Sagar dan Bella serempak menoleh pada asal suara yang menginterupsi keduanya. Sosok pria lain yang mengenakan jas putih khas dokter berdiri di sana.“Bella?” Jason menatap Bella dengan mata melebar. Ia juga hampir tidak percaya saat melihat siapa pria yang ada di dekat Bella.Bella mengerjap. Ia mengambil kesempatan ini untuk mendorong Sagar menjauh. Dengan kekuatan terbesar yang ia miliki, Bella berhasil membuat Sagar mundur beberapa langkah.“Do-dokter Jason? Apa … yang Anda lakukan di sini?” tanya Bella dengan gagap.Karena tidak sengaja menemukan kedua orang yang sepertinya sedang cekcok, rasa canggung menghampirinya—menghampiri mereka bertiga. “Ah, itu … aku sedang mengecek pasien VVIP. Entah kenapa aku tidak sengaja lewat sini, padahal biasanya tidak. Maaf, sepertinya aku–”“Apa Anda mengenal Bella, Dokter Jason?” Pertanyaan Sagar membuat Bella dan Jason sama-sama menoleh ke arahnya.“Em … ya, seperti yang Anda lihat Tuan Sagar. Dia salah satu pekerja di sini dan aku mengenalnya
“Kamu bertemu dengan mantan suami kamu? Lalu, bagaimana? Apa kamu tidak apa-apa?” tanya Bu Zalwa perhatian. “Dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh kan sama kamu?”Bella tersenyum atas perhatian Bu Zalwa padanya. “Aku baik-baik saja, kok, Bu. Hanya sedikit terkejut saja.”“Bella, seperti yang Ibu katakan tadi. Kalau kamu mau cerita, ceritakan saja pada Ibu, ya,” ucap Bu Zalwa sekali lagi. Ia tidak mau Bella menanggung semuanya sendiri.Bella mengambil napas panjang. Mungkin memang inilah saat yang tepat baginya untuk membuka diri dan menceritakan semua kejadian di masa lalunya.“Begini, Bu … sebenarnya dulu aku dan dia dijodohkan oleh kakek suamiku. Kami menikah bukan atas dasar cinta. Aku pun menerimanya karena keluarga mereka sangat berjasa dalam membantuku bertahan hidup. Kupikir, rasa cinta perlahan-lahan bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu, tetapi sepertinya aku kurang sabar. Kami mesra hanya di depan keluarganya saja dan status pernikahan pun hanya diketahui oleh keluar
"Aku memang tidak melihatnya secara langsung Bibi, tapi ...," ucapan Sagar tertahan, “Tapi, aku yakin, kalau orang suruhanku tidak akan salah memberikan informasi!"Hana dan Zoku menelan ludah payah mendengar perkataan Sagar. Keduanya saling menatap satu sama lain, seolah berbicara dari mata ke mata. "Kalau begitu, berarti anak itu adalah anakmu, Sagar?" tanya Kakek Zoku pura-pura terkejut.Zoku tidak ingin jika Sagar sampai tahu kalau ternyata selama ini diam-diam ia mengirimkan orang untuk mencari keberadaan Bella dan menyelidiki tentang kehidupannya.Sagar menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Kakek. Aku …," wajah Sagar terlihat bimbang, "A-aku tidak begitu yakin ...."Sagar mengembuskan napasnya kasar. Ia bingung harus mengatakan apa pada Kakek Zoku dan Bibi Hana soal anak itu. Di satu sisi, ia yakin kalau anak itu adalah anaknya, tapi di sisi lain dia juga ragu karena tidak bisa mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Semuanya masih terlihat samar-samar bagi Sagar."Kenapa bisa
"Kau! Beraninya ...."Stefany menggantungkan ucapannya, ia mengepalkan tangannya kuat menahan marah. "Kau, apa kau tidak tahu siapa aku, hah?!" katanya kemudian dengan nada sedikit mengancam.Tangan Bryan yang semula berada di atas meja kini berubah menjadi bersedekap dada. Ia merasa kalau wanita itu terlihat semakin menarik. "Tentu saja saya tahu. Anda adalah Nona Stefany Laudya. Saya bahkan lebih tahu banyak daripada yang Anda kira. Apa Anda kira nama Anda hanya dicap yang baik-baik saja? Apa saya perlu menyebutkan satu persatu tentang kabar buruk Anda, Nona Stefany?!"Kalimat Bryan barusan seperti sedang menekankan sesuatu sekaligus peringatan pada Stefany. Ia sudah tahu tentang semua kebusukan wanita itu. Bagi Bryan, hanya tinggal menunggu waktu saja untuk membuka semua kedok Stefany.Stefany yang mati kutu pun akhirnya memilih untuk pergi. Dia membanting pintu ruangan itu dengan cukup keras. Bryan yang melihat itu pun menyeringai puas. Dari awal, dia memang tidak begitu suka deng
"Tunggu dulu, apa maksudnya semua ini?" Bella menatap tak mengerti pada semua makanan-makanan itu."Bella, kamu tidak tahu, ya, kalau tadi ada seseorang berpakaian koki yang mengantarkan semua makanan ini ke sini. Katanya, ini semua kiriman dari suaminya Nyonya Bella Tasya," jelas Bu Farah. "Apa suamimu tidak memberitahukan dulu sebelumnya?" tanya Bu Farah sambil berkacak pinggang.Bella menggeleng pelan. "Aku, tidak tahu, Bu Farah. Aku saja terkejut melihatnya."Karin tersenyum menggoda. “Romantis sekali, sih! Sampai rela-rela kasih kejutan begini!”Pikiran Bella langsung melayang pada seseorang. 'Apakah semua ini kiriman dari Sagar?' batinnya bertanya-tanya. 'Tapi ... bukankah dia sudah kembali ke kota asalnya?'"Bella, coba lihat ini! Aku menemukan sebuah kartu ucapan dari suamimu!" Karin secara tak sengaja melihat sebuah kertas kecil persis di dekat ujung meja tempatnya berdiri. “Dibilang kalau ini dari suamimu! Masa kamu tidak percaya? Nih, coba baca sendiri.”Semua orang beralih
Mendengar itu, tatapan Bella pun langsung beralih pada Sagar. Dia menatap pria itu dengan tajam. "Asalkan Anda tahu saja, kalau anak ini bukan anak Anda! Lagi pula, apa alasannya Anda mengatakan kalau anak ini adalah anak Anda?! Bukankah kita tidak pernah tidur bersama sebelumnya? Jadi, mengapa bisa Anda berasumsi sampai seperti itu?!" napas Bella memburu. Bella tidak bisa lagi menahan sesak yang ia tahan sejak tadi.Sagar terdiam cukup lama. Ia merasa tidak percaya begitu saja dengan apa yang Bella katakan barusan padanya. Ia yakin, kalau anak itu adalah anaknya. Mengingat kejadian samar-samar di malam itu dan kejadian di mana Bibi Diana menemukan sebuah alat testpack di rumah mereka, membuat Sagar cukup yakin kalau Bella memang sedang mengandung anaknya waktu itu."Lalu, jika anak itu bukan anakku, lantas anak siapa dia memangnya?!" Sagar tersenyum miring ke arah Bella. Matanya pun terlihat mulai memerah karena menahan gejolak di dadanya. “Kamu tidak benar-benar tidur dengan laki-
“Kenapa tiba-tiba begini, sih, Ma?! Bukannya yang tunangan itu aku? Kenapa jadi Mama yang repot? Banyak hal yang harus aku persiapkan, Ma. Lagi pula, masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa kalau harus mendadak bertunangan begini.”Jason mencoba menjelaskan pada Indira jika pertunangan itu terlalu mendadak dan tiba-tiba. Ia yang awalnya berdiri karena syok kini menghempaskan badannya ke sofa dan menghela napas panjang. “Tidak bisa begitu, Jason! Mau sampai kapan kamu menunda-nunda pernikahanmu lagi? Mama saja sudah lelah memaksa kamu untuk menikah, maka dari itu Mama minta kamu bertunangan dulu saja.”“Tapi tetap saja, Ma.” Jason menggeleng-geleng lelah dengan tingkah laku Indira.Jason tidak paham dengan pola pikir orang tua zaman sekarang yang terus memaksakan anaknya untuk segera menikah karena takut umurnya jadi terlalu tua.“Apa Mama tidak bisa membiarkan aku dan Aurel dekat dari hati ke hati saja? Aku mau mencoba menjalin hubungan yang bagus dulu dengan Au
“Sejak kapan kamu melakukan tes DNA Gabriel?” pungkas Bella dengan mata yang melotot. Ia tidak tahu kapan dan bagaimana Sagar melakukan hal itu.“Tidak penting kapan aku melakukannya, kan? Yang penting adalah hasilnya!” jawab Sagar dengan tegas. Ia hanya ingin Bella menjelaskan semua padanya. “Bella, jadi dia benar-benar anak kita, ya?”Bella mendecak saat mendengar ucapan Sagar barusan. ‘Anak kita?’ batinnya dalam hati. ‘Aku membesarkannya sendirian tanpa dirimu!’Wanita di hadapan Sagar itu tidak berkata sepatah kata pun. Ia hanya menatap Sagar dengan tatapan tajam. Dadanya naik turun karena ia berusaha menahan emosi yang meluap dari dadanya.Bella tidak tahu kalimat apa yang harus ia ucapkan pada Sagar. Kepalanya dipenuhi oleh berbagai macam pikiran dan bayangan apa yang akan terjadi ke depannya.Seorang ibu tidak bisa hidup tanpa anaknya. Bella takut jika ia mengakui bahwa Gabriel adalah anak Sagar, Sagar akan mengambil Gabriel darinya.Sebagai pria yang menjalankan perusahaan bes