Beranda / Romansa / Cinta Gadis tak Bernasab / 57. Saling Mengenali

Share

57. Saling Mengenali

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 07:58:46

Zalina sesekali melirik ke arah Alfa. Dia benar-benar mengagumi wajah Alfa yang tampan. Mana perawakan Alfa mirip sekali seperti kakak pertamanya yang tinggi besar. Jadi terlihat gagah. Kulit Alfa yang tidak terlalu putih juga menunjukkan pesona khas lelaki Jawa yang membuat Zalina betah memandang Alfa.

"Kamu bisa gak sih, gak kelihatan ganjen gitu, Lin," bisik Zami. Dia tentu saja sejak tadi bisa melihat tingkah genit sang adik yang sebentar-sebentar melirik Alfa.

"Ganteng, Bang. Mana gagah lagi."

"Cih, gantengan aku."

"Apaain sih, Abang mah kerempeng, noh Bang Rafly itu baru gagah bin ganteng. Kayak Bang Alfa juga."

Zalina kembali tersenyum saat menatap Alfa. Sebetulnya sudah sejak tadi Zalina mencoba mencari perhatian Alfa. Sayang, si kanebo kering lebih banyak menunduk selama pengajian dan jarang menatap lawan jenis. Hal itu membuat Zalina merasa tertantang. Pasalnya di desa ini dia terkenal paling cantik dan jadi idaman banyak pria. Jadi kalau ada pria yang tidak melirik dirinya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Wita Sari
suka bngt sama novel ini ...ga banyak menye2 nya jadi para pembaca tidak jenuh
goodnovel comment avatar
Rifda Nafisha
tuhh kan,,, ndan dbawa pulang abah Alfa..
goodnovel comment avatar
Fitri Widya
Aaaaaah akhirnyaaaah ummi galuh otw balik dede faaaay... Hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Gadis tak Bernasab   1. Ditolak Lagi

    Seorang wanita sedang sibuk menderas Al-Quran di kamarnya yang berada di bagian pojok. Gadis itu berusia dua puluh lima tahun. Dia adalah anak angkat Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Mereka adalah pengasuh di sebuah pondok di daerah Kebumen dengan nama Pondok Al Kautsar.Meski menjadi anak angkat seorang kyai dan bu nyai yang cukup ternama di daerah Kebumen, Galuh tak pernah membanggakan diri. Dia tetap rendah hati namun tidak pernah merasa rendah diri. Bagi Galuh, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan. Catat ketakwaan.Galuh masih sibuk menderas Al Quran hingga deresannya terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.“Wa'alaikumsalam, masuk,” titah Galuh.Pintu terbuka dan tampaklah seorang santri berusia delapan belas tahun bernama, Husna.“Ada apa Mbak Husna?”“Ditimbali Umi, Mbak.”“Oooo. Bentar ya, rampungin beberapa ayat lagi.”“Nggih.”Husna pun pergi dan menutup pintu, Galuh sendiri kembali melanjutkan ngajinya hingga berganti ke akhir surat Al-Maidah. Galuh

  • Cinta Gadis tak Bernasab   2. Coba Kamu Nerima Aku

    Galuh keluar dari rumah ibu angkatnya dan hendak kembali ke pondok, namun langkahnya terhenti gara-gara di depannya ada sosok Gus Alwi, keponakan dari Kyai Baihaki. Ibunya Gus Alwi adalah adik kandung Kyai Baihaki. Usia Gus Alwi adalah dua enam. Ayahnya bukan gus, melainkan mantan anggota TNI yang gugur di medan Papua saat sedang menjalankan tugas. Pada saat sang ayah meninggal, Gus Alwi masih berusia lima tahun. Semenjak sang suami meninggal, Bu Nyai Latifah memilih kembali ke Kebumen membawa anak semata wayangnya. Dia tinggal di sebuah rumah yang berada di dekat kompleks pondok putra, dan tidak mau menikah lagi hingga sekarang. Padahal selepas masa iddah, banyak yang melamar tapi Bu Nyai Latifah menolak dan memilih tetap menjanda.“Gus Alwi,” sapa Galuh sopan. Dia pun menunduk.“Habis ditolak lagi?” tanya Alwi dengan nada ketus.Galuh hanya tersenyum dan sama sekali tak memberi penjelasan membuat Alwi kesal. Mulutnya gatal untuk tidak mengoceh pada sepupu angkatnya itu.“Sudah kubil

  • Cinta Gadis tak Bernasab   3. Cinta Pertama

    Galuh memberikan senyum manisnya pada Jauza. Jauza pun membalas hal yang serupa. Meski keduanya saling mengenal tapi tidak terlalu akrab. Tentu saja karena ada batas bernama kedudukan. Jauza meski bukan Ning tapi masih kerabat dekat keluarga Kyai Baihaki. Sementara Galuh? Sudah jelas dia siapa."Mbak Galuh apa kabar?" tanya Jauza mencoba beramah-tamah."Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak Jauza bagaimana kabarnya?""Saya juga baik."Hening. Keduanya sama-sama diam lagi."Budhe dimana ya, Mbak?""Umi sedang menyimak hapalan, Mbak.""Oh, iya juga ya."Lagi-lagi keduanya terdiam. Galuh segan untuk memulai obrolan sementara Jauza bingung mau membawa Galuh pada tema obrolan apa."Loh Jau, masih di sini? Belum ketemu sama Mbak Khomsah?"Sebuah suara memecah keheningan. Tampaklah Bu Nyai Latifah yang datang, baik Galuh dan Jauza langsung menyalami Bu Nyai Latifah.“Belum Budhe.”“Lah kasihan tahu gini nunggu di tempat Budhe aja, ngobrol sama budhe. Alwi juga di rumah.”“Jauza ditemeni Mbak Galuh

  • Cinta Gadis tak Bernasab   4. Pangeran Pondok Pulang

    Alfa beristighfar, dia menunduk. Ikhlas yang melihat tingkah sahabatnya terkikik. Menurutnya sikap Alfa itu lucu, terlihat sekali sahabatnya itu sedang terpesona.“Mas Alfa kan? Yang kemarin nolong saya?” cecar Shadiqah.Alfa hanya mengangguk. Shadiqah kembali tersenyum, “Boleh Shadi duduk di sini?”“Boleh-boleh, silakan.” Ikhlas yang langsung mempersilahkan. Dia bahkan sengaja mengarahkan Shadiqah ke kursi yang paling dekat dengan Alfa. Shadiqah pun duduk agak berdekatan dengan Alfa membuat sang bujang sedikit menjauhkan kursinya agar tak terlalu dekat dengan non muhrim.“Udah pesen makan Mbak?” Ikhlas kembali bertanya.“Udah kok.”“Mau minum?”“Boleh.”Ikhlas memanggil pelayan, dan menanyakan kepada Shadiqah mau minum apa. Shadiqah menjawab mau minum jus jeruk saja. Shadiqah akhirnya menghabiskan waktu bersama Ikhlas dan Alfa. Terlihat percakapan didominasi oleh Shadiqah dan Ikhlas, Alfa lebih banyak menjadi pendengar. Dalam obrolan Shadiqah dan Ikhlas, Alfa jadi tahu jika Shadiqah

  • Cinta Gadis tak Bernasab   5. Dianggap Musuh

    Galuh masih shock. Dia diam saja dalam posisi bak ala-ala aktris dan aktor Korea yang sedang melakoni drama romansa. Sayangnya antara Galuh dan Alfa bukannya terlibat dalam sebuah romansa, yang ada keduanya terikat pada realita ya realita. Terutama setelah kata-kata pedas dari sang pria, langsung menyadarkan Galuh untuk kembali menapak ke bumi jangan ke dunia mimpi apalagi halu."Kamu mau melakoni adegan macam ginian sampai kapan?" Suara Alfa terdengar sinis membuat Galuh meringis dan segera bangkit, melepaskan diri dari cekalan tangan Alfa."Hehehe, Gus." Galuh mencoba memberikan senyum seindah melati sewangi Kasturi. Sayang segala bentuk tindak tanduk Galuh tidak diapresiasi."Hehehe, ha he ha he, ceroboh! Kamu mau nambah usia berapa pun tetep ceroboh," sinis Alfa."Maaf, Gus."Galuh menunduk, sementara Alfa masuk ke dalam rumah. Baru tiga langkah, Alfa berbalik."Bawain koperku, tuh udah diturunin sama sopir grab," titah Alfa dengan suara ketus."Nggih, Gus.""Taruh depan kamar, ja

  • Cinta Gadis tak Bernasab   6. Mulai Melawan

    Galuh menerima hadiah dari Alfa dengan kikuk, sementara sang kakak angkat hanya memamerkan senyum tipisnya. Beruntung Alfa memiliki karakter cool, irit ngomong dan segala sifat yang dimiliki oleh kulkas dua pintu, sehingga menyamarkan ketidaksukaan Alfa pada Galuh. “Makasih, Gus,” ucap Galuh lirih. Dia menatap kerudung motif segi empat berwarna hijau toska pemberian sang kakak angkat. Ada keharuan yang menyelimuti hati Galuh. Meski sikap Alfa padanya memang bisa dikatakan kurang bersahabat, tapi kakak angkatnya memang selalu memberinya hadiah kemana pun dia berada. Dan bagi Galuh itu sudah cukup, dia tak akan meminta lebih. “Buatku mana Mas?” rajuk Alwi. Alfa menatap adik sepupunya, “Bukannya sudah tak kasih banyak?” “Kurang.” “Kamu gak minta aku beliin jilbab kayak Galuh kan?” “Astaghfirullah, ya gak gitu juga ngasih hadiahnya, Mas!” pekik Alwi sementara yang lain hanya tertawa mendengar celetukan Alfa yang lucu. Ya lucu karena saat mengatakannya, ekspresi muka Alfa adalah tanp

  • Cinta Gadis tak Bernasab   7. Nguping

    Galuh tak dapat menahan senyum lebarnya begitu acara yang dia ketua berakhir dengan begitu sangat meriah. Dia bahkan mendapat banyak ucapan selamat dari para Ustazah dan yang spesial dari Abah Baihaki dan Umi Khomsah.Alfa sendiri hanya diam saja, tak mengucap selamat atau apa pun. Alfa lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya saat sang ibu mengajak Galuh bercengkrama di rumah. Bahkan dia pura-pura harus menelepon sahabatnya agar bisa meninggalkan ruang keluarga. Bukannya sedih, Galuh malah senang jika Alfa tak berada satu ruangan dengannya. Dia bisa lebih banyak berekspresi dan bisa ngobrol santai dengan ibu angkatnya. Obrolan yang lama kelamaan jadi makin serius karena Umi Khomsah memang mengajak Galuh bicara serius."Luh.""Nggih Umi.""Ada lamaran dari Kyai Basroni, kamu ...." Bu Nyai Khomsah diam. Ada mendung di wajahnya."Saya tahu Umi, istri beliau sudah matur ke saya. Tapi mohon maaf Umi, Galuh menolak permintaan beliau. Pantang bagi Galuh jadi yang kedua. Meski Galuh

  • Cinta Gadis tak Bernasab   8. Pink

    Alfa menatap ponselnya dalam diam. Keningnya terlihat berkerut. Tampak sekali sedang berpikir keras. Alfa lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ditaruhnya ponsel itu di atas nakas dekat ranjang lalu Alfa memilih rebahan. Sambil rebahan, tatapan mata Alfa tertuju pada langit-langit kamarnya. Suara kipas angin di dinding pun terdengar keras. Alfa berbalik, menutup matanya sebentar, membuka mata lagi dan berbalik lagi menatap langit kamar. Posisinya kembali terentang. Beberapa kali embusan napasnya terdengar berat bahkan terkesan lelah."Kenapa perasaanku kok kayak ada yang salah ya? Tapi apa?" gumamnya."Tau ah, gelap. Mending tidur!" Alfa memilih tidur siang. Siapa tahu habis tidur perasaannya jadi lebih baik. Sayangnya Alfa kembali membuka mata. Dia tak bisa tidur. "Ish! Kenapa susah sekali buat merem sih?"Alfa memilih berdiri. Kebiasaan di Kairo yang jarang tidur siang, kebablasan hingga di rumah. Alfa yang masih dalam tahap adaptasi kesulitan mencari aktivitas yang bisa membu

Bab terbaru

  • Cinta Gadis tak Bernasab   57. Saling Mengenali

    Zalina sesekali melirik ke arah Alfa. Dia benar-benar mengagumi wajah Alfa yang tampan. Mana perawakan Alfa mirip sekali seperti kakak pertamanya yang tinggi besar. Jadi terlihat gagah. Kulit Alfa yang tidak terlalu putih juga menunjukkan pesona khas lelaki Jawa yang membuat Zalina betah memandang Alfa."Kamu bisa gak sih, gak kelihatan ganjen gitu, Lin," bisik Zami. Dia tentu saja sejak tadi bisa melihat tingkah genit sang adik yang sebentar-sebentar melirik Alfa."Ganteng, Bang. Mana gagah lagi.""Cih, gantengan aku.""Apaain sih, Abang mah kerempeng, noh Bang Rafly itu baru gagah bin ganteng. Kayak Bang Alfa juga."Zalina kembali tersenyum saat menatap Alfa. Sebetulnya sudah sejak tadi Zalina mencoba mencari perhatian Alfa. Sayang, si kanebo kering lebih banyak menunduk selama pengajian dan jarang menatap lawan jenis. Hal itu membuat Zalina merasa tertantang. Pasalnya di desa ini dia terkenal paling cantik dan jadi idaman banyak pria. Jadi kalau ada pria yang tidak melirik dirinya,

  • Cinta Gadis tak Bernasab   56. Pergi Ke Aceh

    “Dedek Faaaaay, Abah mertuamu datang!” teriak Hanan menggema. Fairuz yang sedang bermain di halaman belakang langsung melempar mainannya dan berlari menuju Hanan.“Masya Allah, mantuku yang cantik, giimana kabarmu, Sayang?” Hanan membopong Fairuz lalu mencium gemas kedua pipi Fairuz.“Woi! Lepasin anakku gak!” “Gak mau ya, orang Fay calon mantuku ya Nak ya."“Iya.”“Tuh, weeee.”Hanan kini memutar-mutar tubuh Fairuz. Bukannya takut, Fairuz malah minta lebih tinggi. Tak berselang lama Nabila dan sang putra yang kini berusia delapan belas bulan juga datang.“Fay Sayang? Peluk Umi, Nak?”“Umiii.”“Aaaaa, calon mantuku.”Nabila mengulurkan dua tangannya. Fairuz minta turun dari gendongan Hanan. Si gadis cilik berlari ke arah Nabila lalu keduanya berpelukan.“Masya Allah kamu tambah cantik, Nak.” Tak lupa Nabila mengecup pipi gembul Fairuz saking gemasnya.“Kim Kim Kim peyuk.” Bocah lelaki berusia delapan belas bulan bernama Hakim, menarik-narik baju Fairuz. Fairuz tertawa. Dia memeluk ge

  • Cinta Gadis tak Bernasab   55. Masih Renggang

    Alwi sedang asik makan siang di ruang tamu sambil sesekali ngobrol dengan Fairuz. Kyai Baihaki dan Bu Nyai Khomsah sedang berada di pondok. Alfa sendiri sedang menemui dua pengurus pondok putra, membahas beberapa hal penting di ruang perpus merangkap ruang kerjanya."Fay.""Ya Om.""Pengen punya ibu gak? Cari sana, bapakmu kan banyak yang naksir.""Fay udah punya Umi.""Siapa?""Umi Galuh. Kan kita sama wajahnya."Fairuz menunjuk kedua pipinya dengan kedua jari telunjuk. Tak lupa matanya dia kedip-kedipkan."Dih! Bukan ya! Galuh itu calon istri masa depan om.""Umi aku weee.""Istriku.""Umiku!"“Istriku.”“Umiku Umiku Umiku!”"Istriku istriku istriku!"Alwi tak mau kalah ngotot dengan Fairuz. Mereka berdua bagai kucing dan anjing. Meski Fairuz suka diledekin sama Alfa, tapi ledekan Alfa hanya akan membuat Fairuz jengkel sebentar lalu tertawa karena Alfa pintar menjungkir-balik hati sang anak yang jatuhnya tidak akan bisa betah lama-lama marah pada sang abah. Sementara Alwi, polahnya

  • Cinta Gadis tak Bernasab   54. 2 Tahun 4 Bulan

    2 Tahun 4 Bulan KemudianAlfa masih bergelung nyaman di kasurnya. Maklum dia baru saja sampai rumah mendekati subuh. Setelah sholat subuh, Alfa memutuskan untuk tidur karena rasa lelah dan kantuk yang tak tertahankan. Rasanya baru saja dia terlelap, gedoran di pintu kamarnya terdengar menggema.Alfa bukannya bangun, malah mempererat pelukannya pada bantal guling kesayangan. Aksi yang membuat si penggedor jadi tidak sabaran dan memilih masuk setelah mengucap salam.“Assalamu'alaikum, Abaaaaah!” teriakan gadis cilik berusia tiga tahun menggema di seluruh kamar.Bukannya bangun, Alfa malah makin mengeratkan pelukan pada guling. Sang gadis cilik kesal, dia menggelembungkan kedua pipinya.“Abaaah, banguuuun!” teriaknya.Fairuz langsung saja menuju ke ranjang. Tak lupa dia menduduki punggung Alfa sambil berteriak membuat Alfa kaget dan sontak membuka matanya.“Abaah, bangun bangun bangun. Abah kok tidur mulu, ih! Bangun!” teriak Fairuz.Alfa masih ngelag, dia membuka matanya. Awalnya kurang

  • Cinta Gadis tak Bernasab   53. Kita Punya Cucu

    Alfa menatap sendu nisan bertuliskan 'Melati Anggraini binti Fulan'. Dengan bantuan Aidan, mereka bisa mencari panti asuhan tempat Melati dulu dirawat. Sehingga Melati bisa dimakamkan di pemakaman dekat panti asuhan "Kasih Bunda" tempat Melati dibesarkan dari bayi.Jamilah, sang pemimpin panti serta beberapa penghuni panti yang mengenal Melati sangat terpukul dengan kematian Melati. Bagi mereka, Melati adalah orang baik yang ramah, penuh kasih sayang dan menyenangkan.Jamilah, mencoba tegar. Dia mengusap air matanya lalu menatap ke arah Alfa dan Aidan."Terima kasih, karena sudah mau mengurusi jenazah Melati dan membawanya kemari."Jamilah menghela napas. "Anak itu sangat cantik dan baik. Makanya Amer jatuh cinta padanya. Sayang, kedua orang tua Amer menentang. Tapi dasarnya Amer keras kepala dia tetap nekat. Melati juga sudah terlalu bucin. Sudah saya larang, tapi dia tetap nekat."Jamilah tersenyum lemah. "Meski tanpa restu mereka tetap menikah. Meski banyak ujian terutama dari kelu

  • Cinta Gadis tak Bernasab   52. Rumah Sakit

    "Astaghfirullah!""Ya Allah!""Allahu akbar!""Aaah!"Bruk! Brak! Jeder!Dentuman demi dentuman, teriakan demi teriakan, takbir hingga ucapan istighfar menggema jadi satu. Suasana di sekitar Tol Calarang tepatnya di kilometer 82 benar-benar kacau. Ada sekitar 17 mobil pribadi yang ikut menjadi korban tabrakan beruntun yang disebabkan oleh truk pembawa kardus. Jeritan dan teriakan terus menggema. Beberapa mobil yang berada di depan atau belakang lokasi mobil yang bertumpuk, berhenti. Beberapa dari mereka ada yang keluar dari mobil untuk membantu para korban. Beberapa dari korban yang selamat, mencoba menyelamatkan diri.Alfa merasakan rasa sakit di bahu dan pelipisnya. Dia melirik ke arah belakang tempat kedua temannya berada."Hanan! Iklas!" teriaknya.Alfa mencoba melepaskan diri dari himpitan. Dia tak bisa keluar dari kanan, sehingga Alfa mencoba keluar dari pintu samping kiri. Meski merasakan sakit yang luar biasa, Alfa segera menuju ke bagian belakang, tampak Hanan dan Iklas yang

  • Cinta Gadis tak Bernasab   51. Kecelakaan Beruntun

    Tiga anggota keluarga Munajat masih berada di ruang tamu bersama Eko. Keempatnya tidak ada yang bersuara, semua diam dengan pikiran masing-masing. Ponsel Munajat berbunyi.“Bagaimana?”“Penyadapan. Ada seseorang yang bisa masuk ke sosmed Arkan dan penyimpanan foto beserta video Arkan yang tersimpan di gdrive.” Suara seseorang terdengar di seberang telepon.Munajat tertawa keras sekali. “Kamu mau bilang, si bedebah Alfa punya backingan orang yang tidak biasa?”“Betul. Tapi, kami tidak bisa melacak siapa orangnya, Tuan."“Hahaha, tidak usah dilacak. Percuma, aku yakin dia pasti orang cerdas nan cerdik. Mainnya halus.”"Iya Tuan.""Gadis itu bagaimana?""Sama Tuan. Hilang jejak."Lagi, Munajat tertawa. "Baiklah. Baiklah."Munajat memberi beberapa perintah untuk anak buahnya lalu dia menutup sambungan. Munajat menyandarkan punggung di sofa. Dia memijit pelipisnya. Pikirannya kemana-mana.Lama, keheningan kembali melanda hingga Yunita, istri dari Munajat memberanikan diri untuk mendekati s

  • Cinta Gadis tak Bernasab   50. Ketahuan

    "Mas Alfa," lirih Shadiqah. Alfa tak menjawab. Dia hanya menatap tajam sosok Shadiqah tanpa berkedip. Pak Eko yang baru datang melirik ke arah Shadiqah, Alfa, Shadiqah lagi lalu ke Alfa dan kini ke arah duo Hanan-Iklas yang terlihat sedang berbisik-bisik."Gila, udah mahir, Bro. Aku aja yang mau nikah masih deg-degan, bingung gimana besok nyium biniku pertama kali," bisik Hanan."Binimu masih segel kan?" bisik Iklas juga."Segel lah. Santri tahu. Dididik agama dengan baik insya Allah.""Good job, Bro. Wah, besok aku kudu pinter nyari calon bini, Alfa aja yang perfeksionis sampai ketipu.""Harus, Mas Bro. Harus!"Hanan dan Iklas terus berkasak-kusuk. Shadiqah sendiri fokus menatap Alfa. Dia jujur takut, Alfa melihat semua yang dia lakukan."Ma-""Pakai baju yang sopan dulu, Sha. Saya tunggu. Dan ... kalau tak ingin memakai kerudung, tak masalah. Penting bajumu sopan dan terutama ... tutupi lehermu!" ucap Alfa dingin. Ada ketegasan juga dalam suara Alfa.Shadiqah meneguk ludahnya kasar

  • Cinta Gadis tak Bernasab   49. Nonton Adegan Live Action

    Iklas memeluk sahabatnya dengan erat. "Alhamdulillah, Ane bisa ketemu Ente lagi. Kirain bakalan lama ketemunya."Iklas menyalami Hanan. Dia pun mengajak kedua tamunya ke kontrakannya."Maaf ya, cuma kontrakan kecil. Habis ngapain ane ngontrak rumah, hidup cuma sendirian pula.""Ya cari bini, Mas," celetuk Hanan."OTW Mas Hanan.""Udah ada?""Belum sih.""Ah elah. Kirain udah ada."Iklas dan Hanan tertawa. Hanya Alfa yang merespon lewat senyum tipis saja. Iklas melirik sahabatnya. Dia mengawasi Alfa dari atas hingga ke bawah. Sedikit kaget melihat penampilan sahabatnya yang tampak kurus, tidak rapi dan rambut awut-awutan. Padahal dia tahu, Alfa yang dia kenal selalu berpenampilan rapi dengan rambut cepak bukannya agak gondrong dan awut-awutan."Ente sakit, Fa?" tanya Iklas penasaran. Dia juga sedikit khawatir dengan kondisi Alfa."Malarindu dia." Hanan yang menjawab. Iklas tentu saja langsung menggoda sahabatnya. Menyuruh sang sahabat nyamperin calon bini."Oooo. Sama anak mantan dube

DMCA.com Protection Status