lewati tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Bujukan syahwat yang menjerat mereka dalam kubangan dosa tidak mereka hiraukan. Ardi tidak perna
Sepasang suami istri itu saling membelakangi di atas tempat tidur. Tidak ada yang bisa memejamkan mata; mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ajeng merasa suaminya mulai menyembunyikan sesuatu. Dia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya. Sementara itu, Ardi merasa bersalah kepada Ajeng karena telah mengkhianati cinta mereka. Hari Minggu pagi, saat semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ardi justru masih terlihat nyenyak di bawah selimut. Ajeng, yang sudah selesai membersihkan rumah, membangunkan Kaisar. "Bangun, Sayang, mandi dulu yuk. Udah bau asem ini," katanya sambil menciumi pipi gembul anaknya. Kaisar pun terbangun karena ulah sang ibu. Ajeng membawa Kaisar untuk mandi. Setelah mandi, Ajeng menyuapi anaknya makan. Kemudian, Kaisar bermain di ruang depan, dan Ajeng membangunkan suaminya. "Mas, bangun... Udah siang ini. Bangun dong." Ajeng menggoyangkan lengan Ardi. Tak lama, Ardi pun bangun dan berjalan m
Setelah kepergian Ajeng ke rumah orang tuanya, Ardi mendapat omelan dari ibunya. Ia berada di dalam kamar, merenungkan setiap kata-kata Ratih, ibunya. "Sebenarnya kamu menyembunyikan apa sih, Ar? Jangan melakukan kebodohan yang bisa menghancurkan rumah tanggamu, atau kamu akan kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Sudahi main-mainmu di luar sana, Ar. Ibu nggak mau kalau sampai rumah tanggamu berantakan. Kasihan Kaisar, dia masih terlalu kecil dan sangat membutuhkan orang tuanya." Ardi memikirkan semua yang dikatakan ibunya. Dia tidak mencintai Dian seperti mencintai Ajeng. Dia hanya main-main saja. "Apa aku harus memutuskan hubunganku dengan Dian, ya? Sebelum semuanya terlambat. Ya, aku harus menemui Dian sekarang." Ardi meyakinkan dirinya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian. Dia bangkit dari tidurnya, memakai jaket, mengambil kunci motor, dan keluar dari kamar. Bu Narsih, yang sedang menonton TV, melihatnya dan bertanya, "Mau ke mana, Ar?" "Keluar bentar
Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja. Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja. Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya. Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka wak