Satu setengah tahun sebelumnya…!
Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.
“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.
Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.
Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.
Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.
“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam terhadap keturunannya dan ambil kembali harta yang dia rampas itu!” itulah kata-kata keras orang yang ngaku kakek buyutnya dalam mimpi pemuda ini.
Anehnya, kakeknya itu dalam mimpinya berwajah bule, dengan rambut mirip jagung dan mata kebiru-biruan.
Mahyadin kini baru berusia 22 tahun, namun mempunyai bentuk tubuh seperti pemuda dewasa ini hanya termenung. Pria dalam mimpinya yang mengaku kakek buyutnya tak dia kenal, ibunya pun saat dirinya tanya tak tahu siapa pria bule bernama Pet Jan Terling, yang mengaku kakeknya itu.
“Ibu tak tahu, yang ibu tahu, nama ayahmu Midi, lalu kakekmu bernama Rafi, setelah itu ibu tak tahu lagi, dari pihak ibu pun nama kakekmu Ijun, kakek buyutmu Targo. Habis itu ibu tak hapal lagi buyut-buyut kamu, seingat ibu tak ada yang bernama Pet Jan Terling itu,” kata Galuh, saat Mahyadin mengisahkan mimpi nya itu.
Mahyadin yang kini kuliah disalah satu kampus swasta di Banjarmasin ini benar-benar bingung dengan makna mimpi dia tersebut.
Tak hanya sekali, tapi ini sudah yang ke 5 kalinya. Mimpinya selalu sama yakni orang yang mengaku Durangga dan juga mengaku kakek buyutnya minta Mahyadin balas dendam pada keturunan Tungga, Bino dan Jabir.
“Pada siapa aku bertanya siapa sebetulnya kakek Pet Jan Terling dan anaknya Durangga itu..?” tanpa sadar Mahyadin bicara sendiri.
Besoknya Mahyadin melupakan sejenak mimpi itu dan dia seperti biasa ke kampus dengan jalan kaki dan hari itu merupakan ujian semester.
Mahyadin adalah seorang pemuda memiliki wajah sangat tampan dan kulit kuning keputihan, sebetulnya lebih mirip anak orang kaya daripada anak Bik Galuh yang sederhana dan hanya bekerja sebagai tenaga laundry.
Saat masih SMP dan lanjut ke SMU dia sering di olok si bulay alias si bule, awalnya ia marah, tapi lama kelamaan ia akhirnya sadar, wajah dan kulitnya memang agak beda dengan kawan-kawannya di sekolah, yang rata-rata berkulit sawo matang atau agak gelap.
Untungnya bola mata Mahyadin hitam, bukan biru.
Sejak kecil sering ia bertanya, kenapa wajahnya sangat beda dengan kawan sepermainannya.
Tapi Galuh hanya mengatakan, wajah Mahyadin keturunan bapaknya yang sangat ganteng saat muda.
Galuh tak mau terbuka perihal siapa ayah kandung Mahyadin, hanya nama saja yang disebut, asalnya darimana dan keturunan ras mana Galuh tak pernah bercerita secara lengkap.
Galuh seperti menyembunyikan rahasia yang besar tentang anaknya ini.
Dia sebetulnya sangat kaget saat Mahyadin menceritakan soal mimpi tersebut.
“Belum saatnya kamu tau Nak…nanti kamu akan tahu siapa kamu sebenarnya!” kata Bik Galuh dalam hati, setiap kali menatap wajah ganteng anaknya ini.
Saat Mahyadin aseek berjalan menuju kampus, ada sebuah motor berhenti dan ketika membuka helm, terlihatlah wajah cantik manis seorang gadis remaja.
“Mahyadin…ayooo ikut aku, ntar kamu telat lohh,” sapa gadis manis ini.
“Ga-papa nih Wine…ntar pacar kamu marah lohh?” sahut Mahyadin pada gadis yang bernama Wine ini.
Wine yang diam-diam sudah lama menaksir Mahyadin langsung bilang tak apa-apa dan itu urusan dia dengan pacarnya.
Mahyadin tersenyum dan langsung ambil alih motor bebek milik Wine, kini Wine duduk di boncengan dan tanpa sungkan memeluk dengan erat tubuh Mahyadin, dia menyandarkan tubuhnya ke punggung Mahyadin yang kokoh tapi kurus ini.
Radin bukanlah pemuda munafik, dia termasuk lemah terhadap wanita, dia tak pernah menolak setiap kali ada wanita yang menyukainya.
Saat SMU perjakanya sudah melayang oleh seorang wanita yang berusia diatasnya. Itu terjadi setelah dia dan ibunya pindah dari kampung halamannya di Kabupaten Tatahan ke Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan, setelah ia menamatkan SMP nya.
Di Banjarmasin Galuh pun kerja serabutan, agar anaknya ini bisa lanjutkan sekolah dan kini sudah berlanjut kuliah, beda saat berada di desa dia hanya bertani.
Hilangnya perjaka berawal saat Mahyadin ini masih remaja tanggung, yakni mendapat tugas dari gurunya mengantar sebuah undangan ke Dinas Pendidikan, karena sekolah mereka akan mengadakan perpisahan dengan siswa-siswa kelas 12, Mahyadin yang saat itu menjadi Ketua OSIS tentu saja sibuk sebagai ketua panitianya.
Kala itu ia menunggu Kepala Dinas Pendidikan yang lagi rapat dan dia di suruh seorang staf wanita agar menunggu. Staf wanita ini senyum-senyum melihat remaja tampan ini duduk termenung sambil membaca koran yang terletak di meja.
“Siapa nama kamu dek?” tanya staf wanita itu sambil memandang wajah remaja kurus namun tampan ini.
“Mahyadin bu…!”
“Jangan panggil ibu donk, saya masih muda lohh!” katanya sedikit genit.
Mahyadin lalu menoleh dan menatap sambil tersenyum wanita yang dia taksir berusia sekitar 23 tahunan ini.
Ia sempat menatap lama rok span yang agak ketat milik wanita cantik ini, sebagai remaja yang mulai puber-pubernya Mahyadin pun begitu, tak akan pernah bisa melewatkan hal-hal yang bisa membangkitkan jiwa pubernya.
Rasa ingin tahu itulah yang membuatnya menatap begitu. Wanita ini berdehem dan Mahyadin malu sendiri lalu mengalihkan pandangan ke wajah wanita ini, sambil tersenyum malu-malu.
“Panggil ka Dini yaaa…!” kata wanita ini tersenyum, saat senyum inilah Mahyadin yang masih abege labil ini mengakui dalam hati kalau Dini ini sangat cantik.
“Iya Ka Dini...masih lama ya Ka bapak Kadis nya rapat, kalau lama saya titip sama kaka ajah suratnya!” sahut Mahyadin sambil terus menatap wajah cantik dan glowing Dini.
“Kenapa…? ga betah yaa di sini, kan ada kaka nemani…mau minum apa, teh apa kopi atau susu!” Dini kembali menatap Mahyadin, kali ini dia sampai lama menatap paha Mahyadin, hingga remaja ini makin tersipu dan merapatkan pahanya.
“Teh aja ka!”
“Tak mau susu yaa…!” ceplos Dini dengan nakal sambil mengedipkan mata ke Mahyadin, hingga remaja ini mau tak mau tertawa dan bilang ga doyan.
“Kalau susu asli doyan ga?” Dini malah makin suka menggoda Mahyadin yang terlihat kikuk dan malu-malu ini.
“Susu asli itu….susu sapi ya Ka?” jawab Mahyadin dengan muka polos dan lugu.
Dini hampir tergelak mendengar jawaban remaja yang memang tampan manis ini.
*****
BERSAMBUNG
“Hmmm…pernah liat ibu-ibu ngasih ASI ke bayi ga?” tanya Dini nge-balik ucapan Mahyadin.Mahyadin yang memang lugu ini menganggukan kepala.“Pingin ga…?” pancing Dini tertawa kecil.“Emank punya Ka Dini bisa ngeluarin ASI?” Mahyadin yang polos akhirnya terpancing juga.Dini akhirnya langsung tergelak mendengar ucapan apa adanya remaja ini.“Nanti…kalau kamu mau…hmmm…catat deh nomor telepon ka Dini yahhh!” Mahyadin yang tak paham soal ini dengan polosnya langsung mencatat nomor hape Dini.Tak lama kemudian wanita yang memiliki pantat agak lentik dan menggoda ini keluar ruangan, dan tak sampai 10 menitan sudah datang kembali dengan gelas berisi minuman teh manis hangat. Hanya berselang 15 menitan, pa Kadis yang ditunggu-tunggu masuk ke ruang tunggu dan melihat Dini sedang berbincang dengan seorang anak remaja berseragam SMU, dia bertanya ada keperluan apa kepada Mahyadin.Mahyadin pun menyampaikan maksud dan tujuannya serta menyerahkan surat undangan itu. Setelah berbasa-basi dengan ho
Ingat masa remajanya…Mahyadin hanya tersenyum, tapi dia tak menyesali apa yang sudah dia perbuat dengan Dini dan kini masih terus berlanjut, Mahyadin telah jatuh cinta dengan janda muda ini.Bagaimana dengan Wine…yang kini sedang merasa nyaman bersandar di punggungnya…?Tak terasa Mahyadin kini sampai di kampus dan Wine senang sekali bisa berboncengan dengan Mahyadin.“Nanti pulangnya barengan lagi yahh,” kata Wine. Mahyadin hanya mengangguk sambil tersenyum.Melihat senyum Mahyadin, Wine menahan kakinya dan menatap pria yang sangat menarik hatinya ini.“Kapan kamu ada waktu ke rumahku?” pancing Wine.“Nunggu kamu putus dengan pacar kamu!” sahut Mahyadin cepat, Wine langsung tertawa dan berbisik emank pria saja yang bisa punya banyak pacar, wanita juga bisa.“Dasarrrr…uda ahhh yuks masuk kelas, bentar lagi perkuliahan di mulai!” kata Mahyadin sambil merapikan
Mahyadin bingung apa yang dia hadapi saat ini. Dibilang bertemu hantu, tapi kaki orang misterius itu menapak tanah, dibilang manusia, kenapa bisa menghilang tanpa ia ketahui…!Mahyadin yang merasa ngeri sendiri kemudian masuk lagi ke dalam rumah, lama baru bisa memejamkan mata, jelang tengah malam baru dia bisa tertidur disamping kekasihnya.Saat dia dan Dini untuk kesekian kalinya bercinta pada paginya, Dini sampai jengkel karena Mahyadin sudah hampir 1,5 jam lebih tak klimaks-klimaks juga, sampai perih punya dia dan menatap wajah kekasih mudanya yang seakan tak menikmati percintaan mereka.Dini lalu turun dari tubuh Mahyadin dan menatap cemburu wajah pria yang makin dewasa dan semakin tampan ini, terlebih kini brewoknya mulai tumbuh di kedua pipinya.“Kamu lagi mikir siapa…pacar baru yaa!” tegur Dini sambil menarik wajah Mahyadin dan menatapnya tak senang, karena cemburu.Mahyadin tersenyum dan menatap wajah kekasihnya i
Pria tua ini tersenyum lalu dia mendekati pemuda yang dia panggil Radin ini, lalu mengusap pelan wajah pemuda ini sambil mulutnya komat-kamit, seperti merapalkan bacaan ajian tertentu.Setelah mengusapnya perlahan, pria ini menekan dada Mahyadin dan antara sadar dan tidak, Mahyadin seakan menerima hawa panas yang menjalari tubuhnya.Dalam tidurnya, Mahyadin seakan bermimpi dan melihat ada 3 orang dengan wajah beringas sedang berjalan menuju gubuk tempat mereka.Sampai di halaman gubuk itu, pria itu berkacak pinggang dan berteriak.“Pet Jan Terling, hari ini juga kamu harus menyerahkan kitab itu, kalau kamu menolak, nyawa kamu taruhannya!” teriak pria ini, dia sudah menghunus goloknya yang tajam.Pria yang dipanggil Pet Jan Terling ini keluar dari gubuk itu, wajahnya tersenyum menatap siapa yang datang dan berteriak itu, dia terlihat sangat tenang dan tak ada ketakutan dari wajahnya, dia menatap 3 pria yang kini semuanya menghunus golok
Kadang Ki Janos menggendong Satem dan membawanya dengan kecepatan yang sulit dipercaya, Ki Janos bak melayang saja berjalan di dalam hutan dan jauh meninggalkan bekas perkelahian tak seimbang tadi.Anehnya, Mahyadin juga enteng saja mengikuti keduanya, Mahyadin juga seakan punya ilmu melayang.Uniknya keduanya sama sekali tak tahu kalau Mahyadin mengikuti mereka, seakan-akan Mahyadin ini adalah roh yang tak terlihat.Dua hari kemudian, Satem melahirkan bayi laki-laki yang dinamakan Durangga, sayangnya Satem yang masih berduka kehilangan Pet Jan suaminya ini, meninggal dunia setelah mengalami pendarahan usai melahirkan.Bayi Durangga yang malang ini akhirnya dipelihara Ki Janos sampai besar.Sampai di sini, bak menonton sebuah film, layar pun menyatakan film itu selesai.Mahyadin langsung tersadar…rohnya seakan masuk kembali ke raga dia dan kini dia sudah sadar kembali, se-sadar-sadarnya.Ia menatap kebingungan wajah Durangga ya
Saat melepas bajunya, Dewi sempat melirik Ki Sanus yang ternyata sudah duduk bersemedhi dari jarak 5 meter dari dia dan memejamkan mata. Sayup-sayup dia mendengar suara Ki Sanus.“Tak usah ragu…lepaskan pakaian kamu dan ikuti apa yang kubaca…!” Dewi bergidik kedinginan, tapi dia patuh dan kini badannya polos, lagi-lagi dia melirik Ki Sanus, namun pria itu tetap memejamkan mata dan tidak memperhatikan dia.Dewi pun tenang dan tak malu-malu lagi, dia pun kini duduk polos di sebuah batu datar dengan badan menggigil kedinginan.Baru pertama kali Dewi berani polos begini di depan seorang pria yang bukan suaminya. Namun tekadnya untuk memiliki keturunan mengalahkan rasa sungkan dan malunya itu.Keanehan mulai Dewi rasakan, saat konsentrasi dan ikut melapalkan apa yang dibaca Ki Sanus, badannya mulai hangat dan kini dia merasa nyaman tidak lagi menggigil kedinginan seperti tadi.Lama-lama Dewi pun kini tenggelam dalam semedhinya
“Ki…!” hanya itu ucapan Dewi dan selanjutnya bibirnya mencium bibir Ki Sanus, pria tua yang awet tampan ini tersentak kaget dengan perbuatan Dewi.Ki Sanus yang seumur-umur tak pernah berciuman dengan wanita ini terpana, akal sehatnya sempat hilang seketika, untung dia cepat ingat kalau Dewi adalah pasiennya, sehingga dia mampu menolak godaan nafsu dari Dewi.Ki Sanus tidak melupakan pesan Ki Janos gurunya.“Ingat…bila kamu sampai berhubungan badan dengan wanita yang bukan istri sah mu, maka semua kesaktian kamu akan lenyap,” pesan Ki Janos.Ki Sanus lalu menepuk bahu Dewi, dan wanita cantik itupun lunglai setengah pingsan, saat dia memandang Dewi yang polos dan seperti tertidur, Ki Sanus hanya menghela nafas panjang.“Maafkan aku guru…hampir aku melanggar pantangan berat…!” kata Ki Sanus dalam hati. Ki Sanus pelan-pelan membangunkan Dewi dan meminta wanita ini berpakaian dan mengajakn
Tiga bulan lebih…artinya habis masa iddah Dewi, Ki Sanus yang setiap hari bercengkrama dengan Dewi mulai merasakan ada sesuatu yang beda.Pria tua ini diam-diam mulai menyukai Dewi, walaupun dia berusaha keras menolak itu. Namun rasa cinta yang datang alami ini sulit dia elakan, ternyata perasaan yang sama juga dialami Dewi, di mata Dewi, Ki Sanus pria romantis.Dan yang membuat Dewi makin menyukai ada bonus lainnnya, yakni Ki Sanus pria tampan karena dia merupakan blasteran Belanda, dan badannyapun bersih walaupun tinggal di hutan, tak terlihat kerutan apapun di wajah Ki Sanus, benar-benar awet muda.Dari Galuh, Dewi banyak tahu kalau Ki Sanus selama ini tak pernah mau bergaul dengan wanita.“Ki Sanus tidak pernah beristri…dia bilang musuh-musuhnya sangat banyak, sehingga kasian kelak anak dan istrinya…itulah alasan beliau dari dulu tak mau berumah tangga!” ungkap Galuh pada Dewi. Galuh merupakan anak
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami