Pria yang makin kekar saja badannya ini tak banyak ngomong, kadang dia justru kasian dengan Brigitta, apalagi kalau melihat kasih sayangnya pada Ryan dan Celine serta baby Vanya, dia tak punya keinginan menambah istri lagi.
Anehnya, walaupun tidak pasang kontrasepsi, Brigitta tak pernah hamil lagi setelah melahirkan baby Vanya.
Pelampiasan Salman lebih sering dengan ngegym atau berlatih serta ikutan tarung bebas, tentunya bukan di pertandingan, tapi sekedar latih tanding dengan atlet professional di gym milik kakanya Rey Durangga.
Tentu saja efeknya luar biasa, selain makin kekar badan Salman juga makin kokoh dan keras. Rey sendiri harus mengakui, badannya kini sudah hampir kalah gede dengan Salman.
Rey Durangga sering mengolok adiknya ini, agar jangan sungkan bilang ke Brigitta, kalau libidonya tak perpuaskan.
“Ga-papa kali, kamu masih muda, kaya raya iya, wajah kamu luar biasa ganteng, ku rasa yang perawan pun bakalan antre jadi bini loe br
Tak terasa, hampir jam 12 malam Salman dan Deasy ngobrol santai di lobby itu, intinya Salman menyayangkan kenapa Deasy tak pernah mau datang lagi ke rumahnya menjenguk dia sekeluarga.“Celine dan Ryan bahkan Brigita sering lohh nanyain kamu…tapi kamunya malah ga pernah lagi jenguk mereka ke rumah di Jakarta!” kata Salman.Padahal dalam hatinya yang paling dalam, dialah yang paling berharap agar Deasy mau datang.“Iya dehh, Deasy akan ke sana, kangen juga dengan Celine dan Ryan, eh anak Ka Brigitta pasti udah besar ya, terakhir waktu Deasy ke Jakarta 3 tahunan lalu, dia baru melahirkan bayi perempuan cantik!”“Iya, baby Vanya sudah gede, umurnya hampir 3 tahunan!”“Hahhh…namanya Vanya…!” ucap Deasy terkejut, karena adik dari Ryan dan Caline bernama Vanya.Salman mengangguk lalu dia menjelaskan latar belakang nama bayi dia dan Brigitta, hingga dinamakan sama dengan bibi atau
“Jangan berandai-andai dulu…kaka akan coba bicara baik-baik dengan Brigitta!” Deasy langsung mengangguk dan dia tak sadar tangannya dari tadi sudah dipegang Salman. Tangan Salman bergerak dan dia melepas kacamata yang bertenger di wajah Deasy.“Kamu makin cantik Deasy, tanpa kacamata ini…!” kembali gadis cantik ini menundukan kepala.“Mata Deasy sering silau ka…makanya pakai kacamata agar tak silau dan perih!” Salman mengangguk paham, diapun memasang lagi dibantu Deasy kacamata yang sempat di lepas tadi.“Oh iya sampai lupa, ayoo kita sarapan, kamu makan juga kan apa lagi diet!” Salman mencoba mencairkan suasana.“Makanlah, tapi dikit…!” Deasy tersenyum dan kini keduanya tak sadar masih bergandengan tangan menuju makanan yang tersaji di meja khusus.Setelah sarapan, keduanya seakan enggan berpisah, untung Salman ingat kalau Deasy ada metting, diapun meminta Deas
Deasy yang kaget hampir saja kelelep, tapi Salman cukup sigap dan kini Deasy sudah terduduk di pahanya.Salman merapikan anak rambut yang menutup wajah cantik Deasy, dia kemudian pelan tapi pasti mendekatkan bibirnya ke bibir Deasy, gadis inipun memejamkan mata saat wajah mereka kini sudah bertemu.Lumatan lembut pun di terima Deasy, inilah yang ketiga kalinya dia menerima pagutan di bibir dan tanpa dia sadari, orang yang selama 3 tahunan ini dia impikan, justru kembali melakukan hal yang sama.Dari lembut berubah panas dan tanpa di sadari kini kimono Deasy sudah melorot semua, kini mereka sama-sama polos di bathub yang berisi buih-buih sabun yang membuat tubuh keduanya makin licin.Kini terbalik, Deasy lah yang tersandar di bathub dan Salman berada di atasnya, gadis ini seakan pasrah, dia lupa semuanya, lupa kalau laki-laki ini sudah punya anak dan istri.Lupa kalau dia belum pernah melangkah sejauh ini bersama seorang pria, dan lupa juga ka
“Apakah kamu hamil Deasy…?” Deasy dan Salman langsung terperanjat, Deasy lalu menggeleng keras.“Ngga ayah…Deasy tidak hamil…!” sahut Deasy pelan.“Lantas kenapa begini tiba-tiba Salman melamar kamu?” desak Dedy Sukarman lagi. Deasy menatap wajah Salman, seakan minta pria inilah yang bicara.“Om…saya dan Deasy sudah sama-sama dewasa, saya khawatir kami terus berhubungan tanpa ada ikatan, akan membuat kami bablas…saya tak ingin itu terjadi!” tegas Salman. Dedy mengangguk puas, dugaannya kini keliru, tentu saja Salman tidak begitu bodoh mengatakan kalau malam tadi sudah kebablasan yang dia maksud sudah terjadi, itu akan jadi rahasia dia dan Deasy selamanya.“Bagaimana dengan istri kamu…Brigitta? Mampukah kamu menyakinkan dia kelak!” cetus Dedy lagi mendesak.“Saya akan berusaha menyakinkan dia…semoga tak terlalu lama Brigitta mau merestu
Jarman hanya bisa manggut-manggut saat Salman menceritakan siapa Deasy kini, awalnya dia pikir keponakan Vanya ini hanya kebetulan bertemu Salman, tapi saat bosnya ini cerita kalau Deasy sudah sah menjadi istrinya, Jarman kaget juga.Jarman tentu saja kenal baik Deasy, sebagai keponakan mendiang Vanya yang menerima donor kornea mata di Singapura.Jarman cukup lama jadi orang kepercayaan Salman, sehingga dia maklum saja melihat bosnya kini nambah istri lagi.“Wajar saja, karena hampir tiap minggu si bos keluar daerah, daripada selingkuh sana sini, mending nambah bini, selesai urusan. Wong si bos gantengnya kelewatan di tambah konglomerat lagi, lagian kan ada turunannya, papanya punya istri tiga dan hebatnya semua rukun-rukun saja!” batin Jarman dalam hati. Sesuai permintaan Salman, dia ingin bawa sendiri mobil double gardan 4x4, sehingga Jarman meminta staf lainnya agar sediakan lagi satu mobil lengkap dengan sopir, untuk dia dan juga 2 staf perusahaan yang menemani mereka.Salman me
“Ga ada penginapan Om, kebetulan di samping rumah saya, ada rumah kosong, yang baru seminggu yang lalu ditinggalkan bidan desa yang habis masa kontraknya, tapi setiap hari selalu di bersihkan karena penggantinya akan datang 2 mingguan lagi, Om dan istri bisa tidur di sana. Nah bagi yang lain, bisa tidur di rumah saya, ada dua kamar kosong, dua anak-anak saya pindah setelah menikah!” tawar Darni yang di sambut senang Salman dan yang lainnya. Saat berjalan menuju rumah bidan yang kuncinya ada di rumah pa Darni, Salman yang diiringi Deasy dan Jarman di bantu Oyong, yang jadi sopir sambil membawa tas milik Salman dan Deasy, dia teringat kalau mushalla yang tadi mereka sholati walaupun bersih tapi atap dan plaponnya sudah terlihat bocor, jiwa sosialnya pun tergerak. “Pa Darni, saya berniat mau menyumbang buat mushalla itu, kayaknya sudah perlu di rehab!” kata Salman. “Ahh yang benar nih pa Salman, terima kasih sekali kalau begitu!” sahut Darni senang. “Kira-kira butuh biaya berapa pa?”
Di saat suaminya sedang aseek berbulan madu di hutan Kalimantan dengan Deasy, di Jakarta Brigitta malah diceramahi mamanya, Margareta.Brigitta hari itu memang sengaja mengunjungi orang tuanya, karena Ryan dan Celine sekolah, ayahnya kini Komjen Polisi Andre sudah naik pangkat jadi Wakapolri dan hanya bertemu sebentar lalu berangkat ke kantor, setelah menciumi dengan gemas cucunya baby Vanya, Komjen Andre pun pergi ngantor.“Jadi sampai sekarang, suami kamu itu masih tak ikhlas ya dengan meninggalnya istri pertamanya dan sering termenung di ruang kerjanya!”“Iya Mam...kadang Brigitta kasian liat Bang Salman, diam-diam matanya sering memerah dan kayaknya selalu dia pendam selama 3 tahunan ini…!” sahut Brigitta sambil menyuapi baby Vanya yang asekk makan bubur.“Lalu apa langkah kamu sekarang?”“Mama masih ingat ga dengan Deasy, yang merupakan keponakan Vanya?”“Iya ingatlah, bagaimana kabarnya sekarang dan kenapa Deasy kamu sebut-sebut?” sahut Margareta tak paham.“Brigitta ingin jodoh
Celine dan Ryan sudah berangkat ke sekolah dan hanya berjarak 10 menitan dari kedatangan kakek dan dua neneknya ini.“Brigitta…mami mau tanya…bagaimanakah hubungan kamu dengan Salman?”“Baik-baik aja Mi…kenapa mami tanya itu?” Brigitta keheranan sambil menatap ketiga mertuanya ini. Baby Vanya dari tadi sudah jalan-jalan ke sana kemari di ruangan lain, ditemani dua babysitternya.Priscilla menatap Radin, dia seakan meminta suaminya yang bicara. Radin paham, kalau sudah menyangkut begini, dialah yang paling di tunggu pendapatnya.“Brigitta, kamu terbuka saja…apakah semenjak Vanya meninggal, hubungan kalian bermasalah dan apakah kamu pernah melihat ada kelakuan aneh dari Salman. Jawab itu dulu, baru nanti papi akan terbuka kenapa kami datang se pagi ini?” ucap Radin sambil menatap wajah menantunya ini.“Hmm…bagaimana yahh…iya sihhh, sejak ka Vanya meninggal, Salman sering termenung seakan belum ikhlas melepas kepergian Vanya!”“Kamu tahu…sampai sejauh mana hubungan Salman dengan Deasy?”
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami