Share

68. Dasar Bodoh!

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-27 09:30:22

“Tolong jangan membohongiku. Aku tahu, kau mengatakan itu hanya untuk menahanku agar tidak pergi,” ucap Gabriella seraya mengepalkan tangan.

Mendengarkan penyangkalan itu, kekesalan Max tak dapat lagi diredam. Sembari mencengkeram lengan sang wanita, ia menunjukkan keseriusan lewat matanya.

“Aku benar-benar mencintaimu. Untuk apa aku menahanmu jika tidak ada rasa itu?”

Bibir Gabriella bergetar sejenak. “Untuk dijadikan pelampiasan jika memang tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan jabatan.”

Napas Max seketika kembali menderu. Ia sadar bahwa kepala wanita di hadapannya lebih keras dari batu. Perdebatan hanya akan menyia-nyiakan waktu.

“Terserah kau mau percaya atau tidak. Kau harus tetap ikut denganku.”

Tanpa basa-basi, sang pria mengunci pergelangan tangan istrinya. Selagi Gabriella kembali meronta, ia berjalan cepat membawa wanita itu menuju mobil.

“Hentikan, Max! Lepas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta CEO dalam Jebakan   69. Mengungkap Identitas si Peneror

    “Sejujurnya, aku mulai curiga saat pertama kali dia memanggilku Gaby. Aneh rasanya ketika seseorang yang tidak begitu akrab menyebut nama itu,” jabar Gabriella sebelum menggeleng samar. “Tapi itu hanya berdasarkan perasaanku saja.”Mata pria yang menyimak langsung menyipit. “Apakah ada hal lain?”Sang wanita mengangguk. “Dia terlalu sering menanyakan tentang proyek rahasiamu. Seolah-olah, ada sesuatu yang mendesaknya untuk segera tahu.”“Selain itu?”Alis Gabriella berkerut semakin dalam. “Peneror itu berkata bahwa kami pernah bertatap muka beberapa kali. Satu-satunya pria yang memenuhi kondisi itu adalah Sebastian.”“Bagaimana dengan Julian? Bukankah kalian juga pernah bertemu?”“Tidak. Sebelum aku menerima telepon itu, kami hanya bertemu dua kali. Dan, aku yakin bukan dia orangnya.”Helaan napas berembus samar dari mulut Max. “Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Cinta CEO dalam Jebakan   70. Dalang Sesungguhnya

    “Aku datang ke sini dengan maksud baik, ingin memeriksa kondisimu karena terancam kehilangan jabatan. Tapi ternyata, kau malah menuduhku sebagai orang jahat?” ucap Sebastian tak terima. “Kau tidak konsisten, Bas. Tadi kau bilang ingin mengucapkan selamat. Sekarang, kau menyatakan maksudmu untuk memeriksa kondisiku. Yang mana yang benar?” Helaan napas cepat terlepas dari mulut sang sekretaris. “Ini benar-benar tidak masuk akal,” gelengnya lambat. “Bagian mana yang tidak masuk akal? Kau diam-diam mengincar istriku atau kau menusukku dari belakang?” Sebastian tiba-tiba berdiri hingga kursinya hampir terjungkal. “Hentikan candaanmu! Ini sama sekali tidak lucu, Max. Selama ini, aku selalu berusaha menjaga kepercayaanmu. Apakah ini balasan yang kau berikan kepada orang yang telah setia kepadamu?” “Kau terlalu setia, Bas, dan aku baru menyadari hal itu. Kau bisa saja meneruskan perusahaan ayahmu. Tapi, kenapa kau malah memilih menjadi sekretarisku? B

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Cinta CEO dalam Jebakan   71. Melawan Perintah

    Satu kilometer dari gedung Quebracha, Max dapat melihat lampu menyala terang di ruang kerjanya. Hanya dalam sekejap, gemuruh napas yang sempat mereda kembali terdengar. “Kurang ajar! Peneror itu benar-benar mengobrak-abrik kantorku,” gumam sang pria seraya menggenggam kemudi lebih erat. “Kuharap dia masih di sana saat aku tiba. Dia tidak boleh lolos dan membahayakan Gabriella.” Selang beberapa menit, sang CEO akhirnya tiba. Entah kebetulan atau memang sudah direncanakan, pintu masuk terbuka lebar untuknya. “Apakah dia memang ingin menyambutku?” pikir Max yang sempat memperlambat langkah. Namun, setelah menimbang-nimbang sejenak, ia akhirnya mempercepat gerak menuju lift. Tepat di depan pintu yang tertutup rapat, pria itu mendesah tak percaya. Tulisan “error” tertera di semua layar. “Apakah dia mempermainkanku atau sedang menguji keseriusanku?” Setelah berdecak kesal, Max bergegas menuju tangga darurat. *** Gabr

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Cinta CEO dalam Jebakan   72. Pertemuan Rahasia

    “Maaf, Bas, bisakah kau mengemudi lebih cepat?” pinta Gabriella sembari terus menatap ke depan. Jalanan sedang dalam keadaan lenggang, tetapi mobil mereka sudah beberapa kali disalip oleh mobil lain. “Maaf, Nyonya Evans. Aku harus mengutamakan keselamatan,” tolak sang sekretaris dengan nada santai. “Tapi, tidak banyak kendaraan di jalan ini. Kurasa tidak apa-apa jika kau menambah sedikit kecepatan.” Sedetik kemudian, Sebastian menoleh dan menghela napas samar. “Sekarang aku mengerti kenapa Max bisa jatuh hati padamu. Kau sangat manis dan penuh perhatian,” ucapnya tanpa terduga. Kedipan mata Gabriella spontan membeku. Dengan alis berkerut, ia berusaha memecah ketegangan. “Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?” desahnya diiringi gelengan kecil. Dalam sekejap, raut sang sekretaris berubah datar. “Apakah kau merasa tak nyaman? Maaf. Aku hanya mencoba membantumu meredakan kekhawatiran.” Sambil berkedip datar, sang wanita mengembalikan p

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Cinta CEO dalam Jebakan   73. Akulah Peneror Itu

    “Sebastian? Kenapa kau ikut masuk? Keluarlah! Peneror itu bisa membatalkan pertemuan jika dia tahu aku bersama seseorang,” desak Gabriella dengan suara pelan. Wanita polos itu sama sekali tidak curiga dengan ekspresi santai sang pria. “Tenang saja. Dia tidak akan membatalkan pertemuan. Bukankah dia berada di ruang tengah?” “Ya, tetap saja ....” Kata-kata sang wanita mendadak terhenti oleh akal sehat. Dengan kedipan cepat di bawah kerutan alis, ia memiringkan kepala. “Dari mana kau tahu bahwa peneror itu mengungguku di ruang tengah?” Sudut bibir yang semula tinggi seketika turun. “Apakah aku salah dengar? Itulah yang dikatakan oleh pelayan tadi kepadamu.” Sembari menimbang-nimbang, Gabriella menatap sang sekretaris dengan guratan bimbang di dahi. “Kalau begitu, tunggulah di sini. Aku tidak ingin kehadiranmu membuat peneror itu marah.” Bibir Sebastian spontan mengerucut. Dua detik kemudian, tanpa terduga, ia mengulurkan tangan hendak menyentuh r

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Cinta CEO dalam Jebakan   74. Kebenaran yang Sulit Dipercaya

    Melihat Gabriella yang mematung dengan wajah pucat, sebelah sudut bibir sang pria terangkat samar. “Apakah kau masih terkejut dengan perlakuan Sebastian? Maaf, dia memang sudah terobsesi sejak pertama kali melihatmu.” Diam-diam, sang wanita melirik ke arah sang sekretaris. Laki-laki yang baru saja duduk di sofa itu sudah kembali memasang raut serius, ekspresi yang selalu ia tunjukkan setiap kali berhadapan dengan urusan kerja. “Apakah kau kesal karena aku menghentikan aksimu?” tanya dalang sesungguhnya kepada Sebastian. Sang sekretaris mengangkat pundak singkat. “Apa yang bisa kulakukan jika Anda sudah memberi perintah?” timpalnya santai. Menyaksikan keakraban dua orang di hadapannya, napas Gabriella semakin menderu. “Kenapa kalian tega melakukan semua ini kepada Max? Apa kesalahannya sampai kalian menginginkan dia jatuh?” tanyanya dengan suara tipis dan bergetar. Rasa sesak dalam dada telah menyempitkan kerongkongannya. Si dalang dan tangan k

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Cinta CEO dalam Jebakan   75. Tawaran Kerja Sama

    “Aku tidak akan sudi berpihak kepadamu!” seru Gabriella dengan sorot mata tajam meski air mata bisa jatuh kapan saja. “Jangan salah paham dulu,” geleng si pria tua sembari mengangkat kedua alisnya. “Aku justru ingin memberikan keringanan kepada anak haram itu. Bukankah kita sudah sepakat bahwa pilihan pertama jauh lebih baik?” Gabriella menatap sang mertua dengan tampang datar. Tidak sedikit pun otot wajahnya berani bergerak. “Karena itu, bantulah Max dengan membuatnya memilih Quebracha. Aku sudah menyiapkan dua skenario yang bisa kau lancarkan.” Sedetik kemudian, telunjuk Herbert teracung di udara. “Skenario pertama. Kau bisa mencuri dokumen yang selalu dia rahasiakan dan menyerahkannya kepada Julian.” “Lalu kau bisa menendangnya keluar dari perusahaan? Aku tidak sebodoh itu!” Tawa kecil sontak terlepas dari mulut si pria tua. “Jangan gegabah dalam menarik kesimpulan. Pikirkan bagaimana aksi itu akan akan membuatmu terlihat se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Cinta CEO dalam Jebakan   76. Aku atau Perusahaan

    “Max, aku baik-baik saja,” ujar Gabriella dengan suara pelan dan datar.“Maaf, Gaby. Aku tidak bisa memercayai Sebastian begitu saja,” sahut sang pria sembari terus menelusuri tubuh istrinya.Mendengar kesungguhan sang suami, Gabriella hampir saja menghela napas berat. Si peneror memang tidak meninggalkan jejak yang terlihat. Akan tetapi, sang wanita tetap merasa bersalah karena tidak berdaya saat dirinya disentuh oleh pria lain.“Apa saja yang dia lakukan kepadamu?” tanya Max sembari menekuk lutut untuk memeriksa kaki sang istri.“Tidak ada apa-apa, Max. Dia hanya mengantarku,” bohong wanita itu sambil berusaha mendatarkan ekspresi.“Benarkah?” timpal sang pria dengan sebelah alis bergerak naik. “Apa kau tahu bahwa Sebastianlah yang menyusun rencana untuk menjebakku di kantor? Aku sempat berpikir kalau dia sengaja mengulur waktuku agar dapat menculikmu.”Mendengar kekha

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31

Bab terbaru

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 20. Bahagia Selama-lamanya

    “Woah!” desah Cayden saat sang ayah menempatkannya di atas punggung seekor kuda poni. Dengan mata bulat, ia mengamati ketinggiannya dari tanah. Meski tidak seberapa, balita bertopi koboi itu tetap menunjukkan senyum semringah. “Bagaimana, Evans Kecil? Apakah kau senang?” tanya wanita yang memegang tali kekang si kuda. Tak berani banyak bergerak, Cayden pun mengangguk dalam sudut terbatas. “Ya, Greta. Ini mendebarkan!” sahutnya antusias. “Mendebarkan?” gumam Gabriella seraya mengerutkan sebelah alis. Sambil terus menimang keponakannya, wanita itu mengungkapkan keheranan. “Dari mana kau mempelajari kata itu, Pangeran Kecil?” “Papa sering menyebutnya,” jawab sang balita, sukses membuat sang ayah meringis. “Papa berkata kalau malam yang dilewati bersama Mama selalu mendebarkan.” Selagi Gabriella melotot ke arah sang suami, Greta tertawa terbahak-bahak. “Astaga, Max. Kurasa, kau harus lebih berhati-hati sekarang. Putramu yang jenius ini bisa menyer

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 19. Ayo Kita Pulang

    “Kalau Kakek benar-benar menghindar, aku benar-benar akan berhenti dari perusahaan,” ujar Julian, sukses membekukan langkah Tuan Hunt. Pria tua itu kini berkedip-kedip mencerna perkataan yang ia kira salah dengar. “Posisiku sebagai CEO sedang terancam karena suatu hal. Aku berusaha merahasiakannya dari kalian semua. Bahkan Mia saja tidak kubiarkan tahu. Tapi ternyata, itu sama sekali tidak mudah. Pikiranku menjadi terombang-ambing. Dan karena beban yang terlampau berat, emosiku akhirnya meledak. Aku sangat menyesal hal itu harus terjadi di hadapanmu.” Mendengar nada yang terkesan jujur itu, Tuan Hunt perlahan memutar tumpuan. Dua detik kemudian, ia melihat butiran bening meluncur dari mata sang cucu. “Aku sudah berusaha kuat dan tegar, Kek. Kupikir, aku bisa mengatasi semua masalah. Tapi ternyata, sampai detik ini pun, aku belum menemukan solusinya. Karena itu pula, aku marah saat gagal menemukan Grace dan dirimu di pemakaman. Rasanya, aku ini laki-laki yang

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 18. Aku Lebih Baik Menghilang

    “Ck, kenapa Kakek kabur seperti ini? Membuatku semakin merasa bersalah saja,” gerutu Julian di sela desah napas yang terengah-engah. Sambil terus menggenggam pesan dari Tuan Hunt, ia melangkah menyusuri jalan setapak yang dipagari barisan pepohonan. “Apa yang harus kulakukan jika Kakek tidak ada di sana? Ke mana aku harus mencarinya?” pikir pria yang tak mampu menghapus kerutan dari wajahnya. Beban yang menekan jantung terlampau berat untuk diabaikan. Selang beberapa saat berkutat dengan kebisingan dalam telinga, Julian akhirnya menggeleng cepat dan mengerjap kuat. “Tidak, tidak. Kakek pasti ada di sana. Aku akan membawanya pulang dan keadaan otomatis kembali menjadi seperti semula,” angguk pria itu, memupuk harapan. Tanpa menghiraukan keresahan yang terus berputar dalam otaknya, ia melaju lebih cepat. Begitu melewati gerbang pemakaman, langkah Julian spontan tertahan. Pelupuk mata yang semula berat kini terangkat maksimal. Apa yang ia harapkan lagi-l

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 17. Kau Seharusnya Bersyukur

    “Papa,” panggil Cayden pelan. Sedetik kemudian, balita itu menyodorkan sepotong roti yang telah ia bersihkan dari selai. “Aku sudah kenyang,” lanjutnya dengan senyum penuh makna. Memahami maksud hati sang putra, Max sontak menaikkan alis. “Kau ingin Papa menghabiskan rotimu lagi?” Sembari memperlihatkan deretan gigi mungilnya, Cayden mengangguk. Selang satu embusan napas samar, sang ayah mulai menggetarkan udara dengan tawa. “Astaga, Gaby. Lihatlah kelakuan Pangeran Kecil! Aku bisa menggendut jika dia terus menyodorkan makanan kepadaku,” tutur pria itu seraya menunjukkan roti kedua yang ia terima dari sang putra. “Habiskan saja, Max. Kau membutuhkan tenaga lebih untuk membantu Pangeran Kecil merawat Hasty,” timpal wanita yang sedang membersihkan piring dengan spons. Mendengar tanggapan sang ibu, mata Cayden langsung membulat. “Apakah aku boleh ke kandang kuda sekarang? Aku sudah selesai sarapan, Mama.” “Ya, tapi kau harus mencuci wajah

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 16. Aku Akan Meminta Maaf

    Tiba-tiba, Julian menjatuhkan wajah ke tangkupan tangannya. Setelah mengembuskan napas berat, ia kembali menegakkan kepala dan menunjukkan ekspresi yang tak terdiskripsikan. “Kau tahu? Aku sama sekali tidak bermaksud menakuti ataupun menggertak. Aku hanya tidak ingin kejadian tadi terulang,” tegas pria itu dengan wajah mengernyit. “Ya, aku tahu,” timpal Mia dengan penekanan yang tak kalah dalam. “Tapi kau bisa melakukannya tanpa harus menyakiti perasaan Kakek, Julian. Masalah ini bisa dibicarakan secara baik-baik.” Sembari menggertakkan geraham, Julian menggeleng samar. Kebingungan mulai menggetarkan bola matanya. “Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah telanjur membuat Kakek sedih.” “Meminta maaf?” timpal Mia seolah tak yakin dengan jawabannya. “Apakah itu saja cukup?” tanya sang pria, ragu. Ia mulai sadar bahwa kemarahannya tadi memang sudah melewati batas. Sembari menimbang-nimbang, sang wanita mengangguk-angguk. “Asalkan

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 15. Sudah Keterlaluan

    “Greta, apakah kau sudah menyiapkan roti panggang yang lezat untuk kami?” tanya Cayden saat si pemilik rumah membuka pintu lebih lebar untuk menyambutnya.Melihat sang ayah masih sanggup berjalan, wanita dengan lengkung alis tinggi itu sontak mengembuskan napas lega. Setelah menggeleng-geleng sesaat, barulah ia membalas tatapan balita yang masih menggenggam tangan Tuan Hunt dan menunggu responnya.“Tentu saja sudah. Apakah kau lapar?” tanya Greta sembari memalsukan senyuman.“Bukan aku, tapi Kakek. Aku mendengar suara napasnya sangat lelah di sepanjang jalan. Kakek harus makan roti yang banyak,” sahut Cayden dengan ekspresinya yang khas—mata bulat dan bibir mengerucut.Sambil mengelus kepala putranya, Gabriella menekuk lutut. Setelah berhasil menyejajarkan pandangan, wanita itu memiringkan kepala. “Bagaimana kalau sekarang kau mengajak Kakek makan? Kau tahu di mana Greta meletakkan piring rotinya, bukan?&rdq

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 14. Penyesalan Tuan Hunt

    “Maaf, Julian. Tadi aku mengajak Grace menemui nenekmu sebentar. Sekarang, aku bermaksud untuk membawanya pulang. Kami tidak berkeliaran,” terang Tuan Hunt dengan ekspresi yang tak terdeskripsikan. Meski begitu, suara paraunya mampu menyentuh hati orang-orang, selain sang cucu. “Tapi jalan pulang ada di sebelah sana, Kek!” sambar Julian, masih dengan alis terangkat maksimal. Ia sama sekali tidak iba melihat punggung bungkuk yang semakin terbebani oleh rasa bersalah. “Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu? Apakah kau tidak sadar bahwa kenekatanmu ini bisa mendatangkan masalah? Bukankah kita sudah sepakat untuk pergi bersama? Kenapa malah diam-diam membawa Grace pergi?” lanjutnya, mempertebal kerutan di dahi sang kakek. Merasakan kemarahan sang ayah, Putri Kecil mulai mengerutkan alis. Ia belum pernah mendengar suara selantang itu. Ketika matanya tertuju pada wajah murung Tuan Hunt, bayi itu pun mencebik. Sedetik kemudian, tangisnya mulai menjadi-jadi. Sambil

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 13. Keputusasaan Seorang Ayah

    Setibanya di pemakaman, Julian spontan tercengang. Apa yang ia lihat benar-benar di luar ekspektasi. Tidak ada keberadaan pria tua ataupun bayi di antara batu-batu nisan. Sang kakek dan Grace sama sekali tidak meninggalkan jejak. “Tidak mungkin,” gumam Julian sembari mempercepat langkah. Tanpa memedulikan upaya awalnya untuk tetap tenang, pria itu melaju ke arah blok yang sempat disebutkan oleh Greta. Setelah mencari-cari beberapa saat, ia akhirnya menemukan nama sang nenek di salah satu batu. “Benar, inilah tempatnya. Mereka seharusnya di sini,” desah Julian, terdengar putus asa. Dengan kerut alis yang dalam, ia berputar-putar, berusaha menemukan jejak sang putri ataupun Kakek Hunt. Malangnya, sejauh apa pun mata memandang, dua orang itu tetap berada di luar radar. “Ck, kenapa bisa begini?” gerutunya sembari mencengkeram kepala. Mengendus kekesalan yang teramat pekat, Mia sontak meraih lengan suaminya. Ia tahu bahwa sang pria telah gagal meng

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 12. Grace dan sang Kakek

    Sembari mengambil napas, Tuan Hunt menyeka pipi cucu buyutnya. Mata merah Grace memang tidak lagi menumpahkan kesedihan. Akan tetapi, pria tua itu masih merasa bersalah karena telah membuat sang bayi menangis. “Maafkan aku, Grace. Aku seharusnya berjalan lebih tenang agar kau tidak terbangun,” bisik sang kakek di sela desah napas yang tidak beraturan. Setelah wajahnya mengering, Grace menyandarkan kepala di pundak Tuan Hunt. Sambil berkedip lambat, ia mengerucutkan bibir. Kerut alisnya menyatakan bahwa dirinya masih ingin bergulung dengan selimut di tempat tidur. Bayi itu heran mengapa ia malah bersama sang kakek buyut, duduk di sebuah bangku panjang di tepi jalan setapak. “Padahal sewaktu masih muda, aku hanya memerlukan lima belas menit untuk tiba di pemakaman nenek buyutmu. Tapi sekarang, kenapa rasanya sangat melelahkan dan lama sekali?” gerutu Tuan Hunt seraya menyeka jidat dengan sebelah tangan. Selang satu embusan napas cepat, pria tua itu kemb

DMCA.com Protection Status