Share

60. Berbalas Pesan

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 13:43:13
Ketik hapus ketik hapus. Itulah yang sedang dilakukan oleh Galuh. Dia ingin mengirim pesan untuk Alfa tapi bingung.

"Aku kudu ketik apa ya? Ah apa gini 'assalamu'alaikum Mas Alfa?' dih, kaku banget. Atau, 'Mas Alfa ini Galuh' atau 'Mas ini adik angkatmu' lah! Tau ah." Galuh menyembunyikan wajahnya pada bantal.

"Aku kudu chat apa?"

Jika Galuh bingung memulai chat bagaimana, di sebuah kamar tamu di kediaman Rafly, Alfa juga sedang menunggu dengan cemas. Sesekali dia melirik ke ponsel. Zonk. Belum ada chat dari Galuh. Pertemuan tadi memang berlangsung sangat singkat. Baru juga pada kenalan ulang, malah ada beberapa peserta yang baru pulang. Jadilah Galuh langsung menuju ke motor, pakai helm, starter terus jalan. Alfa juga sama, menuju ke motor, pakai helm, starter, jalan.

Meski obrolan belum lanjut, keduanya sempat menghabiskan waktu berdua, berkendara beriringan, muter-muter kota sampai balik ke desa dengan motor masing-masing alias konvoi. Memang kurang afdol tapi setidaknya A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Aseeekkkk Galuh OTW Ketemu JODOHNYA
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Iyaa Setujuuu
goodnovel comment avatar
Mayadewi Syapriani
Dari nama aja udah sama Galuh Anjani sama emaknya nama Anjani kok saling gak ngeh ya..berharap ada kejadian yg bikin semua terungkap..kasihan Galuh kalau terus dihina-hina gadis tak bernasab..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Gadis tak Bernasab   61. Alwi Versi Lain

    Galuh kaget mendapati keberadaan Zami di halaman TK tempat dia mengajar. Dua pengajar lain bernama Aisyah dan Fatimah juga hanya saling menatap lalu memberikan senyum sarat godaan pada Galuh."Lu, kita duluan ya? Assalamu'alaikum." Aisyah pamit pun Fatimah."Wa'alaikumsalam," ucap Galuh. Dia pun bergegas menuju ke motornya. Zami langsung saja mendekatinya."Lu, bisa kita bicara?""Maaf, Ustaz. Saya mau pulang.""Sebentar saja."Galuh menggeleng. Tapi Zami memaksa dan malah sengaja berdiri di depan motor Galuh. Galuh beneran tak suka denga Zami. Menurut Galuh, Zami ini versi lainya Alwi."Ayolah kita bicara. Sebentar saja."Galuh menggeleng."Sebenta saja. Sambil makan siang.""Gak mau. Nanti jadi fitnah. Sudah beberapa kali saya difitnah gara-gara Ustaz samperin saya. Ini lagi malah ngajakin makan siang. Tolong lah, saya ini warga pendatang. Jangan bikin nama saya rusak. Saya juga guru di sini, tolong lihat status saya."Galuh hendak menstarter motornya tapi Zami masih ngeyel."Gak us

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Cinta Gadis tak Bernasab   62. Double Date

    Galuh mengamati kesibukan Alfa dan Rafly yang terlihat sangat serius berbicara dengan beberapa orang yang katanya adalah kuasa hukum Rafly. Tiga hari ini dia ikut menemani Syifa mengurusi masalah sang suami. "Ganteng ya?""Iya. Eh!"Krik. Krik. Krik. Galuh memejamkan mata sementara Syifa terkikik. Kena jebakan batman dah. Galuh melirik sahabatnya yang terlihat masih menahan tawa."Cieee, yang sebegitunya mengamati Bang Alfa. Hihihi.""Siapa yang lagi ngamati dia.""Kamu lah.""Idih! Sok tahu.""Cieee yang ngeles.""Aku gak ngeles ya?""Hihihi. Masa?""Iya."Syifa lagi-lagi tertawa."Tatapanmu loh, intens ke arah sana." Syifa menunjuk ke arah sang suami dan perkumpulan para lelaki."Tatapanmu itu loh, Lu. Dalem banget. Gak mungkin juga kamu lagi ngelihatin Pak Haris si pengacara atau jajarannya kan? Mohon maaf secara Pak Haris udah tua, bawahannya tampangnya biasa aja. Dan gak mungkin kamu natap Mas Rafly begitu. Jadi ya, hanya bisa kusimpulkan, kamu lagi natap Bang Alfa. Hayo? Ngaku?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Cinta Gadis tak Bernasab   63. Pahlawan Kesiangan

    "Kamu kenapa, Zam?" tanya Ardi salah satu sahabat Zami."Aku lagi stres, bingung, kalut. Pokoknya nano-nano, Di.""Kenapa?"Zami pun menceritakan kegalauan dirinya akan upaya perjodohan dengan Cut Intan, hubungan yang buruk dengan keluarganya terutama dengan kakak tirinya dan terakhir keinginan mendapatkan Galuh."Kisahmu pelik. Untuk masalah sama kakakmu, kamu gak bisa menyalahkan Bang Rafly sepenuhnya. Soalnya, kalau ditelusuri dengan kepala dingin, semua masalah itu berakar dari kelakuan ibumu dan ayahmu. Coba kamu di posisi Bang Rafly, aku yakin kamu akan bersikap sama. Kemudian untuk Cut Intan, ya gimana ya? Gak mungkin juga kamu bisa menolak. Pengaruh keluarga Cut Intan itu terlalu besar. Tapi untuk masalah Ustazah Lulu, aku malah bingung kenapa kamu suka sama dia? Aku malah mikirnya kamu cuma penasaran aja.""Dia cantik.""Kata siapa?""Kata Aisyah dan Fatimah.""Hahaha. Kamu yakin? Soalnya, kabar yang kuterima, wajah Ibu Anjani itu jelek, jadi gak mungkin putrinya cantik.""Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Cinta Gadis tak Bernasab   64. Jurus Menghadapi Camer

    Aiman menatap Galuh dan Alfa dengan tatapan garang bagai singa mau mencabik mangsanya. Tiga wanita yang lain sudah ketar-ketir melihat tampang Aiman. Galuh sendiri hanya menunduk dengan perasaan campur aduk. Alfa? Dengan tenang dia duduk di ruang tamu menghadapi sosok Aiman yang mode siap senggol bacok.“Jadi, bisa dijelaskan kenapa kalian pulang bersama dan boncengan?”Alfa mengangguk. Dengan tenang dia menjelaskan kronologis kenapa dia sampai mengantar Galuh dan membuat kehebohan.“Saya percaya Lulu bisa melindungi dirinya. Buktinya empat preman berhasil dia kalahkan. Tapi ego saya sebagai lelaki merasa terpanggil. Melihat Lulu kalian yang mau jadi korban para preman dan berhasil selamat harus pulang sendirian, masa saya diam saja? Meski saya tak bisa banyak membantu, setidaknya saya mencoba melindungi dia dengan menjadi tukang ojek dadakan. Saya bisa mengantar Lulu pulang dengan selamat. Itu semacam kelegaan tersendiri. Coba Pak Aiman jadi saya, saya yakin, salah satu cara yang say

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Cinta Gadis tak Bernasab   65. Apel Pagi

    Aiman sudah berada di depan rumahnya dengan mode senggol bacok seperti biasa. Alfa dengan santai berjalan ke teras rumah Aiman, mengulurkan tangan. Aiman menatap tangan Alfa, kesal. Meski begitu tangannya terulur juga, salim dah.“Pagi bener!”“Lulu kan mau ke TK, jadi motornya saya anter gasik saja.”“Ck!” Aiman menatap ke sekelilingnya. “Kamu gak bawa bala kurawa?""Enggak.""Lah, terus balik ke tempat Rafly pakai apa?”“Sudah ngomong sama mas-mas di perempatan sana, saya minta jemput lima belas menit lagi.”Aiman memainkan bibirnya, mutar-muter, mencang-mencong, lucu sekali. Ingin sekali Alfa tertawa karena gerakan bibir Aiman persis sekali gerakan Bulik-nya kalau lagi sewot.“Ya sudah sana balik!”“Nanti, tungguin mas tukang ojek datang. Boleh saya duduk dulu, kan? Di teras gak papa.”“Gak bo--”“Loh, Nak Alfa.”Suara Zainab terdengar. Dengan sopan Alfa mengucap salam dan menyapa Zainab. Tentu saja salim khas anak muda ke yang lebih tua Alfa lakukan.“Nganter motor ya?”“Nggih, B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Cinta Gadis tak Bernasab   66. Rencana Zami

    Cut Intan berjalan mondar-mandir sejak tadi. Dia bingung, dia kalut. Pasalnya, para preman yang dia sewa kini sedang ditahan. Zami masih di rumah sakit. Intan takut kalau sampai para preman ini dicecar terus, mereka akan menceritakan upayanya untuk menyakiti Galuh. "Aduh! Gimana ini? Aku harus gimana?" Intan masih bolak-balik macem setrikaan hingga kemudian dia mengingat sesuatu. Dia pun menghubungi Aulia. Salah satu sahabatnya. Dia menceritakan semua keluh kesahnya pada Aulia. Dia dan Aulia terus berkirim pesan, bahkan kini sedang berteleponan. Satu jam saling menelepon, senyum Intan langsung terbit. "Makasih ya Lia. Kamu emang sahabat sejatiku," ucap Intan ceria. "Sama-sama, Intan. Aku kalau bisa bantu ya kubantu," jawab Aulia dari seberang telepon. Mereka masih mengobrol beberapa waktu hingga saling mengucap salam. Sambungan pun terputus. "Aih, untung ada Aulia. Kalau enggak, aku akan sulit membuat Bang Zami mau nikah sama aku. Hihihi." Intan terlihat bahagia namun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Cinta Gadis tak Bernasab   67. Rencanamu, Dukamu!

    Galuh sedang menyelesaikan berkas untuk keperluan akreditasi sekolah. Lagi-lagi dia lupa akan waktu dan membiarkan dirinya pulang terlambat. Beberapa pesan dan telepon mampir di ponselnya dari para orang tersayang. Memintanya segera pulang, tapi Galuh belum ingin pulang dengan alasan ‘tanggung, tinggal sedikit lagi’. Sebuah pesan kembali mampir di ponselnya. Kini giliran Alfa yang sewot.Alfa : [Kamu dimana? Udah pulang belum?]Galuh : [Belum]Alfa : [Pulang!]Galuh : [Bentar lagi, tanggung]Alfa : [Pulang, Galuh. Kalau dalam lima menit gak pulang, aku samperin]Galuh : [Bentar lagi, tanggung. Beneran habis ini pulang]Lalu Galuh kembali menyibukkan diri dengan berkas akreditasi. Galuh lama berkutat tanpa mengenal waktu hingga pekerjaannya selesai. Galuh mengecek ke arah jam, dia meringis mendapati kalau waktu sudah menunjuk ke arah jam tiga.“Aduh, melebihi jam satu. Pakdhe pasti marah ini.”Galuh segera bersiap-siap pulang. Dia segera menata segala sesuatu kembali ke tempatnya. Galu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Cinta Gadis tak Bernasab   68. Rencana Aulia

    "Ini maksudnya aku harus pakai baju kamu, Lia?" tanya Intan pada Aulia."Iya. Terus, pakai cadar ini.""Kenapa pakai cadar?""Biar kamu dikira Lulu.""Tapi ...."Aulia menjelaskan apa yang dia dengarkan di depan kamar Zami. Intan terlihat begitu murka."Brengsek benar si Zami. Bisa-bisanya dia berpikir picik begitu.""Makanya, gunakan kesempatan ini buat jebak dia balik. Dan karena kamu juga suka dia, kenapa gak kamu manfaatin aja, ya kan?""Iya kamu benar. Makasih ya, Lia."Aulia tersenyum. Dia kembali mengngsurkan bajunya begitu pun cadarnya. Intan pun menerimanya."Beruntung aku juga mantan pengajar sana dan aku punya bajunya juga. Kalau hari ini, bajunya ini. Cepat pakai."Intan mengangguk. Begitu sudah selesai memakainya, dia dan Aulia pergi menuju TKP. Dari kejauhan, keduanya mengintai. Mereka melihat dari Galuh menuju ke rumah kosong, warga datang hingga teriakan di kebun belakang. "Ayok ikut aku, aku tahu jalan pintas ke sana!""Kok kamu tahu sih? Emang suka ke sini?" tanya I

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Cinta Gadis tak Bernasab   121. Obat Migren

    Alfa sampai di rumah menjelang jam empat. Dia terlihat kelelahan karena baru saja menyelesaikan segudang pekerjaan dimulai dari meninjau lokasi kebun durian miliknya, mengecek usaha miliknya, memberi materi kewirausahaan di salah satu sekolah pertanian yang ada di Purwokerto hingga menemui salah satu rekan kerjanya guna membahas kontrak kerja sama yang baru."Assalamualaikum," ucap Alfa ketika memasuki rumah."Wa'alaikumsalam.""Abah!"Alfa yang awalnya merasa lelah langsung semangat gara-gara mendengar suara sang putri. Dia pun mencari keberadaan putrinya yang ternyata sedang duduk menonton TV ditemani Zahra."Fay.""Abah."Alfa langsung merentangkan kedua tangan sementara Fairuz berlari ke arahnya. Alfa membopong putri cantiknya dan diciuminya kedua pipi Fairuz dengan gemas. Membuat Fairuz tertawa karena kegelian."Geli, Abah.""Masa sih? Gak geli ah.""Geli."Bukannya melepaskan sang putri, Alfa terus mencandai sang putri hingga kemudian dia sadar akan keberadaan Zahra."Mbak Zahra

  • Cinta Gadis tak Bernasab   120. Balik Ke Rumah

    "Ami Syakib gimana kabarnya, Ba?""Udah lebih baik. Udah ikhlas dia. Amira selalu ada di sampingnya. Jadi motivator terbaik buat ami kamu. Ditambah sudah ada Rafatar. Jadi proses penyembuhannya lebih gampang."Satu Minggu setelah kematian Habiba, Galuh dan Fairuz masih berada di Andalusia. Alfa sendiri sudah kembali ke Kebumen, tiga hari setelah kematian Habiba. Sebab ada banyak urusan pekerjaan dan pondok yang harus dia lakukan.Meski Galuh juga ingin ikut balik, tapi di sisi lain dia juga masih ingin bermanja-manja dengan kedua orang tuanya. Menyebabkan Alfa yang mengalah dan membiarkan Galuh tetap berada di Tegal sampai rasa rindu sng istri pada kedua orang tuanya terobati.Karena Galuh di Tegal, Fairuz jadi ikutan ngintilin uminya. Membuat Alfa sedikit uring-uringan tapi mau bagaimana lagi dia gak bisa egois. Dia paham Galuh pasti masih ingin banyak waktu bersama kedua orang tuanya. Dan Fairuz yang baru merasakan punya ibu, juga begitu. Alfa deh yang harus berbesar hati membiarkan

  • Cinta Gadis tak Bernasab   119. Memaafkan

    Syakib dan yang lain masih dalam kondisi terguncang. Alfa yang berada di balik kemudi mobil Syafiq bahkan sampai mencengkeram kemudi."Tidak. Tidak Habiba."Syakib segera membuka pintu belakang, sebelah kiri. Dia berlari menuju ke kerumunan. Dia bahkan mendorong beberapa orang untuk sampai ke sosok yang tergeletak tak berdaya di aspal."Ya Allah, Bibah. Bibah. Tidak. Tidak Bibah!"Syakib terduduk di dekat Habiba. Dia hendak meraih tubuhnya namun dihalangi oleh beberapa orang dengan alasan, Habiba harus dicek oleh tenaga medis dulu."Aku harus membawanya. Bawa dia ke rumah sakit.""Ini kan pintu keluar rumah sakit. Tunggu petugas medis dulu.""Kita harus angkat dia. Harus bawa dia." Syakib berontak hendak membawa Habiba."Dokter. Panggil dokter!" teriak Syakib.Dia terus memberontak. Ingin mendekat ke arah Habiba. Beruntung Syafiq dan Faris sudah mendekat. Mereka pun ikut menahan Syakib."Tenanglah. Itu petugasnya sudah datang," pinta Faris. Dia menahan sambil merangkul sepupunya karen

  • Cinta Gadis tak Bernasab   118. Tabur Tunai

    Habiba duduk terpekur di dalam sel lapas yang baru dia tempati selama dua puluh menit yang lalu. Sejak dia dibawa ke lapas, belum ada satu pun yang menjenguknya. Habiba beberapa kali tertawa sendiri, menangis lalu berteriak. Aksinya sangat mengganggu napi lain terutama teman satu selnya.Bahkan beberapa menit yang lalu, dia baru saja mendapatkan beberapa pukulan dari salah satu teman selnya yang merasa terganggu dengan suara teriakan atau tangisan Habiba. Melihat kondisi Habiba yang bisa saja menjadi bulan-bulanan warga sel lain, dia pun akhirnya ditempatkan dalam sel sendirian.Namun, pilihan ini pun juga ada minusnya. Habiba makin menjadi. Dia makin sering menangis keras dan berteriak. Meski sangat mengganggu, setidaknya Habiba aman karena berada di selnya sendirian."Kak Umar. Kamu di mana? Kak Umar. Kak Umar tolong Bibah. Kak Syakib. Kamu ke mana Kak Syakib? Bantu aku. Keluarkan aku dari sini. Aku kan istri kamu. Hahaha. Kamu kan cinta mati sama aku. Hahaha.""Aba, Umi. Hei, kalia

  • Cinta Gadis tak Bernasab   117. Gagal

    "Mati?" lirih Faris."Iya. Mati. Hiks hiks hiks."Habiba mencoba melepaskan diri. Tapi tak berhasil. Dia bahkan kini terduduk, dengan menahan rasa sakitnya. Sorot matanya menampilkan aura kemarahan dan dendam."Kamu ingin Kak Umar Mati?" tanya Syafiq tak percaya."Iya!" jawab Habiba dengan lantang. "Dasar kurang ajar!" hardik Syafiq."Apa kamu gak takut masuk penjara, hah?" sambung Syafiq."Aku tak peduli. Tak peduli. Hidupku sudah hancur. Aku tak punya apa pun yang bisa aku jadikan semangat untuk hidup!" teriak Habiba."Makanya lebih baik dia mati. Hahaha.""Edan! Gila kamu.""Iya aku gila. Gila. Dulu Kak Umar segalanya bagiku. Dia adalah tujuan hidupku. Aku bertahun-tahun menunggu dia. Menunggu dia berpaling padaku. Menatapku. Menerima hadirku. Tapi apa? Apa, hah?! Aku gak pernah dia lirik. Sampai kulitku keriput, rambutku putih. Dia gak pernah melirikku. Padahal demi Kak Umar. Demi kamu, Kak. Aku ngelakuin apa pun. Demi bisa dapat perhatian dan cintamu, Kak Umar. Bahkan kejahatan

  • Cinta Gadis tak Bernasab   116. Kegilaan Habiba

    Anjani dan dua menantu Abu Hasan sedang sibuk di dapur. Sesekali mereka bercerita dan tertawa. Mereka tampak akrab karena secara umur mereka sepantaran."Habis ini, aku berharap kehidupan kita semua lebih baik lagi," celetuk Ulfa.Kedua iparnya menoleh pada Ulfa."Ya dengan tidak adanya Bibah, aku harap keluarga kita jadi lebih baik. Masalahnya kan sejak dulu, yang jadi biang masalah ya dia," sambung Ulfa.“Kadang aku gak ngerti sama pola pikir dia. Udah ada Syakib yang baik, yang cinta sama dia. Masih juga ngejar Kak Umar. Andai Aba Hasan gak ada janji sama orang tua Bibah, pasti deh tuh orang bakalan didepak sama Aba dari dulu. Gak perlu nunggu berpuluh tahun sampai Bibah sendiri yang minta cerai. Hah!" ucap Ulfa menggebu-gebu."Untung aja ada kamu, Mira. Dan untung aja Kak Umar setia orangnya. Aku gak bisa bayangin kalau Syakib masih bucin atau Kak Umar nerima dia. Lihat aja kelakuannya. Udah tua, bukannya jadi pribadi lebih baik, lebih bijak tapi ya begitu deh.”Baik Amira dan Anj

  • Cinta Gadis tak Bernasab   115. Hanya Orang Luar

    "Dasar wanita bodoh. Keturunan najis. Cih! Kamu selain bodoh punya kelebihan apa hah? Kamu pakai pelet apa sih, sampai Umar anakku kesengsem sama kamu. Kenapa dia gak mau sama Bibah yang sempurna? Eh eh eh, malah nangis. Bisanya cuma nangis, dasar tolol! Sana kamu ke kamar saja. Sepet mataku lihat kamu. Jangan pernah nongol di sini. Perkumpulan ini hanya untuk keluarga Al Hilabi, sama orang-orang terhormat seperti Bibah. Orang miskin kayak kamu gak pantes di sini. Gak pantes jadi istrinya Umar. Gak pantes jadi mantuku!" ucap Umi Lutfiyah sambil menatap Anjani jijik dan penuh kebencian.Bayangan demi bayangan kian berlarian dalam ingatan Habiba. Habiba seakan ditarik paksa dari kisah lampau. Kisah dimana dia dulu dipuja, dibela dan bisa sombong. Kini dia malah tersiakan, tak dilirik, tak diinginkan.Habiba sedikit terhuyung. Bayang-bayang masa silam masih begitu kentara dalam pikirannya. Dulu dia selalu dibela oleh Umi Lutfiyah dan menyebabkan keluarga Al Hilabi juga mendukungnya. Tapi

  • Cinta Gadis tak Bernasab   114. Tidak Ada Yang Membela

    “Cerai?” ucap Syakib. Meski dia sudah sadar kalau suatu hari nanti Habiba akan meminta cerai darinya, namun ketika mendengar langsung, terasa ada tusukan pisau yang menembus ke jantungnya. Syakib rupanya belum siap mendengar ajakan cerai Habiba. Hal ini terbukti, tanpa aba-aba air matanya turun. Yara dan Amira sendiri terlalu shock, keduanya belum mampu merespon ucapan Habiba. “Cerai?” ulang Syakib. “Ya cerai. Aku sudah tidak tahan menikah denganmu. Bahkan aku merasa kalau selama ini aku sudah banyak melewatkan masa mudaku cuma buat status gak penting ini. Sekarang … aku mau bahagia. Aku mau meraih masa depanku dan itu bukan kamu!” teriak Habiba. Syakib diam. Dia terlalu shock mendengar kata ‘cerai’ dari mulut Habiba. Namun, beberapa saat kemudian, Syakib bisa mengendalikan diri. Yara dan Amira juga. Tapi keduanya memilih tak mengatakan apapun. Tak mau ikut campur. Amira memilih untuk melihat saja, apa yang akan suaminya putuskan. “Jadi, akhirnya hanya sampai di sini saja,”

  • Cinta Gadis tak Bernasab   113. Ayo Kita Cerai

    Habiba tersenyum penuh kemenangan menatap Faris yang hanya bisa terdiam. Hari ini, dia datang ke Andalusia bersama dua orang polisi dengan tujuan untuk menangkap Anjani. Habiba memberikan beberapa bukti seperti hasil visum dan foto dirinya yang terluka. Dia juga membawa tiga orang saksi yang merupakan santri Andalusia yang bisa dia suap agar bisa memberikan keterangan terjadinya pemukulan yang dia terima dari Anjani. Dalam hati, Habiba yakin kalau rencananya saat ini akan berhasil.“Kami memberi kesempatan Anda untuk menyiapkan pengacara, tapi sebelumnya, kami harus membawa Nyonya Anjani ke kantor polisi,” ucap salah satu polisi.Faris menghela napas dia menatap sedih pada Anjani. Dia pun membawa tangan Anjani pada genggaman jemari tangannya.“Kamu ikut dulu ya? Galuh yang akan temani kamu ke sana sama Alfa. Mas akan hubungi salah satu pengacara kenalan Mas. Semoga dia bisa bantu buat bebasin kamu. Kamu jangan khawatir ya Sayang. Mas akan lakukan apapun untuk menyelamatkan kamu.”Anja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status