Share

Bab 12

Author: Maria Anita
Aku terjatuh di kursiku di kantor, kakiku terasa lemas seperti jeli. Aku sendiri tak tahu gimana aku bisa tetap tenang seolah tak terjadi apa-apa. Wanita bernama Lastri itu benar-benar menyebalkan. Tapi aku sama sekali nggak menyangka semuanya akan berjalan seperti tadi. Ya Tuhan… Saat dia merangkul pinggangku agar aku tidak jatuh dan menarikku ke dadanya, aku benar-benar nggak siap. Tentu saja aku merasakan sesuatu yang keras menekan punggungku, dan itu cukup membuatku terbangun dari lamunan. Tapi ketika dia berbisik di telingaku agar aku tidak menjauh, ada kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuhku, membuatku basah dan merasa panas di bagian itu, sesuatu yang sudah lama sekali tidak kurasakan, sejak acara itu. Dan bosku… Dia benar-benar sangat terangsang dan menempel di punggungku. 'Ya Tuhan, aku nggak tahu apa aku bisa bertahan lama di pekerjaan ini.'

“Citra, kamu dalam masalah besar!” gumamku pada diri sendiri.

Aku meraih HP dan langsung mengirim pesan ke Minda. Aku harus cerita
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 13

    Setelah bosku selesai menceritakan semua tentang perjalanannya, Maya dan aku kembali ke kantor untuk lanjut kerja. Hari itu pun berlalu tanpa kejadian berarti. Hari terasa cepat sekali, dan kami sedang bersiap mengambil tas untuk pulang ketika pintu ruangan bos terbuka, bertepatan dengan kemunculan Peter di ruanganku."Waktunya istirahat, nona-nona cantik!" Peter berkata dengan senyum lebarnya yang seolah permanen tertempel di wajahnya. "Aditya dan aku mau makan malam di Miramar. Jadi aku mau undang dua wanita tercantik di perusahaan ini untuk ikut bareng kami."Miramar adalah restoran dalam negeri yang sangat mahal di kota ini. Minda dan aku sudah rencana pergi ke sana malam minggu nanti setelah mendengar mereka menyajikan nasi padang terenak dan anggur buatan sendiri yang katanya luar biasa. Minda meyakinkanku bahwa aku harus mulai terbiasa dengan tempat-tempat seperti itu, karena kemungkinan besar aku akan menghadiri makan siang atau makan malam bisnis di masa depan."Aduh, sayang s

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 14

    Aku menceritakan pada Maya tentang apa yang terjadi dengan ayah dari anakku, gimana pengalaman itu sungguh luar biasa dan mengubah hidupku, dan gimana setelah itu aku putuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan dengan siapa pun. Dia menatapku sambil tersenyum, tapi tiba-tiba teringat sesuatu yang membuat senyumannya memudar, lalu berkata, "Kamu terdengar persis seperti Aditya. Dia juga menutup diri dari cinta. Dulu dia pernah bertemu seorang gadis. Saat sedang bersamanya, dia dapat kabar kedua orang tuanya meninggal. Dia sangat terpukul. Waktu mau cari gadis itu lagi, gadis itu seperti lenyap ditelan bumi. Dia terus mencarinya tapi nggak ketemu, hingga kini dia belum bisa lupakan wanita itu." "May, gimana orang tuanya meninggal?" tanyaku penasaran."Mereka meninggal dalam kecelakaan helikopter saat pulang dari sebuah pesta. Ayah Aditya dapat kabar penting soal perusahaannya, jadi harus segera pulang. Sementara Aditya tetap di pesta bersama gadis itu. Orang tuanya nggak ketemu dia, ja

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 15

    Sudut Pandang Aditya.Aku sudah merasa kesal sejak keluar dari kantor. Peter tahu itu dan tentu saja, dia nggak akan melewatkan kesempatan untuk menggangguku: “Kawan, menurut kamu Citra punya pacar nggak? Soalnya cara Maya ngomong tuh… mencurigakan banget!”“Emang kenapa kalau dia punya, Peter? Aku kan sudah bilang jangan sentuh dia,” jawabku sambil mengusap wajahku dengan kedua tangan.“Aku nggak akan sentuh dia, tapi bosnya tuh... kelihatan tertarik banget. Lagian, dia sudah sentuh Citra hari ini.” Aku mendengus dan menoleh tajam padanya. “Maksudmu apa?”“Hei, aku paham banget padamu! Kamu kelihatan jelas tertarik sama Citra. Aku lihat sendiri gimana kamu pegang pinggangnya dan nggak langsung lepasin. Terus kamu tutup pintu dan berdua sama dia di kantor. Waktu aku balik, aku bisa ngerasain suasana tegang antara kalian. Aku juga bisa lihat tatapan matamu waktu kamu bicara soal punggungnya. Jadi, kamu mau cerita apa yang terjadi di ruangan itu, atau aku harus bayangin kamu bawa asist

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 16

    Setelah pesan terakhir dari bosku, aku benar-benar marah. Kalau dia pikir aku akan ketakutan dan tunduk padanya, dia salah besar. Aku belum pernah bereaksi seperti ini terhadap seorang pria sebelumnya. Biasanya aku pendiam, kalem, tak pernah bertindak berani apalagi tergoda hal-hal yang bersifat impulsif, termasuk soal hasrat. Tapi entah gimana, pria ini berhasil memunculkan sisi liar dalam diriku. Aku benar-benar tak bisa kendalikan diri.Aku meloncat dari tempat tidur dan membuka lemari. Kutarik sebuah gaun hitam yang tampak sederhana dan sopan untuk ke kantor, tapi sebenarnya membuatku terlihat luar biasa seksi. Potongannya pas di badan, panjangnya sebatas paha, dan memiliki kerah V yang memperlihatkan belahan dada tanpa terlihat norak. Aku memilih sepatu hak tinggi merah, dan satu set pakaian dalam hitam dengan celana dalam super kecil agar tidak meninggalkan garis di balik gaun. Aku putuskan untuk membiarkan rambutku tergerai. Mungkin bukan gaya paling profesional, tapi aku nggak

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 17

    Aku meraih kopi dan duduk di mejaku, kakiku masih gemetar. Setelah beberapa menit, aku dapat email dari bos dengan panduan untuk persiapan rapat besok. Aku langsung sibuk mengerjakan semuanya, dan saat para pegawai mulai berdatangan, semua sudah siap dan rapi.Maya tampak masuk bersama seorang pria, bergandengan mesra, dan memandangku dengan terkejut."Cit, kamu nggak tidur semalaman, ya? Selamat pagi!""Selamat pagi, May! Bos minta aku datang lebih pagi buat persiapan rapat besok.”"Aditya itu. Jangan sampai kamu dijadikan langganan datang pagi terus.”"Nggak akan, May. Tapi bagus juga, semua sudah siap sekarang." Aku menatapnya sambil tersenyum.Pria yang bersamanya menatapku dengan senyum lebarnya yang mencolok. Dia ganteng, kulitnya kecokelatan, tinggi, bermata cokelat, rambut hitam agak panjang, dan berjanggut tipis. Dia memakai setelan jas elegan dan kacamata."May, bosku bilang asisten barunya cantik, tapi ternyata pujiannya kurang. Dia luar biasa!" Dia berbicara dengan nada cer

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 18

    Sudut Pandang Aditya.Aku sedang makan siang bersama Peter, ceritakan semua yang terjadi padanya. Dia pun menatapku dengan ekspresi kaget."Aku nggak percaya dia nggak pakai dalaman di balik gaun kecil yang menggoda itu?"Saat dia mengatakan itu, aku baru sadar, dia sangat terbuka dan bisa saja berada dalam situasi yang memalukan saat jauh dariku. Itu jelas bukan hal yang bagus. Tapi aku yang robek celana dalamnya. Walaupun nggak robek, aku juga nggak akan mengembalikannya."Hei, wanita ini bikin aku gila. Hari ini kayaknya dia putuskan buat nguji batas kesabaranku.""Jangan ngeluh. Kamu sendiri yang mulai. Kamu mau apa sebenarnya?""Aku suruh dia datang pagi-pagi cuma buat gangguin dia sedikit, dan ya, niatnya emang mau ngerjain dia dikit. Tapi aku nggak akan sentuh dia. Aku nggak nyangka dia bakal datang siap untuk berperang. Dia pakai gaun ketat yang tiap duduk, pahanya terlihat. Apalagi sepatu hak tingginya seksi banget. Begitu lihat dia, otakku langsung kosong. Frustrasi banget. A

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 19

    Sudut Pandang Aditya.Dia mengambil tas dari tanganku dengan ekspresi bingung. Aku memanfaatkan momen itu untuk menyuapinya sepotong kue, langsung ke mulutnya. Dia tak sempat bereaksi, hanya bisa menutup bibir di sekitar garpu sementara aku tersenyum makin lebar. Aku sendiri memakan sepotong lagi sambil mengamati dia perlahan mengunyah kue yang tadi kumasukkan, lalu membuka tas itu. Dia mengeluarkan kotak dari dalam tas, meletakkannya di pangkuan, dan membuka penutupnya. Mulutnya menganga lebat saat melihat sehelai kain kecil mungil di dalamnya. Ini sungguh menyenangkan. Saat dia menatapku, aku buru-buru menyuapinya lagi, mencegahnya bicara. Matanya makin membelalak. Aku benar-benar menikmati momen ini. Aku makan lagi sepotong kue sambil melihat dia ambil celana dalam dari kotak, berdiri, lalu duduk di atas meja kopi tepat di depanku, dan mulai memakainya. Aku nyaris tersedak. ‘Dia benar-benar mau pakai di depanku? Gila! Ini bisa kacau banget!’Dengan gerakan sangat halus dan menggoda

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 20

    Aku keluar dari kantor Aditya dengan kaki gemetar. 'Dasar bajingan, dia hampir membuatku orgasme lagi!’ Dia benar-benar meninggalkanku terbakar oleh hasrat, dasar pengecut. Tapi aku nggak akan menyerah. Aku harus cari cara supaya dia tak lagi bisa pengaruhi aku dan nggak akan pernah dekati celana dalamku seumur hidupnya. Aku harus rencanakan sesuatu yang sepadan dengan apa yang dia lakukan padaku, toh aku juga sudah melangkah terlalu jauh. Setelah itu, aku bakal undurkan diri dan kembali ke pekerjaan lamaku.Aku frustrasi dan marah. Ketika Peter masuk ke kantorku, aku sedang berjuang mengutak-atik dataku. Dia tak berani berkata apa-apa, langsung berjalan melewatiku dan masuk ke kantor sahabatnya.Lalu Carisa datang dan bilang dia akan keluar sebentar. Pada saat itu, sebuah ide muncul di kepalaku. Ide yang nakal, bahkan bisa dibilang jahat, tapi sangat menggoda."Carisa, bisakah kamu mampir ke toko kue di seberang jalan dan belikan aku sepotong kue cokelat? Yang ada parutan cokelat susu

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 50

    Aku memandang sekeliling ruangan itu, nggak mengerti apa-apa. Selain aku dan bosku, Pak Guntur, ada juga Minda, Heru, Aditya, Peter, Robin, Maya, dan Alex.‘Apa maksudnya semua ini?’ Aku menatap Minda, dan dia mengangkat bahu, sama bingungnya denganku. Heru menarik sebuah kursi dan memberi isyarat agar aku duduk di sebelah Aditya. Dia bercanda?'Aku mulai curiga kalau ini hanyalah trik Aditya lagi supaya bisa bicara denganku. Tentu saja dia nggak sungguh-sungguh mau beli sistem itu. Tapi aku akan tetap profesional dan lakukan yang terbaik, setidaknya bosku bisa menilai kinerjaku.“Citra, tolonglah, aku tahu kamu profesional hebat dan bisa atasi ini.” Heru berkata seolah-olah membaca pikiranku. “Aku minta kamu datang karena kamu pernah kerja di Grup Mahadi dan paham dengan masalah yang sedang mereka hadapi.”“Baik, Pak. Saya akan bantu sebisa mungkin.” Aku pun duduk dan menjaga sikap profesional.Pak Guntur mulai mempresentasikan aplikasinya, dan aku menambahkan beberapa pandangan dan o

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 49

    Aku benar-benar capek. Minggu ini terasa kacau dan aku nggak bisa tidur dengan nyenyak, setiap malam menangis hingga tertidur. Bicara dengan Aditya kemarin juga nggak membantu, justru buat aku semakin hancur.“Selamat pagi, Citra! Apa kabar?” Minda masuk ke dapur dan memegang wajahku dengan kedua tangannya, menatapku dengan seksama.“Aku benar-benar berantakan, Min. Riasan ini cuma tutupin lingkaran hitam di bawah mata. Aku capek banget!”Saat ini kami mendengar bel rumah berbunyi, dan Minda pergi menjawabnya sementara aku menyuapi Panji sarapan. Aku teralihkan memperhatikan si kecil, dia adalah cinta terbesarku, dan hanya dengan menatapnya saja, hatiku bisa tenang. Aku tahu aku akan kuat dan terus maju karena dia. Dia menatapku dengan senyum lebar serta mata hitam kecokelatan itu, membuat hatiku meleleh oleh cinta.“Kamu anak tercinta ibu, Nak!” Aku berkata padanya dan dia bertepuk tangan sambil mengirim ciuman. Senyumku semakin lebar.“Cit, ini untukmu.” Minda datang dari pintu memba

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 48

    Sudut Pandang Aditya.Aku benar-benar kaget ketika Heru kasih aku segelas bir.“Minum ini, bisa buat kamu tenang. Setelah kamu tenang, kamu bisa cerita ke aku apa yang terjadi,” kata Heru dengan nada serius sambil mengambil telepon. “Guntur, aku kasih Citra libur untuk sisa hari ini. Terima kasih ya.”Heru menutup telepon, duduk di depanku, dan minum bersamaku. Setelah tiga kali tegukan, akhirnya aku bisa berkata, “Aku kacaukan semuanya, Heru, aku ngerusak satu-satunya kesempatan yang aku punya untuk bahagia. Aku cinta Citra tapi aku malah kacaukan semuanya. Sekarang dia benci aku.”Heru menyesap birnya lagi dan berbicara dengan lembut, “Sejak kapan kamu jadi pengecut yang nyerah hanya karena satu pintu tertutup?”Aku memandangnya seolah-olah mendadak dia jadi aneh. Dia benar-benar nggak mengerti kalau Citra membenciku.“Nanti aku akan telepon Peter dan kita bertiga akan minum sampai mabuk di rumahku,” katanya sambil berdiri. “Mana kunci mobilmu?”Sambil menyerahkan kunci mobilku, Heru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 47

    “Citra, Pak Heru mau kamu segera ke kantornya,” kata bos baruku yang muncul di bilik kerja tempatku duduk. “Kamu bisa pergi sekarang. Tugas yang aku kasih sudah selesai?”Aku memandang pria bertubuh pendek dan berisi itu, dengan kacamata bulat bergagang motif kura-kura, lalu tersenyum. Dia memang sedikit nyentrik, tapi sangat baik dan sering bersenandung seharian di kantor.Aku ditempatkan di departemen pemasaran, di mana seluruh lantainya terbuka dengan bilik kerja yang diatur berkelompok berisi empat orang. Satu-satunya ruangan tertutup hanya milik atasanku. Suasananya sibuk dan penuh warna, dipenuhi dengan suara, semua orang sibuk berbicara, entah lewat telepon atau satu sama lain. Aku merasa lingkungan ini santai dan menarik, sepertinya aku akan bisa beradaptasi dengan baik. Bahkan aku sudah punya satu teman. Tapi sekarang, setelah dipanggil oleh Pak Heru, aku mulai khawatir kalau dia berubah pikiran dan nyesal mempekerjakanku.Aku mendongak dan menyerahkan beberapa folder kepada b

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 46

    Sudut Pandang Aditya.Aku kembali ke kantor dengan perasaan terluka seperti binatang yang terkurung. Aku benar-benar putus asa. Aku pengen banget kejar Citra dan mohon agar dia maafin aku. Tapi aku nggak bisa begitu saja melakukannya. Dia sedang kerja di perusahaan Heru dan aku nggak bisa sembarangan masuk ke sana. Itu nggak sopan dan dia akan makin benci aku.Tapi aku juga nggak sanggup tunggu sampai jam kerja selesai. Jadi, aku putusin untuk kejar dia. Aku keluar kantor dan kasih tahu Carisa kalau aku nggak akan kembali hari itu. Aku ingin menyeret ular itu keluar dan usir dia dari gedungku, tapi aku nggak bisa lakukan itu juga. Aku harus tunggu... Itu membuatku gila.Aku pergi ke perusahaan Dunia Liantar dengan ribuan pikiran berputar dalam kepalaku. Tapi aku berniat minta bantuan Heru agar bisa bicara dengan Citra tanpa buat dia malu.“Selamat siang, Pak Aditya. Ada yang bisa saya bantu?” Sekretaris Heru selalu bersikap profesional, meski dia kelihatan heran karena aku tiba-tiba da

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 45

    Sudut Pandang Aditya.Kemarin, aku datang ke kantor dengan kepala pusing akibat mabuk parah dan sama sekali nggak pengen lakuin apa pun. Maya, Alex, Patrick, dan Robin seharian bela Citra. Mereka bilang nggak percaya kalau Citra yang kirim email-email itu dan khianati aku seperti itu. Mereka bahkan tegur aku karena nggak mau dengar dia dulu, dan sekarang semuanya lagi tunggu hasil audit untuk lihat apa yang akan terungkap. Maya pergi ke departemen keuangan untuk ambil dokumen-dokumen yang katanya sedang diverifikasi. Saat dia di sana, Jodi telepon aku marah besar, bicara ngawur di telingaku. Tapi aku terlalu lelah untuk peduli. Aku cuma bilang, serahkan semua pada Maya kalau dia masih mau pertahankan pekerjaannya.Maya bawa dokumen-dokumen itu ke auditor. Aku bilang ke Alex semua ini percuma karena dokumennya memang ada dan Jodi sudah kasih itu semua, artinya Carisa nggak mungkin bocorin informasi. Tapi Alex peringatkan aku kalau dia sudah punya salinan dokumen sebelumnya, lebih baik

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 44

    Keesokan harinya, kami berangkat pagi-pagi. Saat tiba di kantor, Pak Heru memanggil kami masuk ke ruangannya.“Citra, apa kabar? Aku sudah bicara dengan Peter, dan dia sangat khawatir. Dia cerita sedikit tentang apa yang terjadi, nggak terlalu rinci, tapi sepertinya Aditya memang bertindak bodoh.”“Aku nggak yakin dia bodoh atau nggak, Pak Heru. Tapi yang jelas, aku nggak lakuin hal yang dituduhkan padaku,” jawabku. Aku mulai membayangkan beliau berubah pikiran tentang mempekerjakanku.“Aku yakin kamu nggak lakuin itu, Citra. Aku sudah lama kenal Keluarga Lurdi. Mereka nggak akan bela kamu kalau mereka nggak yakin sepenuhnya dengan kejujuranmu! Dan kalau Omar bilang kamu orang paling jujur di dunia, aku percaya itu.” Heru tersenyum hangat padaku. “Sayangnya, aku nggak bisa kasih posisi sebagus sebelumnya, tapi aku butuh orang tambahan di departemen penjualan. Gajinya cukup baik dan aku yakin kamu bisa tangani pekerjaannya dengan mudah. Jadi kalau kamu mau, pekerjaan ini milikmu.”Aku t

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 43

    Aku merasa benar-benar kehilangan arah, nggak tahu harus berbuat apa. Minda pergi pagi-pagi, bersikeras untuk antar Panji ke tempat penitipan anak, sementara Lina bersikeras menemaniku seharian. Aku merasa itu ide yang bagus, dia orang yang luar biasa, memberiku banyak nasihat dan berkata bahwa tidak ada kesulitan yang berlangsung selamanya.Minda sempat bilang sebelum pergi kalau aku tak perlu melakukan apa-apa hari ini. Katanya dia akan bicara dengan ayahnya, dan malam ini kami akan putuskan langkah selanjutnya. Tapi entah kenapa, aku merasa nggak nyaman. Rasanya aku sudah terlalu sering ngerepotin Keluarga Lurdi.Aku dan Lina makan siang bersama, dan dia bercerita tentang anak-anak serta cucu-cucunya, yang ternyata nggak tinggal di Kota Pekanida. Semuanya tinggal terlalu jauh, jadi dia nggak bisa bertemu mereka setiap minggu. Makanya dia bilang betapa bahagianya dia bisa merawat Panji.Sore harinya, dia pergi ke pasar dan bilang akan jemput Panji setelah itu. Dia menyuruhku istiraha

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 42

    Sudut Pandang Jodi. Aku bersandar di ranjang dan menyalakan sebatang rokok, meniupkan asapnya sambil memandangi gimana asap itu menghilang di udara. Aku tersenyum dan berkata pada wanita di sampingku, “Selamat, sayang. Lagi-lagi kamu luar biasa banget. Nanti aku transfer uang ke rekeningmu, beli sesuatu yang kamu suka.” Aku tersenyum geli, membayangkan suaminya yang percaya dia wanita suci. “Aku cuma heran, gimana suami bodohmu itu nggak curiga dari mana asal uangmu?”Aku menatap selingkuhanku yang berbaring telanjang di sampingku. Ini bukan pertama kalinya dia memberiku informasi dan bantuan kecil. Kami sudah jadi kekasih gelap selama bertahun-tahun, dan nggak ada satu pun orang pernah curiga. Dia penuh tipu daya dan aku suka itu. Dia tertawa saat aku sebut suaminya, lalu mengambil rokok dari tanganku, mengisapnya, dan berkata, “Suamiku memang bodoh. Dia pikir semua yang aku beli itu palsu dan dia percaya aku cuma pakai perhiasan imitasi. Dia sebodoh Aditya, yang nggak sadar apa ya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status