Di kampung halaman Alena.
Alena dan Rama keluar dari taxi, mereka kemudian mengeluarkan koper dan tas mereka. Orang tua Alena kemudian keluar dan bergegas menghampiri putrinya itu. Alena memeluk Ibu dan Bapaknya, Rama kemudian mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan orang tua Alena.
“Saya Rama Pak Bu,”ucap Rama.
“Ayo kalian masuk dan beristirahat dulu,pasti lelah!” sahut Pak Candra.
Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah , Alena dan Rama bergegas untuk membersihkan badan mereka. Setelah mandi, Rama menghampiri Pak Candra yang terlihat sedang duduk santai di halaman belakang rumah.
“Bapak, saya boleh ikut duduk disini?”tanya Rama kepada Pak Candra.
“Oh tentu saja boleh,sini temani bapak!”jawab Pak Candra begitu ramah kepada calon menantunya itu.
Mereka pun berbincang dan sesekali terdengar gelak tawa diantara mereka. Alena yang sedari tadi memperhatikan mereka dari dapur merasa sangat bahagia, ia berharap kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.
“Bapakmu kelihatan akrab dengan Rama,”ucap Bu Candra yang sontak mengagetkan Alena.
“Eh Ibu, iya bu semoga saja Bapak suka sama Rama,”jawab Alena sambil tersenyum.
Setelah makan malam selesai, Alena, Rama dan kedua orang tuanya duduk di ruang tengah sambil melihat acara TV. Kemudian Rama mulai membuka percakapan dan ingin menyampaikan maksudnya datang bertemu orang tua Alena.
“Bapak, Ibu, saya ingin menyampaikan sesuatu,”ucap Rama dengan penuh rasa gugup.
Alena yang duduk di sebelah Ibunya itupun juga ikut merasa gugup dalam hati ia selalu berdoa semoga orang tua nya merestui hubungan mereka.
“Begini Pak Bu, saya dan Alena sudah cukup lama saling kenal, dan saat ini saya ingin menyampaikan bahwa saya mempunyai niat untuk melamar dan menikahi Alena. Saya memohon restu kepada Bapak dan Ibu selaku orang tua Alena,” ucap Rama dengan penuh harap.
“Bapak dan Ibu sangat senang mendengar niat baik dari nak Rama, saya juga yakin kalau Alena pasti juga mau menerima lamaran mu dan mau menikah denganmu. Bukan begitu Alena?” tanya Pak candra.
Alena hanya mengangguk dan tersenyum membalas pertanyaan Bapaknya itu.
“Kalau Bapak sama Ibu yang penting kalian sama-sama suka saja,”ucap Pak Candra sambil melirik Alena.
Mendengar ucapan Pak Candra Rama merasa lega begitupun Alena, kegugupannya sedikit berkurang, ia merasa sangat bahagia.
“Oh ya nak Rama kamu tahu wetonmu hari apa?”tanya Pak Candra.
“Weton itu apa pak?”tanya Rama balik.
“Hari lahir mu nak, kalau tidak tahu sebutkan saja tanggal dan tahun lahirmu.”pinta Pak Candra
Kemudian Rama menyebutkan tanggal kelahirannya.
“Besok bapak akan coba ke rumah sesepuh desa ini untuk mencarikan hari baik buat kalian menikah,” jelas Pak Candra.
Rama masih merasa belum mengerti untuk apa menetapkan tanggal pernikahan di rumah sesepuh desa dan kenapa harus menggunakan tanggal lahir. Pak Candra melihat bahwa Rama sedang merasa kebingungan.
“Di kampung kita ini memang seperti itu adat dan tradisinya, untuk menikah harus dicari tanggal baiknya dari hari lahir kedua calon pengantin, jadi tidak bisa sembarangan. Adat ini sudah turun temurun dan ini harus dipatuhi karena kalau tidak pasti ada saja musibah yang diterima,” jelas Pak Candra.
Rama terdiam ,ia berusaha memahami apa yang diucapkan Pak Candra, walaupun sebenarnya menurut dia ini sangat aneh, karena selama ini yang ia ketahuai kalau mau menikah ya tinggal menentukan tanggal sesuka hati calon pengantin saja, bahkan mencari tanggal cantik.
Malampun semakin larut, Rama,Pak Candra dan Bu Candra sudah terlelap tidur, tapi tidak dengan Alena. Dia merasa tubuhnya sangat lelah tapi ia tidak bisa tidur, ia telah mecoba memejamkan matanya tetapi tetap saja tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah , setelah percakapan bersama keluarganya tadi ia selalu terpikirkan masalah tanggal pernikahan. Alena tahu betul bagaimana keluarga mereka sangat kental dengan adat dan tradisi dari leluhur mereka. Entah mengapa ia merasa takut kalau hasil perhitungan weton mereka tidak cocok. Karena memang kemungkinan itu bisa saja terjadi, dan ia sering mendengar cerita-cerita seperti itu sedari ia kecil dulu. Sebab itulah pikiran dan hatinya merasa sangat gelisah.
Jam demi jam pun telah terlewat, malampun telah berganti pagi. Pagi ini begitu cerah udara sangat segar. Setelah sarapan Pak Candra bergegas pergi ke rumah sesepuh di desa itu. Pak candra berangkat dengan wajah yang sangat sumringah, ia bahagia karena putri semata wayangnya akan segera menikah.
Tapi Alena masih saja merasa gelisah dan takut, ia duduk termenung di depan rumah sambil melihat tanaman-tanaman milik ibunya.
“Kamu aku perhatiin dari tadi kelihatan nggak tenang, kamu kenapa?’’tanya Rama.
Kemudian Rama duduk disebelah Alena.
“Kamu kan harusnya bahagia Karena orang tua kamu sudah setuju dan bahkan hari ini Bapak langsung mencarikan tanggal untuk kita menikah,” ungkap Rama.
Alena merasa bingung apakah dia harus menceritakan apa yang ada dalam pikirannya pada Rama. Tapi jika ia menceritakannya Rama pasti akan lebih bingung dari pada dia, karena Rama sama sekali tidak mengerti dan mengenal tentang adat dan tradisi keluarga Alena.
“Aku baik-baik saja, cuma masih nggak nyangka aja kalau kita sebentar lagi akan menikah,”ucap Alena yang mencoba menyembunyikan kegelisahannya.
Tapi Rama merasa kalau itu bukanlah hal yang dipikirkan oleh Alena, tetapi Rama tidak mau mendesak Alena untuk jujur. Rama hanya tersenyum dan memegang erat tangan Rama, dan secara tidak langsung mengatakan bahwa Rama akan selalu ada untuk Alena apapun masalah yang dihadapi oleh Alena.
Beberapa jam telah berlalu, terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Dan itu adalah Pak Candra, Pak Candra masuk ke dalam rumah, tapi ia terlihat sangat lesu dan tidak seceria waktu tadi berangkat.
Pak Candra kemudian menghampiri istrinya, dan terlihat mereka sedang berbincang.
“Nanti malam kita bicarakan kepada Rama dan Alena,”ucap Pak Candra sambil berlalu meninggalkan Bu Candra di dapur.
Terlihat dari raut wajah Bu Candra juga merasa gelisah dan sedih. Entah apa yang tadi dibicarakan oleh Pak Candra sehingga mampu membuat kebahagian itu berubah menjadi kegelisahan.
Malampun tiba, Pak Candra sangat berat untuk mengungkapkan isi hatinya, tapi bagaimanapun ia tetap harus mengatakan. Mereka duduk di ruang tengah, Alena duduk disebelah Rama. Alena yang seharian sudah merasa gelisah semakin gugup dan takut mendengar apa yang akan di bicarakan oleh orang tuanya. Alena sudah bisa merasakan bahwa semenjak pulang dari sesepuh desa, Bapaknya menjadi diam dan terlihat murung tidak seceria pagi tadi. Jantung Alena berdegup begitu kencang, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Berbeda dengan Alena, Rama masih nampak santai dan ceria. Karena yang ada dalam pikirannya hanyalah sebentar lagi ia dan Alena akan menikah.
“Rama, Alena, bapak tadi sudah kerumah sesepuh desa untuk membicarakan tentang pernikahan kalian, dan sesepuh desa juga sudah menghitung weton kalian,” ucap Pak Candra dengan gugup.
“Lalu kapan tanggal pernikahan saya dengan Alena Pak?”tanya Rama penasaran.
“Kalian tidak bisa melanjutkan ke jenjang pernikahan!”ucap Pak Candra dengan wajah lesu.Air mata Alena tumpah, ketakutan yang ia rasakan menjadi kenyataan. Rama masih terdiam ,ia berusaha tenang dan mencerna baik-baik uacapan Pak Candra.“Weton kalian tidak cocok, kalian tidak bisa menikah!”lanjut Pak Candra.“Maksudnya tidak cocok gimana pak?saya masih belum bisa mengerti,”tanya Rama penasaran.“Weton Alena Minggu Wage dan Rama weton kamu itu Rabu Pahing, jumlah dari weton kalian berdua tidak bagus yaitu 25, kalau kalian nekat untuk menikah hubungan kalian tidak berlangsung lama dan kita semua akan mendapatkan musibah. Ini sudah menjadi kepercayaan di kampung kita, dan bapak tidak berani menentang ini,”ungkap Pak Candra yang terlihat menahan tangis.Alena dan Bu Candra sudah tidak bisa lagi menahan tangis mereka, tangis mereka pecah. Hati mereka begitu hancur. Alena merasa tidak bisa menerima semua
Setelah 5 hari mengindar dari Rama, akhirnya hari ini dia mau bertemu dan di antar ke kantor oleh Rama. Pagi ini Rama sangat bersemangat karena ia begitu merindukan Alena, pagi-pagi sekali ia sudah sampai di rumah Alena karena ia tak mau terlambat sedikitpun menjemput pujaan hatinya.“Aku seneng banget kamu udah mau ketemu sama aku,”ucap Rama sambil mengendarai mobilnya.Tapi Alena hanya diam dan tidak membalas sedikitpun ucapan Rama. Rama pun merasa kalau sedari tadi Alena masuk mobil sikapnya begitu dingin. Setiap ucapan dan candaan Rama pun tak bisa membuat Alena berbicara ataupun sekedar tersenyum. Mungkin Alena masih sangat terpukul dengan keputusan orang tuanya, fikir Rama.Sesampainya di kantor, Alena langsung keluar dari mobil Rama dan bergegas pergi. Ramapun mengejar Alena, karena Alena pergi tanpa mengucap sepatah katapun ke Rama.“Alena kamu kenapa ? sikapmu dingin sama aku!” ucap Rama.“Aku buru-buru mau me
Makanan telah tiba dimeja Rama dan Alena, tapi Alena masih belum mau sedikitpun berbicara dengan Rama. “Sayang, kamu kenapa? Dari tadi aku ngajakin kamu ngobrol, tapi kamu sama sekali nggak nanggepin aku,”keluh Rama. Alena menarik nafas panjang. “Kamu sudah ada solusi?”jawab Alena sambil memainkan cincin lamaran dari Rama. “Kita coba ngomong lagi sama orang tua kamu ya!”ucap Rama. “Sudah berapa kali aku bilang kalau semua itu percuma Ram!”jawab Alena dengan nada tinggi. “Lalu harus bagaimana?”tanya Rama. “Kita kawin lari!”ucap Alena. “Hah?Alena apa yang kamu pikirkan?kawin lari itu bukan solusi, aku nggak mau!”ungkap Rama. “Oke kalau kamu nggak mau, aku masih ada satu solusi lagi!” jawab Alena. “Apa itu?”tanya Rama dengan penasaran. “Hamilin aku!”pungkas Alena. Kata-kata yang keluar dari mulut Alena itu sangat membuat Rama terkejut, dia ternganga, dadanya sesak. Dia tidak pernah menyangka
Sarah terus menemani Alena hingga malam datang, Sarah tidak mau kalau sahabatnya itu tertekan dan menghadapi semua ini sendiri. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Alena.Tok…tok….tok…“Masuk,”ucap Alena.“Mbak Alena dibawah ada Mas Rama!”ucap pembantu Alena.“Rama kesini tuh,sana temuin dulu,apa gue bantu kebawah?”ucap Sarah.“Loe ikut gue ngobrol sama Rama ya!”ajak Alena.Sarah menganggukan kepalanya, dan mereka kemudian turun dan menemui Rama. Terlihat Rama membawa bouqet bunga mawar putih ditangannya. Rama memang selalu menjadi kekasih yang romantis bagi Alena.“Eh Sarah, loe disini juga?”tanya Rama.“Iya dari tadi balik kerja!”jawab Sarah.Kemudian mereka duduk di sofa,Alena duduk disamping Rama, dan Sarah duduk di sofa sebrang mereka berdua. Rama mengulurkan tangannya dan memberikan bunga itu kepada Alena.&ldquo
Hari ini Alena tidak berangkat ke kantor,Sarah rasanya begitu berat hendak berangkat ke kantor. Ya, Sarah hari ini berangkat dari rumah Alena karena semalaman ia menjaga Alena. Sampai saat ini Sarah masih begitu khawatir dengan keadaan Alena. Tapi ia tidak mungkin untuk tidak ke kantor,karena selama Alena tidak ke kantor dia yang harus menghandle semua pekerjaan dikantor.“Alena, loe nggak apa-apa gue tinggal ke kantor?”tanya Sarah sambil duduk di pinggir kasur.“Gue nggak apa-apa Sar, loe berangkat aja!” jawab Alena dengan lirih.“Kalau ada apa-apa hubungin gue ya!”pinta Sarah.Alena hanya menganggukan kepalanya, ia masih terus berbaring di tempat tidur dan sesekali memandangi jendela kamarnya.Saat Sarah mau masuk ke dalam mobil, ia melihat di depan gerbang terparkir sebuah mobil yang ia rasa ia kenal dengan mobil itu. Tidak salah lagi itu mobil Rama. Sarah menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca mobil itu. Kem
Rama sudah sangat mempersiapkan hari ini, dia dan Rio sudah di jalan menuju rumah orang tua Alena. Alena tidak tahu mengenai hal ini,Sarah pun tidak memberitahu Alena,karena kondisi Alena juga masih sangat lemah. Setelah beberapa jam perjalanan, Rama dan Rio sampai di rumah orang tua Alena. Pak Candra yang sedang duduk di depan rumah sangat terkejut dengan kehadiran Rama.“Selamat Siang Pak,” sapa Rama sambil mengulurkan tangannya.Uluran tangan Rama tak di balas oleh Pak Candra.“Ada apa kamu kesini?”“Lhoh ada nak Rama, disuruh masuk dulu to pak!”ucap seorang wanita yang baru saja keluar dari rumah.Kemudian mereka masuk ke dalam rumah,wajah Pak Candra terlihat tidak nyaman dengan kedatangan Rama dan Rio. Rama dan Rio pun juga dapat merasakannya, kalau kedatangan mereka kurang diterima.“Saya ulangi lagi, ada apa kalian kesini?”“Maaf Pak, saya ingin membicarakan tentang saya dan
Setelah kepulangan Rama dan Rio ,Sarah bergegas ke rumah Rama untuk bertemu dua lelaki itu. Rama terlihat lesu duduk di sebuah sofa dengan tatapan kosong.“Dia nggak mau makan dari tadi,sepanjang jalan dia terus histeris dan manggil-manggil Alena!”jelas Rio pada Sarah.“Kita harus melakukan sesuatu!”“Alena gimana?”“Dia nggak ke kantor hari ini, nggak bisa aku hubungin juga!”“Kita atur rencana biar mereka bisa ngobrol berdua,dan nyelesaiin ini semua dengan baik-baik!”“Iya, tapi nggak mungkin dalam waktu dekat,kondisi mereka berdua sangat nggak stabil, hasilnya pasti akan sama aja kalau kita paksa mereka bertemu sekarang!”“Oke, sekarang kamu coba bujuk Rama buat makan dulu!”Sarah kemudian duduk disamping Rama, Sarah merasa sangat iba melihat kondisi sahabatnya itu.“Ram, kita makan dulu ya, kita makan bareng!”&ldqu
“Ram, gimana? Kenapa Alena pergi?”tanya Rio“Alena uda nggak mau lagi sama gue, dia nggak mau nerima gue lagi. Gue nggak bisa mertahanin Alena!”Mendengar penjelasan Rama, Sarah kemudian berlari keluar untuk mengejar Alena, tetapi Alena sudah terlanjur naik taxi dan pergi. Sarah kemudian Kembali menemui Rio dan Rama.“Alena uda pergi naik taxi!”“Kita kerumah Alena sekarang!” ucap Rama.Mereka bertiga akhirnya langsung bergegas ke rumah Alena berharap mereka bisa menemui Alena.Tok..tok..tokRama terus mengetuk pintu rumah Alena hingga Bi Imah pembantu alena membuka pintu.“Bi, saya mau ketemu Alena!”“Maaf Mas Rama, tapi pesan Mbak Alena Mas Rama nggak boleh masuk!”“Bi sebentar saja, saya mohon!”“Maaf Mas, saya nggak bernai ngelanggar perintah Mbak Alena. Tapi kata Mbak Alena kalau ada Mbak Sarah kesini bisa langsun
“Terserah deh alasannya apa ya tapi lo pastiin kalau Rama nggak datang ganggu Alena lagi, dan satu hal lagi jangan sampai cari tahu dimana keberadaan Alena saat ini, karena kalau Rama tahu itu akan membuat keadaan mereka berdua semakin parah!”“Baik saya mengerti!” Ucap Andreas.****Sedangkan itu di rumah sakit, Narandra masih terus menemani Alena dan berdoa agar Alena bisa segera siuman. Narandra tak sedikit pun melepaskan pandangannya dari Alena. Melihat wajah Alena yang penuh lebam membuat hati Narandra sangat teriris dan begitu sakit rasanya.“Harusnya aku bisa ngejaga kamu Al, harusnya kamu nggak ngalamin in semua!” Lirih Narandra.Narandra tak henti-hentinya mengusap rambut Alena dan mencium punggung tangan Alena yang dingin.Lalu tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan masuklah Bibi ke dalam ruang rawat Alena. Bibi terlihat membawa sebuah bingkisan yang berisi makanan.“Bibi ngapain kesini?”“Ini Bibi bawain makanan Mas, buat Mas Narandra ,Mbak Sarah dan Mas Rio!”Bibi l
“Gue minta maaf Sar, gue minta maaf, sekarang biarin gue minta maaf langsung sama Alena, bawa gue ketemu Alena!” Ucap Rama sambil memohon dan memegang kedua tangan Sarah.“Nggak, gue nggak bakal biarin lo ketemu Alena, dan kalau lo masih berani nemuin Alena gue nggak akan segan laporin lo ke polisi!” Ancam Sarah.“Lo kenapa tega banget sih sama gue Sar, gue cuma mau ketemu dan minta maaf sama Alena, Alena pasti sekarang lagi butuh gue, dia pasti nyariin gue sekarang, jadi bawa gue ketemu dia sekarang!” Ucap Rama dengan nada cukup tinggi.“Alena uda nggak butuh lo dan pergi jauh-jauh lo dari kehidupan Alena!” Maki Sarah dengan penuh emosional.Mendengar kegaduhan dari kamar Rama, Andreas yang tadi berada di dapur untuk mengambil makanan, langsung buru-buru saja berlari sambil membawa makanannya ke kamar Rama. Saat masuk ke dalam kamar, Andreas pun terkejut melihat Sarah dan Rio tengah bersitegang dengan Rama. Andreas lalu segera meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja yang ada di
Hari sudah beranjak malam tapi Alena masih belum juga sadarkan diri, Narandra, Sarah dan Rio juga tak beranjak dari ruang rawat Alena. Rio lalu keluar sebentar untuk membeli makan, karena dari tadi mereka bertiga belum sempat makan apapun. Sedangkan Narandra masih terus duduk disamping Alena dan tak capek-capeknya mengusap lembut rambut Alena yang halus itu. Setelah beebrapa saat Rio pun datang membawa beberapa makanan, ada 3 box nasi , minuman dan beberapa cemilan untuk mereka nanti malam.“Ndra ayo makan dulu, lo kan juga belum makan dari tadi!” Ajak Rio.“Kalian makan dulu aja!” Ucap Narandra.“Ndra, kita makannya disini kok nggak keluar, jadi lo nggak perlu khawatir, kita bisa sambil jagain Alena, inget lo harus jaga Kesehatan lo juga biar nanti kalau Alena bangun, lo kelihatan fresh!” Nasehat Rio.Mendengar nasehat itu Narandra akhirnya ikut makan bersama Sarah dan Rio.“Kalian kalau mau pulang nggak apa-apa, biar gue aja yang nunggu Alena disini!”“Nggak Ndra, kita malam ini jug
Tak berapa lama Dokter keluar dari ruang IGD dan menemui Sarah beserta Rio. Dokter laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan itu menjelaskan keadaan Alena saat ini. Dokter mengatakan kalau tidak ada luka serius di dalam tubuh Alena, hanya luka luar yang nantinya bisa sembuh. Tapi untuk saat ini memang Alena masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dokter lalu mengatakan pada Sarah dan Rio kalau Alena akan dipindah dalam ruang rawat inap. Sarah dan Rio lalu segera mengurus segala urusan administrasi yang diperlukan, dari wajah Sarah masih terlihat kaalu dia sangat khawatir dengan sahabat nya itu. Saat selesai mengurus administrasi tibalah Narandra dengan lari yang tergopoh-gopoh dan menghampiri Sarah beserta Rio.“Sar, Yo gimana keadaan Alena dan dimana dia sekarang?” Tanya Narandra dengan wajah yang sangat khawatir.Sarah dan Rio lalu mengajak Narandra ke ruangan dimana Alena di rawat, dan tanpa basa-basi lagi, Narandra langsung berlari menuju tubuh Alena yang terbaring tak sadarkan di
Bibi segera kembali ke kamar Alena setelah menelfon Sarah menggunakan telfon rumah yang ada di lantai bawah, tapi betapa terkejutnya Bibi saat melihat Alena sudah tak sadarkan diri, Bibi mencoba membangunkan Alena tapi Alena masih belum juga sadar. Bibi pun mencoba mengolesi minyak kayu putih di dekat hidung Alena tapi Alena masih saja tak sadarkan diri. Bibi pun semakin cemas dan panik. Bibi berharap agar Sarah segera datang dan dapat membawa Alena ke rumah sakit.Dan akhirnya tak seberapa lama Sarah pun datang bersama Rio, dari wajah mereka berdua terlihat cemas dan juga panik.“Dimana Alena?” Tanya Sarah pada Bibi saat membukakan pintu rumah.“Mbak Alena pingsan di kamar Mbak!” Ucap Bibi panik.Sarah dan Rio pun semakin panik dibuatnya, Sarah dan Rio lalu segera membawa Alena ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.“Bibi di rumah saja, biar aku sama Rio yang ke Rumah Sakit!” Ucap Sarah.“Iya Mbak!”Rio menyetir mobilnya dengan cukup kencang, sedangkan Sarah duduk d
PLAKKKK…….Pukulan keras mendarat diwajah Alena yang mulus, Rama marah karena permintaanya di tolak oleh Alena, dan dia juga marah karena Alena berbicara dengan nada tinggi kepadanya.“Aku nggak terima penolakan dari kamu ya Al, kamu katanya mau nikah sama aku, tapi kenapa nggak setuju dengan ide kawin lari ini? Sedangkan orang tua kamu saja nggak akan ngasih kita restu, kamu mau mainin perasaan aku lagi?” Maki Rafandra sambil menjambak rambut Alena dengan kencang.“Lepas Ram sakit!” Lirih Alena.Tak menghiraukan permintaan Alena, Rama malah mendorong Alena hingga jatuh tersungkur.“Bilang kalau mau nikah sama aku Al, bilang !” Maki Alena.“Iya Ram tapi aku mau dapat restu orang tua aku!” Lirih Alena sambil terus mengeluarkan air mata.“Persetan sama restu orang tua kamu!” Maki Rama sambil mengayunkan tangannya lagi dan tepat mengenai wajah Alena lagi.Teriakan kesakitan Alena dan makian dari Rama terdengar jelas ke Bibi, Bibi saat ini memang sedang berada di ruang tamu yang tak jauh
Perkataan Bu Nawang tadi cukup membuat Rama terus kepikiran dengan nasib nya dan Alena nantinya, Rama merasa apa yang diakatan oleh mamanya itu memang ada benarnya juga. Bisa jadi hubungan mereka kali ini terhambat lagi oleh restu orang tua Alena yang dianggap kolot oleh Rama itu.Setelah semalaman dibuat pusing dengan pikirannya sendiri, Rama hari ini memutuskan untuk menemui Alena di rumahnya. Rama datang tanpa memberitahukan dulu pada Alena, dan kedatangan Rama ini juga disambut baik oleh Alena meskipun dalam hati Alena dia masih cukup kesal karena perkataan Rama kemarin di ponsel.Mereka berdua lalu asyik menonton film dengan ditemani minuman dan juga beberapa cemilan, saat ini Alena berharap Rama menanyakan keadaannya dan juga perusahaannya tapi sudah hampir satu jam Rama disini, Rama tak sekalipun menanyakan kabarnya.“Oh ya ada yang mau aku bicarain sama kamu Al!” Ucap Rama tiba-tiba.“Ada apa?”“Aku mau kita nikah dalam waku dekat, mungkin bisa sebulan lagi!” Ucap Rama dengan
“Al ini makanan lo!” Ucap Sarah sambil mengulurkan makanan ke arah Alena yang tengah berdiri di depan ruangannya sambil menatap karyawannya yang terlihat bahagia.“Iya Sar makasih!” Jawab Alena sambil menerima makanan yang Sarah berikan.“Lo kenapa? Lo uda tahu siapa yang ngasih ini?” Tanya Sarah sambil mencondongkan badannya ke arah Alena.“Heem!” Jawab Alena singkat.Alena lalu masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri di depan pintu ruangan Alena.“Meskipun lo nggak ngomong dan lo nggak pakai nama resto lo di packaging ini, gue tahu ini dari lo Ndra, karena cuma lo yang perhatian sama Alena dan semua karyawannya!!” Gumam Sarah.Sedangkan di dalam ruangan , Alena duduk di sofa panjang yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu, lalu dia membuka makanan yang dia pegang. Lalu Alena mengambil ponselnya yang ada di kantong jas yang dia kenakan.Alena l
Narandra malam ini tengah makan malam bersama Rio dan Sarah di salah satu resto milik Narandra. Narandra ingin memperkanalkan menu barunya pada Sarah dan juga Rio, dan ingin mendengar pendapat dari mereka berdua. Sarah dan Rio terlihat sangat menikmati makanan-makanan yang Narandra hidangkan karena memang makanan-makanan itu sangatlah enak dan pastinya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi.“Gimana enak nggak? Atau kurang apa gitu?” Tanya Narandra.“Enak banget sumpah Ndra, rasanya pas!” Ucap Sarah.“Iya Ndra ini perfect banget, pasti menu ini bakalan laris !” Puji Rio.“Serius kalian ? Nggak cuma mau nyenengin gue aja kan?”“Ya nggak lah serus ini tuh enak banget!” Puji Raka lagi.Mereka berdua lalu lanjut untuk berbincang, Sarah sama sekali tak membahas tentang Alena karena ingin menjaga perasaan Narandra.“Sar gimana kabar Alena?” Tanya Narandra tiba-tiba.Sarah dan Rio lalu saling bertatapan mata, mereka berdua seolah – olah bingung harus menjawab seperti apa. Karena me