"Tok...tok...tok..." seseorang mengetuk pintu kamar Friska, membuat gadis itu dan Dios segera terbangun dari posisi tidurnya. Friska berjalan untuk membuka pintunya. Nampak seorang wanita paruh baya berambut ikal dengan kemeja putih dan rok span berwarna hitam, wanita itu menengok ke dalam kamar
"Sudah mamah duga, pasti ada Dios datang" ucap wanita tersebut yang ternyata adalah ibu Angela yang merupakan ibu kandung dari Friska. Mata wanita itu berbinar, nampak senang. Ia mengeluarkan dua buah tiket bioskop dari sakunya "Tada...mamah siapin tiket bioskop buat kalian main ke luar" lanjut ibu Angela dengan nada girang, dan senyum lebar yang membuat susunan giginya terlihat jelas.
Dios yang ikut senang pun langsung berlari ke arah ibu Angela, menyerobot tiket tersebut sambil merangkul Friska "Widiiih...bisa nonton bioskop gratis nih...terimakasih ya tante" ucap Dios sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat ibu Angela tertawa, bahkan ibu kandung Friska pun nampaknya selalu terpesona dengan Dios, hingga ia tidak pernah menolak atau memberikan batasan waktu untuk Friska dan Dios bertemu. Bisa dibilang bahwa pintu rumah mereka selalu terbuka untuk Dios.
"Iya...ajakin Friska keluar ya Dios, tante khawatir dia jadi anti sosial kalau diem di rumah terus" ucap ibu Angela setengah berbisik. Dios pun tersenyum secara paksa sambil melirik Friska "Siap tante" jawab Dios dengan suara pelan. Setelah mendengar hal tersebut, ibu Angel pun berpamitan untuk berangkat ke kantornya dan menitipkan anaknya kepada Dios.
Dios mengintip kepergian ibu Angel dari jendela kamar Friska, setelah memastikan mobil dari wanita paruh baya tersebut pergi dari halaman rumah. Dios pun segera menatap Friska dengan tajam "Harusnya lu tiru tuh nyokap lu, Freeze...jadi orang yang baik dan ramah, gaul sama banyak orang...jangan diem di kamar mulu terus jadi anti sosial kayak sekarang" ucap Dios.
"Kata siapa gue anti sosial ? gue kan masih punya lu sebagai sahabat geu" balas Freeze sambil tersenyum ke arah Dios, membuat laki-laki itu tak mampu lagi berkata-kata dan hanya bisa menghela nafas
"Yaudah, sekarang lu siap-siap...kita pergi ke bioskop ! Nyokap lu beliin kursi vvip lagi, weh mantep gilaaa" ucap Dios dengan kegirangan sambil menciumi tiket bioskop tersebut. Namun kegembiraannya tersebut seketika lenyap saat Friska berkata bahwa dirinya tidak akan pergi dengan nada serius dan sikap tak acuhnya.
"Loh kenapa gak pergi ?" tanya Dios, ia menghampiri Friska yang sibuk dengan soal-soal matematikanya. Karena geram, Dios pun merebut buku matematika tersbeut dan membawanya ke ujung jendela kamar, berniat untuk menjatuhkan buku tersebut kalau-kalau Friska bilang tidak ingin pergi ke bioskop lagi.
"Apaan sih Dios...gak lucu tau gak! cepet balikiiin"pinta Friska sambil berusaha merebut bukunya kembali. Dios mencengkeram wajah Friska dengan satu tangannya "Gak bakal gue balikin sebelum lu setuju buat pergi bareng gue ke bioskop" kecam Dios dengan nada yang serius. Friska mendorong dirinya menjauh dari Dios. Dia kembali duduk di kursi belajarnya, dan mengalihkan pandangannya dari Dios
"Gue kan udah bilang, gak mau pergi ke tempat ramai bareng lu" ucap Friska
"Yaampun...ini kan cuma sekali doang ! lagian ini tuh kursi vvip dan filmnya juga, nih lihat ! conjuring season terbaru ini, Freeze !" balas Dios dengan semangat untuk meyakinkan gadis tersebut untuk menonton bersamanya di bioskop
"Gue bisa streaming filmnya di internet, dan kamar gue lebih nyaman ketimbang kursi vvip bioskop" balas Friska
"Emang the real ansos sejati lu ya!" balas Dios dengan kesal
"Lu pake aja tiketnya buat nonton bareng Diona" ucap Friska. Dios terdiam memandangi tiket tersebut sambil memikirkan ide dari sahabatnya, memang sebuah ide yang bagus mengingat dirinya pun memang sedang ingin mendekati Diona, namun hati nuraninya tidak ingin memanfaatkan tiket pemberian ibu Angel tersebut hanya untuk urusan pribadinya, mengingat niat ibu Angel yang membeli tiket tersebut agar anaknya tidak menghabiskan banyak waktu di kamar sendirian.
"Enggak ! Gue gak mau ! Pokoknya lu yang mesti nonton bareng gue dengan tiket ini!" balas Dios dengan tegas sambil menyeret Friska dari kursinya
"Sekarang lu ganti baju, dan gue bakal tungguin di bawah, oke ?" lanjut Dios ketika ia berhasil menyeret Friska ke depan lemari pakaian gadis itu.
Dios pun keluar dari ruangan tersebut dan beranjak menuruni anak tangga, tak selang berapa detik Dios ke luar dari kamarnya, Friska langsung mmenutup pintu kamar dan mengunci pintu tersebut
"Pokoknya gue gak mau pergi ke bioskop bareng lu!" teriak Friska dari balik pintu kamarnya
Dios yang kaget pun segera menggedor-gedor pintu tersebut sambil meneriaki nama Friska
"Freeze, sumpah gak lucu tau" teriak Dios
"Lu sendiri kan tau kalau gue gak suka pergi bareng lu ke tempat gituan apalagi kalau sampai fans lu liat, bisa-bisa gue digosipin lagi, tau gak?!" balas Friska, gadis itu terduduk di ubin kamarnya, memandangi langit di luar kamarnya dengan lesu. Dia sendiri tidak ingin terus-terusan diam di kamar ini, namun temannya hanya Dios seorang, dan Dios bukan orang biasa sepertinya, dia memiliki banyak penggemar yang seringkali membuat keberadaan Friska tersingkirkan, menimbulkan perasaan tidak nyaman pada diri gadis tersebut, hingga ia lebih memilih untuk hanya menemui Dios di tempat yang tersembunyi saja, dia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa dirinya seperti yang pernah terjadi saat di bangku SMP beberapa tahun silam.
Beberapa tahun yang lalu, Friska bukanlah gadis dingin seperti sekarang. Dia adalah gadis ceria dan energetik dengan senyuman yang memukau, dia juga sempat memiliki banyak teman dekat, beberapa di antara teman dekatnya selalu meminta dirinya untuk didekatkan pula dengan Dios karena mereka mengetahui hubungan persahabatan antara Dios dan Friska. Gadis itu selalu membantu teman-temannya untuk mendekati Dios, seperti memberikan surat cinta mereka, mengajak mereka berkumpul bersama dengan Dios, bermain game bersama bahkan juga menceritakan orang yang mereka benci bersama-sama. Namun, Dios yang tidak memiliki perasaan pada para gadis yang menggilainya tersebut, tidak pernah mau menerima pernyataan cinta mereka, dan para gadis yang ditolak oleh Dios mulai memunculkan gosip bahwa alasan Dios menolak cinta para gadis itu adalah karena Friska.
Gosip yang menyatakan bahwa Friska ingin memonopoli Dios, ingin selalu dekat dengan sahabat kecilnya tersebut hingga tidak mengijinkan Dios untuk berpacaran dengan siapapun dan meminta laki-laki itu untuk menolak siapapun yang menyukainya. Gosip yang berhasil menyebar dengan cepat tersebut pun akhirnya menjatuhkan nama baik Friska. Yang menjadikan ia dikenal sebagai gadis yang haus akan perhatian. Gosip-gosip yang lain pun bermunculan tentang dirinya. Gosip yang entah oleh siapa dan sejak kapan menyebar itu akhirnya berhasil menjauhkan Friska dari orang-orang. Membuat gadis tersebut enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain, dan tidak mempercayai suatu hubungan pertemanan lagi selain yang sudah ia miliki saat ini. Gosip yang akhirnya membuat Friska dengan tegas mengatakan pada dirinya sendiri untuk lebih memilih mempertahankan hubungan persahabatannya dengan Dios dibanding harus menciptakan hubungan persahabatan baru dengan orang lain.
"Yaudah deh iya...kita gausah pergi ke bioskop. Streaming aja di rumah, oke ?" ucap Dios berusaha menenangkan Friska, dia tidak ingin sahabatnya itu mengingat kembali peristiswa naas yang pernah menimpa gadis itu."Awas lu kalau tiba-tiba maksa gue lagi!" timbal Friska dengan nada ketus"Siap nyonya, Friska" balas Dios dengan nada mengalah. Friska pun membuka pintu kamarnya, ia melihat wajah Dios yang terlihat lesu karena gagal menonton di bioskop dengan tiket vvip gratis. Friska menghela nafas, ia menunjukan layar handphone yang ia genggam yang ternyata adalah handphone Dios yang sebelumnya sempat tertinggal di kasur. Di layar itu menunjukan percakapan antara Dios dan Friska"Nih, Diona bilang dia mau nonton bareng lu" ucap Friska sambil menyerahkan handphone tersebut pada sang pemiliknya. Dios membuka mulutnya lebar, tercengang tak percaya"Maksud lu gimana, Freeze ?" tanya Dios memastikan maksud dari ucapan Friska"Tadi, gue chat Diona pake hp l
Selang beberapa menit setelah e-mail Friska tersebut terkirim, keluar sosok Rio dari dalam rumah bernomor A51 tersebut. Tubuhnya tinggi tegap, ia mengenakan kaos abu-abu dibalut dengan sweater dan celana jeans yang sama-sama berwarna hitam. Rambut Rio di belah kesamping, kaca mata bertengger di tulang hidungnya. Kulitnya yang berwarna putih pucat membuat dia terlihat seperti orang yang sedang sakit. Rio menengok ke kanan dan kiri mencari sosok Friska hingga akhirnya ia menemukan sosok tersebut sedang berdiri di halaman sebelahnya sambil melambaikan tangan dan mendekap handphone di dadanya. Rio dengan canggung menghampiri sosok tersebut. Ia menggaruk lehernya yang tidak gatal dan kepalanya sedikit tertunduk. Sekilas senyum nampak di wajahnya yang pucat."Hai..." Sapa Friska dengan canggung. Rio mendongak, menatap Friska, membuatnya teringat akan kali pertama ia bertemu dengan gadis itu di koridor rumah sakit, sosoknya yang dulu terlihat lemah dan menderita, namun sekarang gadi
Dios memburu nafas, kakinya telah lelah mengayuh sepeda, keringat bercucuran membasahi wajah, leher serta baju yang dikenakannya. Diona memandang Dios, tampak terkejut dengan apa yang dilihatnya"Kamu dateng kesini pakai sepeda ?" tany Diona, mata gadis itu membulat dan mulutnya ternganga.Dios mengagguk dengan pelan kemudian tertawa dengan bangga."Ini rekor bersepeda terjauh yang pernah aku lakuin, dan itu semua terjadi karena kamu my princess" ucap Dios di sela nafasnya yang tidak teratur."Gila ya kamu ! gimana kalau kamu sampai pisan di jalan ?" balas Diona dengan nada tinggi, hampir seperti membentak"Buktinya aku gak pingsan kan ? itu karena keinginan aku buat ketemu kamu sangat besar sampai bisa menahan rasa lelah akibat perjalanan jauh yang harus aku tempuh dengan bersepeda" ucap Dios, mencoba membuatnya terdengar lebih puitis. Diona menggelengkan kepala, ia menarik lengan Dios "Sini masuk rumah dulu, istirahat" titah Diona. Dios men
"Yuhuuuu Friska... lo dimana ? gue mau cerita nih" teriak Dios saat mulai memasuki ruang tamu rumah Friska. Dios menengok kesana kemari, dilihatnya Rio yang tengah duduk di kursi, Rio tertegun dengan kehadiran Dios disana, Rio merasa canggung karena bertemu dengan orang yang sebelumnya hanya bisa ia dengar dari cerita Friska. Rio mencoba untuk tersenyum, dan mengangkat tangan kanannya, dengan kaku melambaikan tangan untuk menyapa kedatangan Dios. Dios mengernyitkan kening, matanya menyipit, menyelidiki sosok Rio yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. "Lo...siapa ya ?" tanya Dios Friska turun dari lantai atas dengan tergesa-gesa, menuruni tangga dengan langkah yang cepat, dalam hitungan detik, gadis itu sudah berdiri di depan Dios dengan napas yang memburu. "Kok lo udah balik ?" tanya Friska, gadis itu menelan air ludah dengan berat. Dios memandang Friska dengan aneh "Ngapain lo tadi jalan buru-buru gitu ? Sengaja ya lo biar jatuh dari tangga,
“Ayooooo Dios ! cetak golnya ! Go Dios ! Go Dios ! Go ! Go Dios ! Go Dios ! Go !” sorak sekumpulan siswi perempuan di SMA Nusa Kasih dengan penuh semangat memeriahkan acara Pekan Olahraga yang sedang berlangsung di siang hari itu. Beberapa dari mereka berteriak teriak melihat kelincahan kaki idola mereka dalam menggocek bola, si Raja Bola yang selalu mencetak gol dalam setiap permainan yang ia jalani. Bahkan kehadirannya di dalam tim sepak bola SMA Nusa Kasih memberikan sekolah tersebut piala kejuaraan sepak bola hingga ke tingkat nasional. Kebanggaan guru olahraga. Tidak hanya itu saja yang membuat ia menjadi idola banyak siswa khususnya siswa perempuan di sekolahnya, karena jika hanya berdasarkan prestasi, maka mereka juga memiliki Jaka yang selalu membawa piala kejuaraan di bidang olahraga basket, namun sayangnya Jaka tidak sepopular Dios dan bahkan ia tidak memiliki sekolompok siswi yang mengidolakannya, yang akan rela berpanas-panasan untuk menyemangati dia seorang
Diona memegangi jendela seperti yang diminta Dios, dan kemudian cowok itu masuk ke dalam perpustakaan masih dengan mengenakan sepatu."Dioooos..." ucap Diona dengan geram saat melihat sepatu Dios tersebut membawa tanah ke dalam ruangan. Dios mengikuti arah tatapan gadis itu dan langsung mengetahui alasan gadis tersebut geram."Oops. Maaf ya hehe" jawab Dios sambil cengengesan, ia pun melepas sepatunya dan menaruh di sudut ruangan."Simpan di rak sepatu dong, masa disitu" ucap Diona, namun Dios mengelak dengan menjawab "Nanti ketahuan dong kalau aku lagi disini, yang""Yaudah sini, gue aja yang simpenin sepatu lu" balas Diona sambil merebut sepatu milik Dios dan meletakannya di rak sepatu depan ruang perpustakaan. Beberapa orang murid yang lewat dan melihat Diona langsung menyapa dirinya yang kemudian dibalas oleh senyum manis.Diona pun kembali masuk ke perpustakaan dan melanjutkan aktivitasnya membaca majalah fashion disana.Diona dan
"Haduuh panas banget sih hari ini" ucap Dios sambil mengibas-ngibaskan buku catatan matematik ke wajahnya agar ia bisa merasakan hembusan angin yang sejuk dari kegiatan mengibas buku tersebut. Friska yang melihat Dios pun merasa iba, ia pun segera menghentikan kegiatannya mengerjakan soal matematika di buku paket yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. "Gue ambilin minuman dulu deh ya" tawar Friska yang langsung disambut dengan penuh semangat oleh Dios. Laki-laki itu dengan sergap duduk di kasurnya, merentangkan tangannya, menampakan dada bidangnya yang dilapisis oleh kaos bergambarkan snoopy "Uh emang lu orang terbaik yang pernah gue kenal...sini peluk dulu" ucap Dios dengan nada manja. Namun, alih-alih memeluk laki-laki tampan itu, Friska malah melempari dengan bantal sofa, yang langsung bisa membuat Dios mengaduh kesakitan karena lemparan dari gadis itu tepat mengenai wajah tampannya. "Belajar tuh yang bener" balas Friska dengan ketus sebelum akhirnya ia keluar