Kring..... Kring.....
Suara alarm membangunkan ku tepat jam 03:00 pagi , sepertiga malam tempatku meluapkan segala rasa.
Sepertiga malam adalah tempatku berduaan dengan kekasihku, al qur'an. Aku bisa menjadi seorang dokter itu semua karena Allah, yang telah mengizinkan ku menjadi bagian keluarga Allah. Dengan sebagian al qur'an yang melekat dalam ingatan.
Waktu sebelum fajar tiba adalah waktuku untuk berusaha menjadi seorang hamba yang bertaqwa.
Setelah fajar tiba, aku mulai bersiap untuk beraktivitas dengan pekerjaan yang aku cintai.
“Nak, sarapan dulu yok!!” ajak Bunda.
“Iya, Bun,” jawabku seraya ku duduk dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh bunda tercinta.
“Bun, aku pergi ya,” seraya ku bersalaman dan mencium bunda sebagai tanda sayangku.
“Assalamu'alaikum,” ucapku yang kemudian pergi.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Bunda.
Bunda terbiasa sendiri di rumah karena, Ayah pun masih bekerja. Ayahku seorang guru agama, sesuai dengan kepribadian Ayahku. Seorang yang selalu mementingkan agama dari dunia.Sesampai ku di rumah sakit,
“Selamat pagi, Kakak dokter,” sapa beberapa perawat dan pasien yang kulalui.
“Pagi,,” jawabku dengan senyum.
“Gimana keadaannya, Bu?” tanyaku pada salah satu pasien.
“Udah mendingan, Dok, ” jawabnya.
“Dokter, Dokter itu cantik, shalihah, baik, dan ramah,” ucap pasien padaku
“Jangan terlalu berlebihan, Bu. Kalau Ibu tau sedikit kesalahan saya nanti Ibu jadi benci sama saya,” ucapku pada pasien itu.
Pasien itu pun tersenyum seraya berucap, “Gak lah Dok, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing,” ucapnya sambil tersenyum.
“Iya, Bu,” jawabku.
“Dokter udah ada pacar? atau tunangan?” tanyanya padaku.
“Belum Bu, saya belum memikirkan hal itu,” jawabku sambil tersenyum.
“Maaf, Bu saya harus mengurus pasien yang lain,” pamit ku seraya beranjak pergi, agar tidak berlanjut lebih dalam lagi.
Pertanyaan itu sering kudengar, tapi aku pun belum ingin memikirkan tentang hal itu.
“Dok, ada pasien darurat di UGD!” ucap suster padaku.
Aku pun bergegas melanjutkan pekerjaanku.
“Pasien kecelakaan, Dok!” ucap Suster padaku.
Setelah ku tangani, ternyata pasien itu membutuhkan banyak darah dan ada masalah di kaki nya karena benturan.
“Sudah dihubungi keluarga pasien?” tanyaku pada Suster.
“Sudah, Dok,” jawabnya.
Tak lama kemudian,
“Dok, bagaimana keadaan Adik saya?” tanya keluarga pasien itu, yang ternyata adalah kakak dari pasien.
“Bisa ke ruangan saya?!” ucapku padanya.
Di ruangan dr.Akeyla Kiyomi Kekira, Sp. B
“Bagaimana keadaan Adik saya, Dok?” tanyanya dengan panik.
“Adik Bapak, membutuhkan banyak darah dengan golongan O, yang kebetulan sedang tidak ada stok untuk golongan darah tersebut. Dan ada masalah di kaki nya yang mengalami cedera cukup serius,” jelas ku pada keluarga pasien.
“Dimana saya bisa menemukan golongan darah tersebut, Dok?” tanya nya dengan sangat khawatir.
“Bapak, tenang dulu. Rumah sakit telah mencarikan pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku menenangkan bapak itu
“Nanti akan saya kabari jika sudah ada pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku.
“Lakukan yang terbaik ya, Dok!!” ucapnya.
Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasienku. Walau begitu, aku pernah gagal menyelamatkan nyawa pasien ku. Bukan hanya keluarga yang merasakan terpukul, aku pun merasakan hal yang sama. Karena itu aku harus bisa melakukan yang terbaik untuk semua pasien karena, aku gak mau mengecewakan diriku.
Jam istirahat
“Dok, makan bareng yok!!” ajak dr.Izzam Adelart Dareen atau dikenal dengan dokter Izzam.
Banyak orang yang menjodohkan ku dengannya, karena ia tampan, baik, ramah, shalih dan menyukai kesederhanaan.
“Bareng dokter yang lainnya” ucapnya untuk membujuk ku.
“Iya, Dok. Nanti saya menyusul,” jawabku
“Ya udah, ditunggu ya Dok,” ucapnya yang kemudian pergi.
Aku sedang menunggu Danita Ayunindya, dia seorang perawat sekaligus sahabat aku.
“Kyomi!!” suara yang memanggilku dari kejauhan.
“Seperti ada yang memanggil?” ucapku dalam hati. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata, Danita ia melambaikan tangan agar aku menghampirinya. Aku pun menghampirinya.
“Ke caffe rumah sakit yok!! ” ajakku.
“Baru aja aku mau ngajakin kamu kesana, soalnya tadi yang lain ngajakin kesana,” ucap Danita.
“Ya udah, langsung yok!!! keburu jam istirahat habis,” ucapku yang kemudian kami berjalan menuju caffe
“Kamu udah dari tadi?” tanya Danita.
“Enggak, baru 10 menit aku nunggu kamu,” ucapku sambil berjalan.
“Siapa yang ngajak kamu tadi?” tanya Danita dengan sedikit penasaran dan memastikan tebakan nya.
“Dokter Izzam,” jawabku yang kemudian berjalan agak memberi jarak. Karena, aku tau kalau Danita bakal ngomong yang enggak enggak.
“Tuh kan, dokter Izzam tu ada rasa sama kamu Kyomi,” ucap Danita agak geram denganku karena, dia begitu yakin kalau dokter Izzam ada rasa untukku. Dan aku menganggapnya itu hal yang biasa.
“Udahlah! itu mah biasa, Nit,” ucapku dengan ragu.
“Tuh kan, kamu aja ragu dengan sikap dokter Izzam, Iyakan?” tanyanya yang kemudian menyusul langkahku.
“Ssstt, udah!!! jangan dibahas lagi!” ucapku menghentikan pembahasan.
“Hmmm, ya udah kalau kamu gak percaya,” ucap Danita yang kemudian meninggalkanku dan duduk bersama yang lainnya.
Di caffe
“Dok, ada pasien yang membutuhkan golongan darah O,” ucapku kepada yang lain, agar yang lain bisa membantu mencarikan golongan darah tersebut.
Sepertinya, ada golongan darah O dirumah sakit DAWAA', nanti coba saya konfirmasikan ke rumah sakitnya," jelas dokter Anathari yang langsung memberi konfirmasi ke rumah sakit DAWAA'.
“Teman-teman, InsyaAllah lusa aku mengadakan resepsi pernikahan. Aku minta kalian datang ya!!” ucap dokter Devi. Kami pun terkejut mendengar kabar gembira itu.
“Wow.., Selamat ya,” ucap dokter Anathari.
“Selamat ya, Dok,” ucapku.
“Setelah dokter Devi, dokter Izzam,” ucap Danita sambil merayu dan mengejek dengan niat bercanda.
“Masalah itu bisa diatur kalau jodoh sudah mengiyakan,” ucap dokter Izzam yang tertuju padaku
Aku pun beranjak pergi,
“Saya pergi dulu ya Dok, masih ada banyak pasien yang harus diurus.” ucapku tuk menghindari pembicaraan lebih lanjut lagi.
“Dok, nanti saya kabari kalau sudah tersedia golongan darahnya”ucap dokter Anathari.
“Baik, Dok” ucapku yang kemudian pergi.
Kemudian Danita pun menyusulku,
“Tuh kan, bener tadi dokter Izzam itu tertuju sama kamu dan terus mencuri pandangan waktu kamu ngobrol. Udah, jangan difikirin!” ucap Danita dengan mengejekku dan pergi begitu saja.
Di ruangan consult
“Dok, darah yang dibutuhkan sudah ada,” ucap perawat yang membuatku terkejut dari lamunan.
“Iya, saya datang,” ucapku yang bergegas ke ruang pasien.
“Gimana, Dok?” tanya keluarga.
“Kondisinya membaik Pak tapi, kakinya mengalami kelumpuhan sementara,” ucapku.
Keluarga syok mendengarkan penjelasan ku.
“Jangan khawatir Pak, hanya lumpuh sementara nanti pasien bisa pulih berjalan kembali,” ucapku menenangkan nya.
“Saya tinggal dulu ya, Pak,” ucapku.
“Terimakasih ya, Dok,” ucapnya.
Aku kembali keruangan dan menelpon Bunda.
“Assalamu'alaikum, Bun Keyla pulang terlambat, Bun. Soalnya ada pasien yang dirawat Di UGD,” ucapku.
[“Wa'alaikumussalam, iya Key, jangan lupa makan ya Key!!!”] ucap Bunda.
“Iya Bun, ya udah Keyla tutup dulu telponnya ya Bun. Assalamu'alaikum,”ucapku.
[“Wa'alaikumussalam,”] jawab Bunda.
“Dok!!!!” teriak perawat memanggilku.“Ada apa?” tanyaku.“Dok, ada pasien yang...,” ucapnya dengan terbata-bata. Aku pun bergegas ke ruangan tersebut.“Diruang ICU Dok!!” seru perawat itu.Ruang ICU“pasien baik-baik saja, Sus,” ucapku dengan lega.“Saya akan kabarkan kepada keluarganya, Dok,” ucap perawat itu padaku dan kemudian pergi.“Bapak, pasien sudah melewati masa kritisnya,” ucap suster pada keluarga pasien.“Boleh kami melihat?” tanya keluarga itu.“Silahkan, Pak!” ucap suster mempersilahkan keluarga untuk melihat kondisi pasien.“Pasien sudah mulai siuman, Pak. Tapi jangan terlalu lama di aja ngobrol ya, Pak!!!” ucapku pada keluarga pasien.“Saya tinggal ke ruangan dulu, Pak,” ucapku yang kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan.&ldquo
Setelah ku menyelesaikan pekerjaanku, aku Tiba-tiba kepikiran dengan keadaan Salman.“Aku check keadaan Salman dulu kali yak?” tanyaku dalam hati. Dan aku langsung pergi ke ruangannya.Tokk.. Tok....“Bisa saya masuk?” tanyaku dari luar ruangan.“Iya, Dok,” jawab Salman dari dalam.Aku pun masuk kedalam bersama Danita.“Bagaimana keadaan kamu?” tanyaku pada Salman.“Alhamdulillah, sudah baikan Dok,” jawabnya.“Saya check dulu ya,” ucapku.“Keadaan kamu mulai membaik tapi, kamu harus lanjutkan theraphy biar kaki kamu pulih kembali!!” ucapku padanya.“Iya, Dok. Apa besok saya bisa keluar dari rumah sakit ini, Dok?” tanyanya padaku.“Besok? insyaAllah besok kamu bisa pulang,” ucapku.Wajah Salman mulai berubah menjadi sedih dan murung.“Kenapa? kok jadi sedih gitu?” tanyak
“Nit, tolong kamu bantu aku ya,” pintaku pada Danita.“Kenapa, Key?” tanyanya.“Nanti jam 10:00 ada jadwal theraphy, tolong bantu aku ya,” jelasku pada Danita.“Oalahh.., iya nanti aku yang temenin kamu,” jawab Danita dengan tersenyum.“Ya udah aku duluan ya,” ucap Danita.“Iya..,” jawabku.“Dokkk!!!” panggil seseorang dari kejauhan.Aku pun menoleh dan ternyata Salman.“Udah disini aja? jadwal theraphy kamu kan jam 10:00 nanti,” ucapku dengan terkejut.“Iya, Dok. Aku mau ketemu sama Dokter,” ucapnya dan datang dua orang bapak dan ibunya Salman.“Ibu sama Bapak mau ketemu sama Dokter,” ucap Salman.“Ouwhh, iya di ruangan saya aja ngobrolnya yuk!! Pak, Bu,” ucapku pada orang tua Salman.Di ruang dr.Keyla Kiyomi Kekira“Silahkan! duduk Bu, Pak,” ucapku m
“Bun, aku pergi dulu ya,” ucapku pada bunda.“Iya Key, hati-hati!!” teriak bunda dari kamar tidur.Aku bergegas ke rumah Danita karena, aku pikir ini sudah terlambat sekali.“Assalamu'alaikum, Nit?” panggilku.“Wa'alaikumussalam, bentar Key!” teriaknya dari dalam.Tidak lama kemudian Danita keluar.“Kamu cantik amat Nit?Mau kemana?” ucapku meledek Danita.“Udah yuk!! nanti terlambat,” ajak Danita tersipu malu setelah ku puji.“Wkwkwk, Danita...Danita..,” bisik ku dengan tergeleng-geleng melihatnya yang salting.“Ayo Key!!” serunya.“Iya,” jawabku yang kemudian menyusulnya ke mobil.Di restaurant“Assalamu'alaikum,” salam ku pada Salman dan keluarganya.“Wa'alaikumussalam, silahkan duduk, dok,” ucap orang tua Salman.“Kenalkan Bu, Pak. In
“Gimana dinner semalam, Key?” tanya bunda padaku.“Alhamdulillah seru, Bun. Gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya ayah ayang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.“Gak ada apa-apa, Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada ayah dan bunda.“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.“Kalau dia itu memang baik agama,nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk ayah.A
Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.“Key?” panggil bunda.“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.“Iya, Bun,” jawabku.Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membu
“Maaf, sus. Dokter Kiyomi dimana ya?” tanya Salman pada salah satu suster di rumah sakit.“Dokter Kiyomi hari ini sedang cuti. Ada apa ya?”jawab suster itu.“Euum, iya hari ini jadwal saya untuk theraphy,” jawab Salman.“Atas nama siapa ya mas?”tanya suster itu.“Atas nama Salman, sus,” jawab Salman.“Untuk sementara waktu pasien theraphy dokter Kiyomi akan ditangani oleh dokter Devi. ”ucap suster.“Terimakasih ya, sus,” jawab Salman.Salman penasaran kenapa dokter Kiyomi cuti. Akhirnya setelah theraphy selesai Salman pergi ke rumah dokter Kiyomi.“Ada acara apa ya mas?” tanya Salman pada tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Oo..., itu ada acara pertunangan nanti malam mas,” jawab tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Pertunangan??” tanyaku heran.“Iya mas pertunangan dokter
Ada apa ya, Pak? tanyaku pada kepala rumah sakit. Aku dipanggil oleh kepala rumah sakit ke ruangannya.“dr.Kiyomi, saya memanggil anda karena untuk sementara waktu anda dipindah tugaskan ke rumah sakit MARMARA UNIVERSITESI Prof.Dr.Asaf Ataseven Hastanesi,” jelas bapak kepala rumah sakit.“Kapan saya mulai dipindah tugaskan, Pak?” tanyaku.“Mulai esok, dok. Disana ada pasien yang membutuhkan bantuan dokter,” jawab bapak kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.“Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak,” pamit ku pergi dari ruangan.“Iya silahkan, dok,” jawab bapak kepala rumah sakit. Aku pergi dari ruangan itu dan langsung ke ruangan ku dan memberi tahu Danita yang kebetulan ada di ruangan ku.“Nit, aku besok dipindah tugaskan ke turki untuk sementara,” ucapku memberi tahu kepada Danita.“Turki?!” teriaknya terkejut mendengar nama nega
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
Savas“Apa kabar, Beymi?” pesan singkat dari handphone ku.“Alhamdulillah, baik,” jawabanku dari pesan singkat itu.“Aku tunggu di Blue mosque,” next pesan dari Savas.Karena aku sangat gembira tanpa batas, aku langsung beranjak pergi ke blue mosque tanpa dandanan. Sesampainya aku di blue mosque,“Welcome my Beymi,” sambut Savas di depan Blue Mosque membuatku sangat senang dan terharu sampai aku menangis.“Jangan menangis! Tunggu aku ya! Sebentar lagi kita...,” ucapnya dengan penuh cinta dan menunjukkan pelaminan indah, pelaminan impianku yang pernah ku ceritakan pada Savas.Aku tersenyum bahagia begitupun dengan Savas yang kemudian senyum tipis yang terlukis di wajahnya itu mulai memudar. Saat aku melihat ke arah pandangannya memandang ternyata,“Dokter?!” seru dr. Izzam dari belakang ku.Aku berbalik arah menjadi berdiri diantara Savas dan dr.Izzam.Kemudian Sa
Hari yang indah dan menyenangkan akan berlalu.“Terimakasih ya, Kacan untuk bahagia yang diberikan hari ini,” ucap Syakira.“Iya, Kakak dokter. Terimakasih untuk segalanya dan akan ku bayar atas semua pahit yang pernah dititipkan pada Kakak dokter,” ucap Iyah yang membuatku tertegun mendengarnya.Begitupun dengan Syakira yang terheran dan,“Kamu seperti pernah menjadi orang terdekat Kacan aja,” ledek Syakira.Iyah hanya tersenyum dan pergi masuk ke kamar hotel.Aku bersikap seolah tak terlalu menghiraukan ucapan Iyah tadi.“Kalau begitu Syakira pulang dulu ya, Kacan. Besok kalau mau pergi-pergi kabari saja Syakira,” ujarnya.“Iya, terimakasih ya!!” seruku.“Sama-sama, Kacan,” jawabnya yang kemudian beranjak pergi.Tak lama kemudian handphone ku berdering.Kuangkat telpon dari Bunda,“Assalamu'alaikum, Key?” ucap Bunda.“Wa'alaikum
Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini d