“Kamu masih tetap cantik…malah makin seksi begini!” puji Radin pelan, matanya bak menelan bulat-bulat body Dini, hingga Dini risih sendiri.
“Gomballll…pasti kamu sudah tak ingat lagi dengan aku yang kini makin tua, apalagi setelah lama tinggal di Jakarta dan jadi orang yang sangat kaya raya!” sungut Dini.
Radin lalu memeluk Dini dan mencium harum tubuh wanita yang baru mandi ini. Radin jadi ingat masa-masa indah mereka kala dia masih berumur 18 tahunan dan perjakanya di ambil janda cantik ini. Kenangan itu tak akan dia lupakan sampai kapankan, Dini-lah guru bercintanya dan membuat dia jadi lelaki dewasa.
Rambut Dini masih basah saat Radin membelainya dan kini dia merenggangkan pelukan dan kembali menatap Dini yang tentu saja sudah makin matang di usianya yang hampir 32 tahun.
Radin lalu melumat bibir Dini, tapi anehnya Dini langsung mendorongnya saat Radin mulai menggerayangi badannya, hingga handuknya hampir terlepas.
Dini sendiri harus menga
“Oke…gini…cuaca agak panas…kita bicara di lobby hotel itu yaa…kebetulan aku mau nginap di sana!” kata Radin sambil menunjuk hotel yang kini hanya berjarak 100 meteran dari insiden tabrakan tadi.“Baik…kamu jalan duluan, aku ikut di belakang, awasss kalau kamu kabur, sebenatr aku foto dulu plat mobil kamu, biar enak nanti lapor polisi kalau benaran kabur!” ancam si wanita cantik ini malah mengeluarkan ponsel nya dan crekk dia memfoto wajah Radin, lalu beralih memfoto mobilnya. Radin hampir tertawa, tapi di tahannya.“Lucu juga ni gadis ini!” pikir Radin geli.Radin lalu masuk ke mobil dan menjalankan pelan-pelan, dari spion dia melihat wanita ini menghidupkan motor bebeknya dan mengikutinya di belakang dan terus mengikutinya sampai ke hotel tersebut.Setelah sampai di teras hotel dan menyerahkan kunci pada seorang petugas di depan gotel, Radin kemudian langsung masuk ke lobby hotel.
Tak lama kemudian datang dua orang room service dan meletakan dua minuman segar berikut makanan ringan, bahkan juga buah-buahan seger.“Iya dehh…kalau kamu dah ikhlas…aku pulang dulu…terima kasih banyak yahh!”“Lohhh kok langsung pulang…ini minuman dan makanan yang baru disediakan, ga habis aku makan sendiri, ayoo temani aku mencicipi ini. Badan kamu ga terlalu sakit kan abis jatuh tadi!” Sherin yang hampir berdiri, kini duduk manis kembali dengan gaya yang rikuh, rikuh karena tadi sangat judes dan sempat minta ganti rugi dengan niat hanya memberi pelajaran, eh malah di kasih duit tak sedikit dan kini sudah masuk ke rekeningnya.Sherin bak dapat durian runtuh hari ini, pikirannya mulai menjelajah kemana-mana, kemana uang itu akan dia belanjakan.Itulah kelemahan wanita, dapat uang pikirannya hanya ingin segera belanja alias shopping.Sambil minum dan mencicipi makan ringan serta buah, Sherin kadan
Kini Radin sudah dalam perjalanan menuju Kabupaten Balongin, dia membawa mobil dengan santai, kecuali jalanan sepi barulah dia tancap gas hingga kilometer menunjukan angka 120 sampai 140 di dashboard mobil SUV ini, tak berani dia lebih dari itu, karena ini bukan jalan tol dan banyak tikungan-tikungan tajam yang Radin tak hapal, belum lagi kadang ada lubang-lubang di jalanan yang tak semuanya mulus, beda dengan tol di Jakarta atau kala dia keluar daerah di Pulau Jawa atau Sumatera, Kalimantan memang masih agak tertinggal.Pagi tadi sebelum berangkat, dia sempat menelpon Sherin dan minta maaf tadi malam ketiduran lalu bilang akan ke Kabupaten Balongin, Sherin sempat bilang ingin ikut seandainya hari itu libur.“Kalau ikut dan abang khilaf gimana!” canda Radin.“Kalau khilaf, besoknya tanggung jawab langsung temui ortu Sherin yaa…enak aja main kabur…!” sungut Sherin di telpon.Radin tertawa dan kini dia tersenyum sendiri, entah mengapa kalau bicara dengan gadis lincah nan jelita ini, Rad
“Padahal baru 6 bulan lalu bertemu…kok bisa makam ayah seakan-akan sudah lama di sini,” batin Radin keheranan sendiri.Saat duduk takjim itulah, Radin tak sadar ada seseorang yang masuk dan kini menatapnya dengan heran. Radin menoleh karena tercium asap rokok dari orang itu, dan dia menatap seorang lelaki yang berperawakan agak tua dengan kopiah yang terlihat agak usang, pake celana panjang dan baju him kedodoran yang agak pudar warnanya.“Kamu siapa…agaknya kamu orang kota dan apa hubunganmu dengan kedua makam ini?” tanya orang tua itu sambil menatap Radin yang kini sudah berdiri dan mendekatinya. Radin tersenyum dan menyodorkan tangan sambil membungkuk hormat, dia yakin orang ini punya pengaruh di daerah yang sudah jadi desa ramai ini.“Saya Radin Durangga …adapun kedua makam ini, makam kedua orang tua saya!” orang tua itu langsung kaget dan kini dia menatap perawakan Radin yang tinggi, karena tinggi ora
Alwi kemudian memimpin kerja bhakti di dusun ini, ternyata warga dusun ini sangat kompak, semuanya bahu membahu membantu.Alwi menyuruh dua warga dusun ke kota kecamatan, untuk membeli material-material buat pembangunan mushalla, juga memesan batu-batu koral untuk pengerasan jalan dusun tersebut.Saat dua buah pickup datang dengan barang-barang material tersebut, semua warga bergotong royong menurunkannya.Para ibu-ibu juga tak ketinggalan, mereka adakan dapur umum, Radin merasakan kedamaian dan ketenangan dan melihat betapa akrab dan ramahnya warga dusun ini.Dia sengaja mematikan hape nya selama di dusun ini, walaupun ada sinyal namun tak begitu bagus, Radin benar-benar ingin menikmati selama berada di dusun ini.Hanya sesekali dia buka hape dan hanya untuk sekedar melihat laporan-laporan kinerja perusahaannya, ternyata Arman dan Yuni memang bisa diandalkan.Semuanya mampu di handle keduanya dan dia juga mengontak satu dua orang kepercayaannya dan dia tersenyum puas, tak ada masalah
“Kamu tu yaaa sengaja meluk-meluk aku…dasarrrr!” gadis ini melayangkan tangannya, bermaksud ingin menampar wajah Radin.Tentu saja Radin tak ingin wajahnya kena tampar, Radin sigap menangkap tangan dara itu dan saat si dara menatap wajah Radin dan melihat ke badannya, dia langsung berteriak kaget, karena dadanya nampak jelas seutuhnya di hadapan pria tampan tak di kenalnya.Dara ini tiba-tiba langsung memeluk Radin, Radin melepaskan pegangan tangan dara yang kini memeluknya, dia menikmati ketika dada mereka bertemu tanpa sehelai benang di tubuh.Bahkan dia harus menahan libidonya yang tiba-tiba naik, karena pinggang mereka kini lengket. Akibat pelukan tiba-tiba dari dara ini. tubuh mereka hampir sama tingginya, inilah yang membuat Radin akhirnya terdiam dan malah menikmati pelukan tak disangka-sangka dari dara yang tak di kenalnya ini.Dara ini mulai sadar, tapi dia tak melepaskan pelukan, karena tau dadanya akan terlihat jelas, dia kin
“Untung urang utan nya ga menggigit ya Normi!” ceplos Radin tersenyum di kulu, Radin memang sudah hapal nama-nama mereka semua, setelah sebelumnya lama berbincang di rumah Alwi tadi.“Iyahh kata Cynthia Urang Utan nya jinak gituuu…lucunya kayak manusia katanya, eh tau ga, kata Cynthia anu nya itu lohh punya Urang Utan bisa tegang…!” Normi tertawa tergelak di ikuti dua pemuda di belakang yang salah satunya selain Bonar, bernama Silo dan dia agak ngondek tertawa. Radin langsung tersenyum masam…sialan, aku di sebutnya Urang Utan, nyebut benda keramay lagi…!” batin Radin, malu hati di buat Cynthia.“Heiii weceee…kok diamm sihhh…ga ngiming-ngiming loo dari tadi, terpesona yaa sama abang Radin yang ganteng ini!” celutuk Silo tertawa, tentu saja ditujukan buat Cynthia yang duduk di depan menemani Radin nyiter.Silo aslinya memang ngondek, sehingga gaya bahasanya mengikuti gaya ngondekny
Setelah hampir 15 menitan mobil SUV pun berhasil keluar dari kubangan dan kini Radin bersiap akan gas kencang lagi untuk maju ke depan. “Pegangan yaa…kali ini aku akan full injak gasss!” Radin memperingatkan semuanya.Radin menggas kencang lagi dan mobil bak lari cacing menghajar kubangan yang setengah malam membuat mobil ini tak bergerak. Silo kembali menjerit-jerit, Normi dan Dwi pucat, Bonar ikut-ikutan tegang, terlebih setelah terang dia melihat di samping kiri ternyata ada turunan yang curam, kalau sampai mobil oleng ke kiri, dia ngeri membayangkan mobil ini akan terjun ke keturunan yang curam tersebut.Tapi Cynthia malah senyum-senyum saja, tak sadar tangannya memegang paha Radin. Tapi kali ini Radin sudah melihat dia harus ambil dikit ke kanan, karena di situ kubangannya tak seberapa. Dan mobil inipun sukses keluar dari kubangan dan kini mereka istirahat serta keluar dari mobil sambil melihat dari dekat kubangan yang membuat mereka terpaksa ng
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami